(Minghui.org) Guru memberi tahu kita:

“Di dalam Ren ada makna melepas, dapat melepas adalah peningkatan dalam Xiulian. Fa mempunyai tingkatan yang berbeda, pemahaman orang Xiulian terhadap Fa juga adalah pemahaman pada suatu tingkat dari kultivasi yang telah dicapainya, perbedaan pemahaman terhadap Fa dari setiap orang Xiulian dikarenakan tingkat keberadaan setiap orang berbeda.” (“Tanpa Kebocoran,” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju I)

Saya belum memahami dengan jelas makna melepas dalam kultivasi—mengapa saya harus melepas? Saya hanya tahu sedikit tentang hal itu. Begitu saya membaca kisah agama Buddha tentang Raja Shibi yang memotong dagingnya untuk ditukarkan dengan nyawa merpati, barulah saya sedikit memahaminya.

Ini kisahnya.

***

Ada seorang raja bernama Shibi. Dia bersumpah hendak menyelamatkan semua makhluk hidup dan memperoleh ajaran Bodhisattva. Ketika Dewa Śakra mengetahui hal ini, dia ingin menguji ketulusan Raja Shibi. Jadi dia memerintahkan seorang pengawal langit untuk berubah menjadi seekor merpati, sementara dia sendiri berubah menjadi seekor elang besar yang mengejar merpati dengan ganas. Merpati terbang dengan panik ke arah Raja Shibi dan memohon perlindungan. Di waktu yang sama, elang datang dan meminta Raja Shibi menyerahkan merpati tersebut. Raja Shibi menolak untuk melakukannya namun menyarankan elang agar tidak membunuh.

Namun elang membalas, “Raja, anda berkata ingin menyelamatkan semua makhluk hidup, namun jika anda mengurangi persediaan makan saya hari ini, saya juga tidak akan dapat hidup. Apakah saya bukan bagian dari semua makhluk hidup?” Maka raja segera menarik pedang dan memotong sebagian dari dagingnya sendiri dan memberikannya pada elang sebagai pertukaran dengan nyawa merpati.

Elang tkembali berkata: “Raja, anda harus memperlakukan semua makhluk hidup sama rata. Jika anda ingin menukarkan daging anda demi nyawa merpati itu, bukankah anda seharusnya menggunakan timbangan untuk melihat apakah berat keduanya sama?”

Raja Shibi memerintahkan hambanya untuk membawakan timbangan, merpati ditempatkan di satu sisi, dan sepotong daging milik Raja Shibi di sisi lainnya. Namun tak peduli betapa banyak daging Raja Shibi yang dipotong, dagingnya selalu lebih ringan dari merpati. Raja Shibi mencoba yang terbaik dan berdiri bergetar, mencoba memanjat ke atas timbangan dengan seluruh tubuhnya ditukarkan demi nyawa merpati. Dia kemudian pingsan.

Ketika siuman, dia menyalahkan dirinya sendiri: “Demi menyelamatkan semua makhluk hidup, saya harus gagah berani. Semua makhluk hidup telah jatuh dalam lautan penderitaan, dan saya telah bersumpah untuk menyelamatkan mereka semua. Saya tidak boleh mengendur! Penderitaan saya jauh lebih sedikit dari apa yang makhluk hidup derita di neraka; sekarang saya diberkahi dengan kebijaksanaan, meditasi, ajaran, dan kemurnian, bagaimana bisa saya menyelamatkan mahkluk hidup di neraka yang pikirannya kacau dan sangat menderita, jika saya sendiri masih menguatirkan penderitaan singkat saya?” Dia terus mencoba dan akhirnya melemparkan dirinya ke atas timbangan dan tercapailah keseimbangan!

Ketika itu, langit dan bumi berguncang, laut bergejolak, pohon-pohon yang mati mekar dengan indahnya, dan dari langit turun hujan dan kelopak bunga harum. Elang besar itu berubah ke bentuk aslinya sebagai Dewa Śakra, dan tubuh Raja Shibi hidup kembali, setelah dia benar-benar memenuhi tindakan maha belas kasih dalam menyelamatkan makhluk hidup. Raja Shibi pun mencapai kesempurnaan.

***

Raja Shibi memotong dagingnya demi menyelamatkan merpati. Dia lebih mengutamakan nyawa merpati daripada penderitaannya sendiri. Dia berkorban secara sukarela, alami dan tanpa sedikitpun keraguan. Dia tidak mengeluh dan ragu-ragu karena dia telah mencapai taraf kondisi rela berkorban demi menyelamatkan orang lain. Sesungguhnya, untuk benar-benar berbelas kasih kepada semuanya dan menyelamatkan semua makhluk hidup, orang itu harus benar-benar melepaskan rasa keakuan, keegoisan, dan rasa puas diri—itu hanya dapat dicapai ketika Xinxing (kualitas moral) seseorang meningkat.

