(Minghui.org) Pada bulan maret 2001, ketika saya berusia 25 tahun, saya ditangkap dan dikirim ke Pusat Penahanan Distrik Haidian di Beijing. Saya bisa melarikan diri dari Tiongkok satu tahun yang lalu. Banyak praktisi bertanya bagaimana saya bertahan sembilan tahun di penjara. Itu tidak mudah dan saya tidak akan bisa mengatasi penderitaan itu jika bukan atas perlindungan dan bimbingan Guru.

Orang-orang Tiongkok seusia saya semuanya telah dicuci otak sangat mendalam oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dimulai dari TK, pendidikan kami didasarkan pada budaya Partai dan ateisme. Orang-orang yang memiliki kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi paling tercemar, karena mereka harus menghafal semua jenis ideologi dan propaganda PKT untuk lulus ujian perguruan tinggi. Saya adalah salah satu dari mereka. Saya kuliah di Universitas Qinghua, salah satu universitas terbaik di Tiongkok. Pikiran saya dipenuhi dengan teori Partai jahat, sehingga merasa ada penghalang tebal memisahkan saya dari Fa.

Perasaan ini bertahan lama setelah saya ditangkap. Di pusat penahanan, saya berharap memiliki pemahaman dan keyakinan yang cukup mendalam terhadap Fa, tetapi saya sering tidak dapat mencapai kondisi itu; benar-benar menyakitkan hati. Ketika saya mengklarifikasi fakta kepada penjaga pusat penahanan, saya sering bertanya pada diri sendiri apa itu kultivasi dan mengapa harus percaya pada Fa. Saya dapat menjaga pikiran yang jernih kira-kira selama tiga minggu, dan kemudian menjadi bingung setelah satu minggu. Siklus ini berulang selama empat tahun. Prosesnya seperti mengupas bawang -- pikiran buruk disingkirkan dan kemudian ada lapisan lain yang terungkap.

Hanya saya sendiri praktisi berada di pusat penahanan. Setelah dipenjara selama 20 hari, saya merasa pikiran lurus saya melemah dan semakin lemah. Saya berpikir tidak dapat bertahan lagi, tetapi kemudian hal yang tidak terduga terjadi.

Suatu hari, seorang narapidana yang tidak memiliki banyak pendidikan, tiba-tiba berkata, "Biarkan saya menceritakan sebuah kisah kepada kalian. Ada perenang profesional di Amerika Serikat. Dua tahun setelah dia berhasil menyeberangi Selat Inggris, dia memutuskan untuk mencoba berenang dari sebuah pulau dekat California ke daratan Amerika. Setelah dia mulai, segera berkabut dan tidak bisa melihat perahu yang seharusnya melindungi tetapi dia melanjutkan. Lima belas jam kemudian, dia kelelahan dan sangat kedinginan. Dia merasa tidak bisa berenang lebih jauh. Tapi dia terus melanjutkan selama 30 menit. Akhirnya dia menembakkan tanda untuk meminta bantuan. Perahu menemukannya, dan tahu bahwa dia hanya satu mil jauhnya dari pantai."

Narapidana itu menyimpulkan, "Jadi, kita harus teguh, karena kesuksesan mungkin hanya satu langkah lagi." Saya hampir menangis. Pikiran lurus mengisi hati saya yang lelah. Saya tahu Guru menggunakan narapidana ini untuk memberi petunjuk.

Beberapa hari kemudian, saya dipindahkan ke Pusat Penahanan Pertama Beijing yang terkenal jahat, untuk para penjahat. Banyak rekan praktisi Universitas Qinghua dipenjara di sana. Lingkungan di pusat ini sedikit lebih baik daripada yang sebelumnya karena banyak praktisi yang telah dipenjara mengklarifikasi fakta kepada penjaga. Para tahanan mempercayai dan memberi saya tanggung jawab atas akuntansi, memberi saya pena dan kertas. Saya dan praktisi menulis puisi dan artikel pendek Guru yang telah kami hafal. Kami menyebarkan dan menunjukkannya kepada beberapa narapidana. Praktisi yang baru ditangkap menghafal puisi dan artikel yang diterbitkan setelah penahanan kami juga menulisnya sehingga kami memiliki kesempatan untuk mempelajarinya.

