(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1996. Setiap kali saya menyadari kekurangan praktisi lain, saya tahu saya harus mencari ke dalam. Namun, saya tidak mencari ke dalam tanpa syarat. Saya selalu merasa bahwa meskipun saya perlu mencari ke dalam, ada juga ruang bagi rekan praktisi untuk meningkat.

Seorang rekan praktisi, yang juga kolega saya di tempat kerja, mengalami konflik dengan rekan kerja lainnya. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dengan baik, dan setelah itu dia menangis. Saya membandingkan kultivasi saya dengan dia — saya merasa dia tidak menangani situasi dengan baik, tetapi saya juga berpikir saya berkultivasi lebih baik darinya karena saya tidak menemui konflik apa pun di tempat kerja. Tidak butuh waktu lama hal yang sama terjadi juga pada saya. Saya tidak menangis. Sebaliknya, saya berdebat sengit dengan rekan kerja tersebut.

Setelah itu, saya menyadari konflik antara rekan praktisi dan kolega kami adalah cermin dari kekurangan saya sendiri. Sayangnya saya melewatkan kesempatan dan tidak mencari ke dalam.

Seorang praktisi selalu membuat komentar sarkastik tentang orang lain. Saya merasa dia seharusnya tidak berbicara seperti itu dan saya mengeluh tentang dia kepada ibu saya. Ibu menatap saya dengan serius dan berkata, "Kamu melakukan hal yang sama."

Saya terkejut dan memeriksa perilaku saya. Saya pikir saya adalah orang yang jujur dan terbuka. Saya tidak pernah berpikir saya sarkastik.

Suatu hari, ibu menunjukkan foto terbaru adik ipar. Saya melihat adik ipar saya menggunakan sepasang kacamata berukuran besar. Saya langsung berkata, “Wow, lihat ukuran kacamata barunya. Bayangkan betapa besar kacamata berikutnya! Mungkin kacamata berikutnya akan sebesar seluruh wajahnya!" Saya tertawa ketika saya membuat komentar tentang saudara ipar saya itu. Ibu menatap saya dengan sangat serius setelah saya mengatakan ini. Saya berhenti tertawa dan menyadari bahwa yang saya katakan itu tidak pantas.

Saya ingat seorang rekan praktisi juga kesal ketika saya membuat lelucon tentang dia. Saya pikir itu hanya untuk bersenang-senang, tetapi apa yang saya katakan menyakitinya.

Seorang praktisi pernah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak yakin apakah dia sedang menyindir. Karena dia selalu membuat komentar sarkastik tentang semua orang, saya pikir dia melakukannya dengan sengaja.

Sekarang saya menyadari bahwa bukanlah kebetulan saya mendengar atau melihat kekurangan praktisi lain. Sampai saat itu saya tidak menyadari bahwa rekan praktisi menjadi cermin untuk melihat keterikatan saya sendiri. Saya tidak pernah bertanya pada diri sendiri mengapa saya bisa melihat kekurangan orang lain. Itu karena saya juga punya masalah yang sama.

Setelah saya menyadari ini, saya mulai secara proaktif meningkatkan kultivasi. Saya akhirnya mengerti apa artinya mencari ke dalam tanpa syarat. Sebagai praktisi, kita harus tahu bahwa apapun yang terjadi di sekitar kita berhubungan langsung dengan masalah kita sendiri — kita melihat atau mendengarnya sehingga kita bisa meningkat. Saya memahami bahwa konflik memberi kita kesempatan untuk membuat kemajuan dan peningkatan.