Tentu saja, saya tahu kultivasi Dafa tidak melakukan bentuk pengorbanan seperti yang dilakukan Raja Shibi, namun saya sering bertanya pada diri sendiri: “Mengapa rekan praktisi yang berpartisipasi dalam interupsi TV Changchun untuk menyiarkan berita tanpa sensor tentang Falun Dafa 19 tahun lalu berhasil melepaskan hidup dan mati, sementara saya masih takut melakukan hal yang sepele hari ini? Mengapa beberapa rekan praktisi mampu membujuk belasan orang mundur dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan organisasi afiliasinya dalam satu hari, sementara saya bahkan tidak membujuk beberapa anggota keluarga untuk mundur dari PKT? Mengapa beberapa rekan praktisi mampu mengklarifikasi fakta secara langsung begitu mereka dibebaskan dari penjara, namun saya tidak mampu melakukannya?”

Sesungguhnya, selain pikiran lurus mereka yang kuat, para praktisi tersebut mampu melepaskan segalanya di taraf kondisi manusia. Mereka telah berkultivasi hingga tingkat itu. Mereka mampu melakukannya dengan cara yang bermartabat. Dan bagaimana dengan diri saya sendiri? Di mulut mengatakan bahwa saya harus melepaskan keterikatan, namun dalam hati sama sekali tidak ingin melepas. Dengan kata lain, ketidakmampuan dalam melakukannya adalah karena hati belum sungguh-sungguh melepas. Ketika saya tidak mampu melepaskan rasa manusiawi, tentu saja, saya tidak akan mampu mencapai standar kedewaan.

Di masa yang jauh lampau, ketika kita mengikuti Guru Li (pencipta Dafa) dan turun dari rumah surgawi masing-masing, kita melepaskan takhta agung dan mengucapkan selamat tinggal kepada saudara kita di langit. Kita bersumpah untuk membantu Guru dalam meluruskan Fa, menanggung derita, dan menyelamatkan makhluk hidup. Pada waktu itu, kita melepaskan segalanya tanpa keraguan, bahkan tubuh dewa kita.

Namun kini, karena rasa takut, kita tidak mampu membuktikan Dafa dengan cara yang bermartabat; karena kita tidak mampu melepas keterikatan hati, kita tidak berani menyelamatkan makhluk hidup dengan pikiran lurus.

Kita mungkin bertengkar dengan orang lain demi keuntungan secuil; kita mungkin enggan melepaskan kenyamanan dan bukannya bangun pagi untuk melakukan latihan; kita mungkin telah bekerja sama dengan kejahatan karena takut sakit. Kita barangkali bisa mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri: pengikut Fa luar biasa yang mengorbankan hidupnya demi turun ke dunia manusia ini, yang tidak egois dan lurus, apakah dia masih ada? Apakah dia masih bersedia dan mampu melepaskan sedikit hal manusia biasa tersebut?

Seorang praktisi yang telah berlatih selama beberapa dekade dan masih gagal melepaskan keterikatan manusia biasa, sesungguhnya, tidak begitu memahami arti dari Fa dan tidak sungguh-sungguh melepaskan hati manusia biasa, apalagi dengan sepenuh hati menyelamatkan orang lain.

Buddha sejati dapat benar-benar melepaskan dirinya sendiri karena hatinya tanpa keegoisan dan tanpa takut. Kebenaran yang dia ucapkan dapat menembus hati orang-orang dan mengguncang langit dan bumi. Itulah kekuatan yang dapat benar-benar menyelamatkan orang-orang.

Ketika kita bersaing demi nama, ketika kita mencari keuntungan pribadi, ketika kita marah atas perlakuan tidak adil dan rasa sakit, ketika kita terjerat oleh cinta, mungkin akan membantu jika kita memikirkan diri kita yang lampau dan pengorbanan Raja Shibi.

Mari mempelajari ceramah Guru sekali lagi:

“Xiulian harus dilakukan di tengah penderitaan agar bisa dilihat apakah anda dapat rela melepas, dapat memandang hambar tujuh perasaan dan enam nafsu anda. Jika anda terikat pada benda itu, anda tidak akan sukses berkultivasi.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

“Di dalam Ren ada makna melepas, sedangkan pelepasan secara total barulah merupakan prinsip hukum yang lebih tinggi dari pemahaman tanpa kebocoran.” (“Sempurna dan Harmonis,” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju I)