Selama berkultivasi, seringkali ada hal-hal menarik yang terjadi. Suatu pagi di bulan Desember 2001, bagian dari puisi Tiongkok yang terkenal tiba-tiba muncul di benak ketika saya terbangun: "Suara kera di dua sisi daratan tiada hentinya bersahutan, sementara perahu ringan telah melaju melewati ribuan lapis gunung." Awalnya bagian tentang obrolan adalah paruh pertama kalimat - apa yang muncul di pikiran saya adalah kalimat yang salah dari versi aslinya. Saya tahu itu adalah petunjuk dari Guru. Dua tahun kemudian, saya berkesempatan membaca artikel Guru, "Ceramah Fa pada Konferensi Fa Philadelphia, Amerika Serikat Tahun 2002" Hal pertama yang Guru katakan dalam pengajaran ini adalah baris puisi itu dalam urutan asli, "Suara kera di dua sisi daratan tiada hentinya bersahutan, sementara perahu ringan telah melaju melewati ribuan lapis gunung." ("Ceramah Fa pada Konferensi Fa Philadelphia, Amerika Serikat Tahun 2002,"Ceramah Fa di berbagai tempat 2) Banyak rekan praktisi kagum dengan pengalaman ini.

Pada bulan Juni 2003, saya dipindahkan ke Penjara Huazi di Liaoyang, Provinsi Liaoning. Lingkungan dan makanan sangat mengerikan. Selain makan dua kali seminggu, kami hanya diberi makan roti jagung setengah matang. Sup hanya air asin dengan beberapa lembar sayur. Di musim panas, setiap makan direbus zucchini. Bahkan sekarang, saya merasa mual ketika melihat zucchini.

Setiap praktisi yang dipenjara diawasi oleh dua tahanan. Tidak ada praktisi yang diizinkan berbicara satu dengan lain. Kami secara intensif mengklarifikasi fakta kepada para tahanan yang mengawasi kami; setelah beberapa saat mereka tidak keras terhadap kami. Praktisi dapat melafalkan Fa dengan yang lain atau berbagi pemahaman. Ketika beberapa praktisi memperoleh artikel Guru yang baru, kami mengatur waktu dan bertemu di suatu tempat untuk membagikan artikel secara diam-diam. Kami belajar Fa di tempat tidur. Karena lampu di lorong selalu menyala, memegang kertas di bawah selimut dan belajar Fa dengan cahaya remang, sambil mencoba merahasiakannya dari penjaga di shift malam.

Setelah seorang praktisi menyelesaikan sebuah artikel, ia meneruskan ke yang lain. Butuh waktu lama bagi kami semua untuk menyelesaikan satu artikel tetapi semua tahu harus belajar Fa untuk meningkatkan pikiran lurus di lingkungan yang jahat. Saya menghafal Hong Yin II selama periode itu. Saya berkata pada diri sendiri bahwa setelah dibebaskan, saya akan menghargai waktu untuk belajar Fa setiap hari dan tidak menunggu sampai penderitaan datang.

Praktisi yang dipenjara di Penjara Huazi dipaksa melakukan kerja berat, menonton video porno dan hal-hal dari agama lain, dan disiksa serta dipaksa duduk di kursi kecil untuk waktu yang lama. Pada awal tahun 2002, tujuh praktisi melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan, yang berlangsung selama enam bulan. Seorang penjaga, yang panggilan akrabnya adalah Big Head, mencekok praktisi. Dia meludahi sereal dan menggunakan air kotor untuk mencuci mangkuk sereal. Seorang penjaga bernama Li Chengxin mengklaim bahwa ia akan menuangkan urin dan tinja ke dalam sereal.

Pada bulan Juni 2004, penjara memulai babak baru penganiayaan. Mereka berusaha mengubah semua praktisi yang dipenjara dalam 100 hari. Mereka menyebutnya "aksi 100 hari." Selama putaran penganiayaan ini, praktisi Lian Pinghe dan Fan Xuejun meninggal karena disiksa.

