(Minghui.org) Seorang warga Kota Shenyang, Provinsi Liaoning dihukum tiga tahun empat bulan penjara karena meningkatkan kesadaran mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong, sebuah latihan watak-raga yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak tahun 1999.

Chen Lihong [perempuan], 64, ditangkap pada tanggal 6 Januari 2020, setelah dilaporkan oleh dua tentara karena memberikan mereka salinan sebuah surat terbuka yang ditulis oleh sekelompok praktisi Falun Gong. Surat terbuka tersebut menjelaskan tentang ketidaksahan dari penganiayaan, dan mendesak orang-orang untuk mundur dari PKT. Polisi membawa Chen pulang ke rumah sekitar jam 9 malam dan mencoba untuk menggeledah rumahnya, namun dihentikan oleh suaminya.

Chen kemudian dikirim ke Pusat Penahanan No. 1 Kota Shenyang. Kejaksaan Distrik Tiexi menyetujui penangkapannya pada tanggal 20 Januari dan mendakwanya pada awal bulan Juni. Tanggal 17 Agustus, keluarganya diinformasikan bahwa dia dihukum tiga tahun empat bulan.

Kehidupan suami Chen berantakan setelah penangkapannya. Masih berjuang untuk pulih dari stroke, dia sulit bepergian atau berbicara dengan jelas. Tidak dapat mengurus dirinya sendiri, dia harus menyewa orang untuk pergi berbelanja dan memasak untuknya. Setelah wabah epidemi virus corona, hidupnya menjadi lebih sulit lagi.

Hidup Diperbaharui dengan Berlatih Falun Gong

Ketika Chen masih muda, dia dikirim ke pedesaan untuk mendapatkan pendidikan pedesaan, sebagai bagian dari “Gerakan Turun ke Pedesaan” pada Revolusi Kebudayaan. Sering dikenal sebagai “generasi yang hilang,” banyak dari generasi Chen kehilangan kesempatan untuk menduduki bangku kuliah.

Karena kondisi kehidupan yang buruk di pedesaan, Chen menderita rematik parah di persendiannya. Ketika cuaca lembab, dia merasa sakit di tulang sekujur tubuhnya dan bahkan tidak dapat mengangkat ketel air. Dia juga mengalami nefritis, gastritis, dan migrain parah.

Dengan rekomendasi dari seorang teman, dia mengikuti Falun Gong pada musim semi tahun 2004. Hanya dalam waktu satu bulan, semua gejalanya menghilang dan dia merasa bahwa hidupnya telah diperbaharui.

Suaminya menderita stroke pada musim dingin tahun 2009. Dia tinggal di rumah sakit dan merawatnya siang dan malam. Satu bulan kemudian, ibu mertuanya didiagnosa dengan kanker stadium akhir.

Setelah suaminya dipulangkan dari rumah sakit, dia bangun lebih awal dan mempersiapkan makanan untuknya. Dia kemudian menaiki bus menempuh perjalanan dua jam ke rumah sakit untuk merawat ibu mertuanya. Dia melakukannya setiap hari selama empat bulan, hingga ibu mertuanya meninggal. Banyak dokter dan perawat berkata bahwa dia adalah menantu perempuan terbaik.