(Minghui.org) Saya adalah seorang guru sekolah dasar dan telah mengajar selama 15 tahun. Saya telah mengajar di semua tingkat kelas dari kelas satu hingga enam selama tahun-tahun saya mengajar. Saya meningkat pesat dalam semua aspek kultivasi setelah berlatih Falun Dafa selama setahun.

Saya selalu suka melengkapi bahan pelajaran berbasis pengetahuan dengan hal-hal seperti bahasa Inggris dan puisi Tiongkok kuno. Saya tidak fokus pada karakter atau pendidikan moral siswa. Setelah berlatih Dafa, saya menyadari bahwa pendidikan sejati membutuhkan siswa untuk memahami prinsip-prinsip alam semesta.

Guru berkata,

“Dalam alam semesta ini berlaku sebuah prinsip, yang disebut: “Yang tidak kehilangan tidak akan memperoleh, bila ingin memperoleh harus kehilangan.”” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

Saya pikir prinsip ini mungkin agak abstrak untuk siswa saya, jadi saya mencari sebuah video animasi Eropa pendek tentang efek melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk. Video tersebut menggambarkan bagaimana "iblis" kecil, atau karma, akan muncul di atas kepala anda segera setelah anda menyakiti orang lain. Ganjaran akan terjadi ketika seseorang mengumpulkan sejumlah "iblis." Tetapi jika seseorang mengalami kesulitan, “iblis” itu akan menghilang. Saya menemukan animasi ini ketika saya masih menjadi mahasiswa. Saya tidak terlalu memikirkannya pada saat itu, tetapi setelah berkultivasi Dafa, saya menyadari itu sebenarnya menunjukkan prinsip:

“Yang tidak kehilangan tidak akan memperoleh, bila ingin memperoleh harus kehilangan.” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

Murid saya semua sangat tersentuh setelah menonton animasi dan mereka mulai hidup dengan prinsip Fa.

Suatu ketika seorang murid saya, Alyssa, mencuri semua alat tulis dan bahan tulis dari laci saya. Seluruh kelas terkejut dengan apa yang terjadi dan mulai mengkritik Alyssa. Saya mungkin pernah berteriak dan menegurnya dengan keras di masa lalu, tetapi setelah berkultivasi Dafa, saya berkata di depan kelas, "Saya berterima kasih kepada Alyssa karena memberi saya kesempatan untuk melenyapkan "iblis" atau karma kecil saya. Saya dapat mengganti alat tulis itu, tetapi "iblis" tidak akan pergi kecuali kita menanggung kesulitan. Saya sangat berterima kasih kepada Alyssa karena telah memberi saya kesempatan yang sangat berharga." Semua siswa berharap Alyssa akan dihukum, tetapi ketika mereka mendengar apa yang saya katakan, mereka bertepuk tangan dan berkata, "Kamu yang terbaik, guru!"

Setelah mengamati murid-murid saya beberapa saat, saya terkejut menemukan betapa mereka telah berubah menjadi lebih baik. Suatu hari saya memasuki ruang kelas ketika Benjamin mendatangi saya dan mengatakan bahwa Charlotte secara tidak sengaja telah memukul kepala David. Ketua kelas kemudian memberi tahu David, “Tidak apa-apa! Kamu harus senang bahwa "iblis" kecil kamu sedang dilenyapkan!" David berhenti menangis dan kembali ke mejanya dengan sikap sangat senang dan puas. Charlotte juga berhenti membuat alasan dan meminta maaf kepada David. Ini adalah pertama kalinya saya melihat para siswa secara sukarela dan aktif menyelesaikan perselisihan dengan bijaksana!

Edward sedang berlari di lorong ketika saya menghentikannya dan menyuruhnya menulis surat refleksi diri. Edward selalu membuat alasan untuk dirinya sendiri dan menolak untuk menulis surat refleksi. Namun, setelah membimbingnya sesuai dengan prinsip Fa, Edward segera mengakui kesalahannya dan bahkan menulis, "Saya tidak akan lari di lorong lagi, karena jika saya menabrak seseorang, akan ada banyak "iblis" di atas kepala saya. Saya tidak suka "iblis" jadi saya tidak akan lari lagi." Siswa saya secara sukarela merenungkan kesalahan mereka, jadi saya tahu mereka telah berasimilasi dengan Fa.

Fenny, siswa lain di kelas saya, memiliki masalah dalam mengendalikan emosinya. Di masa lalu, ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, dia akan mulai berteriak, menginjak, memaki, dan menendang kursi serta meja di kelas. Dulu, apapun yang saya lakukan, Fenny akan menolak untuk tenang. Ketika dia lepas kendali, bahkan orang tuanya atau guru lain tidak dapat membantunya. Setelah membimbing Fenny dengan Fa, saya mengingatkannya, "Kami diam-diam menerima amarahmu!" Dan beberapa siswa bahkan berterima kasih kepadanya karena telah membantu mereka melenyapkan “iblis” kecil mereka. Fenny kemudian berhenti berteriak dan berinisiatif membantu siswa lain. Perubahan Fenny, dari siswa yang egois menjadi siswa yang secara sukarela membantu siswa lain, mengejutkan banyak teman sekelasnya. Orang tua Fenny juga merasakan perbedaan besar dalam dirinya. Para siswa di kelas saya tahu bagaimana menjaga kebajikan dan moral mereka. Mereka sudah mulai berinisiatif untuk melayani sesama.

Dulu, tidak ada yang memungut sampah di lantai, sebaliknya mereka akan mulai saling menyalahkan. Sekarang, siswa dengan sukarela mengambil sampah setiap kali saya berkata: "Ini adalah kesempatan bagus bagi seseorang untuk meningkat!" Kelas saya menjadi lebih harmonis dan mereka terus berusaha untuk menjadi lebih positif. Saya berterima kasih kepada Guru karena saya telah menyaksikan keajaiban Dafa!

Saya memiliki takdir pertemuan dengan setiap siswa, dan saya tahu mereka datang demi Fa. Sebagai seorang guru, saya bersyukur atas pengaturan yang berharga ini. Selain berasimilasi dengan Fa di tempat kerja, saya juga harus lebih rajin melakukan tiga hal dan memenuhi sumpah sejarah saya.