Suatu pagi di bulan September 2004, beberapa narapidana memindahkan perabotan ke sebuah ruangan kecil dan memenjarakan saya di sana. Seorang penjaga mengatakan kepada saya, "Tandatangani dokumen dan lepaskan Falun Gong. Jika kamu tidak menandatanganinya, apa yang menunggu di luar imajinasimu." Saya tenang dan berkata, “Saya tidak takut dan tidak akan melepaskan keyakinan saya. Tidak ada yang akan terjadi." Satu jam kemudian, sebuah keajaiban terjadi. Saya dikirim kembali ke sel dan mereka memindahkan perabotan ke tempat mereka mendapatkannya. Itu berakhir begitu saja.

Dua jam kemudian, seorang tahanan bernama Yang Yinan (mantan wakil walikota Kota Shenyang), yang ditugaskan untuk mengawasi saya, memberi tahu ia menghadiri pertemuan dengan sekelompok pemimpin penjara. Mereka semua berbicara tentang saya dan memutuskan untuk berhenti menganiaya saya untuk saat ini.

Yang berkata kepada saya, “Apakah kamu tahu saya berupaya keras membantu kamu di pertemuan? Saya memberi tahu mereka bahwa kamu telah mengorbankan pendidikan, karier, keluarga, dan cinta demi kepercayaan. Saya bertanya kepada mereka, ‘Hasil apa yang kalian harapkan jika kalian memaksanya untuk melepaskan keyakinannya? Apa gunanya hasil buruk bagi kalian?'”

Dia kemudian berkata kepada saya, “Apakah kamu tahu mengapa saya berusaha keras untuk membantu? Saya sakit suatu pagi, batuk dan tidak bisa bernapas. Tidak ada seorang pun, termasuk mereka yang telah dipenjara di sini bersama saya sejak lama, memperhatikan saya. Kamu adalah pendatang baru, namun kamu membantu saya untuk bangkit dan berjalan-jalan dan menuangkan air panas untuk saya. Mungkin kamu tidak ingat ini, tapi saya ingat."

Penjara kemudian memberi tekanan pada keluarga saya. Mereka meminta keluarga untuk meyakinkan saya berhenti berkultivasi dalam sebuah video yang dibuat oleh penjara. Mereka juga membuat video tentang ibu saya yang dirawat di rumah sakit di Shenyang. Mereka mengatakan kepadanya bahwa saya segera berubah dan hukuman saya akan dikurangi. Ibu saya berpikir itu benar, dan meminta saya dalam video untuk berhenti berkultivasi sesegera mungkin. Sebelum memperlihatkan video itu kepada saya, mereka mengatakan ibu saya mengambil napas terakhirnya, dan jika saya melepaskan Falun Gong mereka akan mengizinkan saya untuk melihatnya sebelum dia meninggal.

Di penjara Tiongkok, penjahat sungguhan diizinkan mengunjungi orang tua mereka yang sekarat, tetapi saya, seseorang yang hanya berusaha untuk tetap setia pada keyakinan dan martabat saya, tidak. Para dokter mengatakan bahwa ibu saya akan hidup selama dua atau tiga tahun lagi, tetapi dia meninggal tanpa melihat putranya karena tekanan mental yang luar biasa. Ketika saya diberi tahu, saya sedih dan terkejut. Malam dia meninggal, saya bermimpi indah di mana seorang praktisi bernama Chang Wanxiang, yang dipenjara di penjara yang sama dengan saya, menunjuk ke langit dan bertanya apa yang saya lihat. Saya melihat sebuah galaksi yang memancarkan sinar yang lembut dan menghibur saya. Tak lama setelah itu, galaksi itu meledak seperti kembang api.

Dari tahun 2003 hingga 2006, praktisi di Penjara Huazi melakukan banyak mogok makan dan menuntut agar mereka dibebaskan tanpa syarat dan dihormati karena menjunjung tinggi martabat mereka. Pada tahun 2005 dan 2006, saya juga berpartisipasi dalam dua mogok makan; yang satu bertahan 99 hari dan yang lainnya 140 hari. Di bawah perintah penjaga, narapidana yang mencekok paksa kami menaruh benda-benda kotor di sereal kami dan meletakkan mangkuk sereal di sebelah tempat buang air. Para penjaga membawa dan menyeret kami ke kantor mereka untuk dicekok paksa makan.

