(Minghui.org) Wu Guifen telah berulang kali diganggu selama beberapa bulan terakhir karena berlatih Falun Gong, yang telah menyembuhkan penyakit lymfoma-nya pada 1999.

Wu, warga Tianjin, mulai berlatih Falun Gong hanya beberapa bulan setelah rezim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan skala nasional terhadap latihan spiritual dan meditasi ini. Hanya dalam kurun tujuh tahun saja, Falun Gong telah dilatih oleh sekitar 100 juta orang di Tiongkok daratan saja.

Wu berkata pada Oktober 1999, dia telah melalui beberapa operasi dan kemoterapi untuk mengobati kankernya. Dua pertiga lidahnya telah dibedah dan dia kehilangan seluruh rambutnya. Karena kesakitan yang luar biasa, dia tidak dapat tidur ataupun makan. Dia tergantung pada obat penghilang rasa sakit untuk tetap hidup. Dokter memperkirakan hidupnya tidak akan bertahan lebih dari dua tahun.

Setelah keluar dari rumah sakit, seorang kerabat memperkenalkan Falun Gong kepadanya. Karena tidak ada alternatif lain, ia mencobanya. Setelah itu, kesehatannya berangsur membaik. Berat tubuhnya kembali bertambah, dan sebagian dari lidahnya yang telah dioperasi, kembali tumbuh. Ketika dia kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan, dokternya terkejut menemukan sel kanker pada dirinya telah lenyap!

Karena Wu berlatih Falun Gong, dia dimasukkan dalam daftar hitam pemerintah dan menjadi sasaran dalam operasi “Target Nol” tahun ini, kebijakan untuk meningkatkan penganiayaan yang diperintahkan oleh Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC), dengan tujuan memaksa setiap praktisi Falun Gong di dalam daftar pemerintah agar melepaskan latihan Falun Gong.

Selama 22 tahun penganiayaan, PLAC, lembaga ekstra judisial yang mengawasi cabang-cabang keamanan publik dan pengadilan, telah memainkan peran kunci dalam mengarahkan kebijakan penganiayaan rezim komunis.

Pada 31 Desember 2020, enam polisi mendatangi rumah Wu dan memerintahkannya untuk menandatangani pernyataan melepas Falun Gong. Setelah Wu menolak, polisi mengancam untuk menjebloskannya kembali ke penjara. Suaminya, yang buta, sangat tertekan dengan pelecehan dan ancaman petugas tersebut.