Pada awal tahun 2007, karena semua upaya praktisi, keadaan dan lingkungan kultivasi kami berubah secara dramatis. Kami menolak untuk bekerja sama dengan para penjaga, melakukan pekerjaan berat, duduk di bangku kecil atau digeledah. Seorang anggota keluarga seorang praktisi membawakan dia beberapa materi klarifikasi fakta saat mengunjunginya, jadi kami memberikannya kepada para tahanan. Praktisi lain membawa e-book artikel Guru ke penjara.

Seorang praktisi membaca ceramah itu, “Kalian sudah tahu tentang prinsip Fa saling menghidupi dan saling membatasi, bila sudah tidak ada lagi rasa takut, maka faktor yang membuat anda takut juga sudah tidak eksis lagi. Ini bukanlah secara paksa dilakukan, melainkan dicapai dengan pelepasan sungguh-sungguh yang tanpa beban." (“Menyingkirkan Keterikatan Terakhir,”Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju II) Jadi, praktisi ini mulai menyalin artikel-artikel dari e-book di atas kertas dan menyerahkannya kepada praktisi lain. Xinxing kami meningkat dan semua orang mulai menyalin Fa siang dan malam. Suatu hari, penjaga menemukan kertas di sel kami dan membawanya pergi. Seorang praktisi mengatakan kepada saya bahwa dia akan melakukan mogok makan untuk memprotes dan saya memutuskan untuk bergabung dengannya. Beberapa jam kemudian, penjaga mengembalikan kertas kepada kami.

Kami tahu bahwa kejahatan di dimensi lain di sekitar Penjara Huazi musnah. Kami memancarkan pikiran lurus setiap hari pada pukul 6 dan 12, pagi dan sore. Para penjaga bahkan berpura-pura tidak melihat kami melakukan posisi tangan saat memancarkan pikiran lurus. Para tahanan yang ditugaskan untuk mengawasi kami diganti dengan yang baru setiap dua minggu karena penjara takut kami akan meyakinkan mereka untuk berkultivasi. Tetapi hal baiknya adalah kami memiliki kesempatan untuk berbicara dengan hampir semua narapidana di penjara dan mengklarifikasi fakta kepada mereka.

Namun, pemerintah provinsi memutuskan untuk memisahkan para praktisi yang dipenjara di Penjara Huazi dan memindahkan kami ke tiga penjara. Belasan dari kami dikirim ke Penjara Nanguanling di Kota Dalian, termasuk tiga yang kemudian disiksa sampai mati: Wang Baojin, Bai Heguo, dan Liu Quan. Seorang praktisi bernama Ren dan saya dikirim ke divisi ke-16.

Ketika kami pertama kali sampai di sana, Ren berteriak, "Falun Dafa baik. Praktisi Falun Dafa tidak bersalah." Dia kemudian dimasukkan ke dalam sel yang diawasi dengan ketat. Saya melakukan mogok makan untuk memprotes, jadi penjara memutuskan untuk mencekok paksa makan. Mereka menyeret saya dari lantai tiga ke lantai satu, lalu sepanjang 1.000 kaki di lantai ke sel. Saat itu musim dingin dan kulit di kaki saya berdarah. Saya sangat sedih dan berpikir, “Kami baru saja memperbaiki lingkungan di Penjara Huazi. Sekarang menghadapi lingkungan keras lainnya.”

Saya berpikir untuk bunuh diri sebagai protes. Secara kebetulan, saya menemukan pisau di celah dinding. Ketika saya memutuskan untuk melanjutkan tindakan tersebut, seseorang dengan pakaian Buddhis kuning muncul di depan saya dan berkata, “Apakah ini yang saya ajarkan kepada kamu? Bagaimana kamu bisa mengambil jalan ini?" Dia mengulanginya beberapa kali. Saya menyadari bahwa itu adalah peringatan dari Guru sehingga saya melepaskan pikiran yang salah ini.

Beberapa bulan kemudian, karena dua praktisi dan saya menolak untuk melakukan kerja paksa, kami dikirim ke sel yang berada di bawah pengawasan ketat. Sel-sel itu kecil, berukuran enam kali enam kaki. Kami terpaksa tidur dengan kepala di sebelah toilet sebagai penghinaan. Dinding itu ditutupi dengan lembaran plastik, yang mencegah para napi dari bunuh diri dengan membenturkan kepala mereka ke dinding. Ada beberapa ring baja dipasang di dinding untuk mengunci narapidana.

Para penjaga mengunci saya dalam borgol dan belenggu. Salah satu ujung borgol melewati kaki dan terkunci pada ring di dinding sehingga tubuh saya harus membungkuk. Saya terkunci dalam posisi yang menyakitkan ini selama tiga hari dan hanya dibebaskan saat makan atau menggunakan kamar mandi. Tiga hari kemudian, tangan kiri saya masih terkunci di dinding, meskipun tidak harus membungkukkan tubuh saya. Bahkan saat tidur, satu tangan dikunci ke dinding. Penyiksaan ini berlangsung empat bulan.

Pada bulan maret 2008, saya dipindahkan ke sel yang berbeda. Tangan dan kaki terkunci sepanjang waktu. Saya harus duduk di lantai hari demi hari. Pada bulan April, saya melakukan mogok makan selama empat hari, meminta hak untuk melakukan latihan Falun Gong. Akhirnya mereka membiarkan saya melakukan latihan setiap pagi dan siang hari.

Di sel, saya biasanya belajar Fa atau memancarkan pikiran lurus. Tetapi kadang-kadang memikirkan hal-hal lain dan pikiran saya menjadi serba salah. Ketika saya memiliki pikiran yang salah, setetes air akan keluar dari keran dan mengeluarkan suara. Ketika pikiran saya lebih kacau, suaranya akan sangat keras. Tidak ada air yang terkumpul di bawah keran, tetapi suaranya keras. Saya menyadari bahwa itu adalah peringatan dari Guru untuk tidak memiliki pikiran yang salah.

Pada tahun 2009, saya dipindahkan kembali ke sel normal. Ketika saya memiliki pikiran yang salah, jeruji baja di jendela akan mengeluarkan suara, mengingatkan saya untuk memperbaiki diri. Tapi tidak ada yang menyentuh jeruji. Saya bertanya kepada narapidana lain, dan mereka tidak mendengar apa-apa.

Pada bulan Agustus, seorang pembunuh bernama Li Lin ditugaskan untuk mengawasi saya. Dia adalah orang jahat dan memberikan saran kepada penjaga tentang cara menyiksa saya. Dia tidak mengizinkan saya melakukan latihan, mengambil makanan, dan terus-menerus mengutuk dan menghina saya. Jadi dari bulan agustus hingga november, saya melakukan mogok makan lagi. Para penjaga meminta beberapa tahanan untuk menyeret saya sejauh 1.500 kaki di lantai ke sel untuk dicekok paksa makan. Kaki saya terluka karena diseret. Mereka memasukkan banyak garam ke dalam sereal, yang membuat saya muntah dan diare.

Dari akhir bulan november hingga awal desember, saya mengadakan mogok makan lagi, menuntut hak untuk melakukan latihan. Kali ini penganiayaan merajalela. Mereka mengunci tangan saya ke dinding dengan tubuh membungkuk. Mereka hanya membuka satu borgol dan satu kunci kaki ketika saya tidur sehingga saya dapat meregangkan badan, tetapi tangan lainnya dan kaki lainnya masih terkunci di dinding.

Selama dicekok paksa makan, dua penjaga menyengat saya dengan tongkat listrik. Tongkat listrik membuat suara keras di telapak kaki, kaki, dan tangan saya. Saya mencoba yang terbaik untuk tidak membuat suara. Para penjaga bahkan mengira tongkat itu tidak berfungsi. Ruangan itu sunyi. Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah tongkat yang menyengat tubuh saya. Bahkan para napi pun ketakutan.

Mereka mencekok saya dengan air garam yang sangat pekat dan tidak mengizinkan saya muntah. Jika saya melakukannya, mereka akan menuangkan lebih banyak air garam ke tenggorokan saya. Pada hari kedua, mereka menyengat saya dengan tongkat listrik sambil mencekok lagi. Tujuh hari kemudian, karena protes saya yang keras, mereka berhenti memberi makan dengan air garam pekat.

Pada saat itu, saya sangat menderita karena penyiksaan. Saya menderita demam tinggi dan paru-paru dalam kondisi buruk akibat demam. Memuntahkan apa pun yang saya minum atau makan. Pada hari keempat, mereka memanggil ayah saya. Dia membantu saya makan setengah apel; itulah satu-satunya hal yang saya miliki selama waktu itu. Para penjaga mengirim saya ke klinik penjara saya mengalami koma; kemudian mereka mengirim saya ke ruang gawat darurat di rumah sakit kota.

Saya tidak sadar dan tidak bisa mengendalikan perut, tetapi para penjaga masih mengunci salah satu tangan saya ke tempat tidur sampai dokter dan perawat memarahi mereka. Para penjaga percaya bahwa saya akan segera mati dan tidak ingin bertanggung jawab, jadi mereka memanggil ayah dan memintanya untuk merawat saya. Ayah, saudara perempuan saya, dan beberapa sepupu datang ke rumah sakit.

Kemudian ayah memberi tahu bahwa saya menjadi sangat lemah pada waktu itu dan semua orang mengira saya berada di ambang kematian. Setelah dua hari perawatan darurat, saya sadar kembali tetapi selama tujuh hari berikutnya pikiran saya tidak jernih. Saya pikir masih belajar di Universitas Qinghua dan ibu mengirim saya ke rumah sakit universitas. Pikiran saya tidak pulih sampai dibebaskan dari rumah sakit.

Praktisi yang saya temui di balik jeruji besi dan dinding penjara sangat mengagumkan. Setelah saya dirawat di rumah sakit, mereka segera memposting rincian penganiayaan saya di situs web. Karena tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi, para praktisi mengira saya dikirim ke rumah sakit karena tenggorokan saya patah karena dicekok paksa makan.

Kembali ke penjara, para penjaga setuju bahwa saya tidak perlu lagi melakukan kerja paksa. Juga, saya memiliki kesempatan untuk melakukan latihan setiap hari. Saya mengambil semua kesempatan untuk mengklarifikasi fakta kepada para tahanan. Beberapa orang dengan mudah menerima kata-kata saya, jadi saya memberi tahu mereka prinsip Fa tingkat tinggi. Suatu hari di ruang makan kosong, saya memberi tahu seorang tahanan betapa berharganya kesempatan untuk berkultivasi. Saya menunjuk sebuah tanaman di aula dan berkata, “Lihatlah pohon itu. Ia tidak memiliki tubuh manusia, jadi ia tidak dapat berkultivasi. Sedihnya." Yang mengejutkan kami, pohon itu membungkuk ke arah kami dan terus melambai kepada kami seolah mendengar kata-kata saya. Tidak ada seorang pun di sekitar maupun angin. Narapidana itu kagum dan berkata, “Semuanya memiliki jiwa. Apa yang kamu katakan itu benar!"

Selama tahun terakhir di Penjara Nanguanling, saya tidak dianiaya dengan kejam, tetapi kepala penjaga sering mengganggu dan mencari alasan untuk memasukkan saya ke dalam sel yang paling diawasi. Ketika saya ditempatkan disana, saya melakukan mogok makan dan dua hari kemudian mereka membiarkan saya kembali ke sel normal. Mereka tidak berani mencekok saya lagi.

Selama berada di penjara, saya mencoba untuk mempertahankan martabat saya sebagai seorang kultivator Dafa. Saya menolak untuk menerima perintah dari para penjaga dan menolak untuk melakukan kerja paksa. Pada hari saya dibebaskan, saya diminta menandatangani dokumen di gerbang penjara. Saya menolak karena tidak bersalah. Penjaga di gerbang berkata, “Menandatangani itu tidak berarti kamu bersalah. Kamu tidak dapat pergi tanpa menandatanganinya. Ini aturannya.” Saya menjawab, “Baik. Saya akan kembali ke sel kalau begitu.” Penjaga itu tertawa dan membiarkan saya pergi.

Saya bertemu dengan 55 praktisi yang dipenjara di Penjara Huazi dan Nanguanling. Dua meninggal di Huazi, dan tiga meninggal di Nanguanling karena penyiksaan. Setidaknya dua praktisi meninggal dunia setelah mereka dibebaskan, dan lima terselamatkan setelah dikirim ke ruang gawat darurat. Penganiayaan itu brutal.

Saya bisa selamat dari penjara karena perlindungan dan bimbingan Guru. Tanpa Guru, saya akan jatuh di bulan pertama di penjara. Saya sangat berterima kasih kepada Guru atas penyelamatannya.