(Minghui.org) Pepatah mengatakan: Satu perkataan baik membuat musim dingin selama tiga bulan terasa hangat, perkataan buruk melukai orang, membuat bulan Juni yang panas terasa dingin. Kata-kata yang baik bagaikan mata air di pegunungan, menyegarkan, mengalir terus, membawa manfaat; namun perkataan keji melukai hati orang, lebih menyakitkan daripada pedang, gigitan serigala. Bersamaan pula menciptakan karma, yang harus dibayarnya sendiri, banyak orang tidak menyadari bahaya bencana karma pembicaraan, mari kita simak beberapa kisah karma dibayar di kehidupan sekarang.

Dihukum karena Menghasut dan Mencaci Orang

Menurut "Catatan Ming Bao” (Catatan Laporan Akhirat) – di zaman Dinasti Tang di kota Xianyang seorang wanita bermarga Liang, meninggal di pertengahan tahun Zhenguan, 7 hari kemudian Liang hidup kembali. Liang bercerita kepada keluarganya: "Saya dibawa ke ruang besar dari sebuah gedung kompleks. Seorang pejabat duduk memegang pena di meja, banyak abdi di sampingnya melayani. Pejabat bertanya kepada abdi disampingnya : "Apakah wanita ini terhukum mati?" Dijawab : "Dia memiliki nama yang sama dengan terpidana mati itu. Ia dibawa ke neraka karena kekeliruan." Pejabat memerintahkan abdinya melepas Liang kembali ke dunia.

Liang bertanya kepada petugas: "Saya tidak tahu apakah saya memiliki dosa lain. Jika sekiranya ada, saya kembali ke dunia setelah saya menjalani hukuman."

Pejabat memerintahkan abdinya memeriksa catatan kebaikan dan kejahatannya, menemukan Liang punya dosa menghasut dan menghina orang lain. Oleh karenanya, seseorang menarik lidahnya, dan seorang lainnya menghantam lidahnya dengan kapak. Selama tujuh hari berturut-turut, Liang dihantam lidahnya empat kali sehari, selesai hukuman dua puluh delapan kali, Liang dibebaskan kembali ke dunia.

Saat kembali ke dunia, Liang serasa seperti jatuh ke jurang yang dalam, ia tertidur dengan cepat, kemudian terbangun. Keluarganya melihat lidahnya, menemukan lidahnya bengkak dan bernanah. Sejak saat itu, wanita Liang tidak pernah lagi menghasut, maupun memaki orang, ia berhenti minum alkohol dan makan daging.

Orang dahulu berkata: “Karma mulut jahat, saat masih hidup mengundang bahaya dibunuh, serta mendapat balasan cacat fisik, setelah meninggal akan masuk ke neraka dengan lidah dicabut oleh tentara berpedang.”

Menghujat Dharma - Mulut Dikoyak Anjing Mastiff

Tahun 1999, pemimpin PKT Jiang Zemin memanfaatkan mesin negara mendalangi penganiayaan kejam terhadap praktisi Falun Gong yang berkultivasi “Sejati, Baik, Sabar”. Tahun 2001, menyutradarai tragedi fitnahan “Bakar Diri Tiananmen”, tujuannya menyulut kebencian masyarakat yang tidak memahami tentang fakta Falun Gong. Orang-orang yang percaya dengan kebohongan PKT, ikut serta menganiaya, memfitnah, sumpah serapah, mempermalukan, menghina dan memukuli praktisi Falun Gong semena-mena, banyak pula yang melaporkan praktisi Falun Gong ke pihak berwenang demi keuntungan pribadi. Akibatnya pembalasan karma buruk berdatangan, beserta serangkaian kemalangan.

Guo Conggui, penduduk asli Jalan Beiguan, Kota Wu'an, Provinsi Hebei, awalnya adalah anggota Kantor Jalan Beiguan. Di awal penindasan PKT terhadap Falun Gong, kantor Jalan Beiguan menculik para praktisi Falun Gong, dibawa ke cabang brigade, ditahan secara ilegal semalaman. Keesokan harinya, ketika Guo Conggui melihat praktisi Falun Gong, ia sengaja mengutuk Guru Dafa, mengejek praktisi Falun Gong, melampiaskan semua perbuatan buruknya.

Bulan itu, Guo Conggui mendapat balasan karma buruk, ia dilarikan ke Beijing untuk dirawat akibat pendarahan otak tiba-tiba. Enam tahun kemudian, lagi-lagi dia menerima pembalasan karma dari mengutuk Fa Buddha. Hari itu, Guo Conggui ke rumah tetangganya untuk mengembalikan peralatan pertanian, saat ia keluar dari rumah tetangganya, tiba-tiba anjing mastiff milik tetangganya menggigitnya. Anjing mastiff mengoyak mulutnya hingga darah terus mengucur.

Sekitar tahun 2011, pembalasan karma buruk menimpa Guo Conggui lagi. Guo Conggui terkena kanker dan meninggal di usia 63 tahun. Guo Conggui memercayai kebohongan Partai Komunis Tiongkok, ia tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah, menghujat Fa (hukum) alam semesta sesaat, sehingga menciptakan karma buruk baginya sendiri akibat memfitnah Fa Buddha, lebih dari sepuluh tahun ia membayar, belum tentu lunas.

Mulut Hancur Saat Kecelakaan

Mereka yang tercuci otak oleh kebohongan ateisme PKT, menyimpang dari moralitas tradisional Tiongkok. Karena tidak ada ikatan moralitas kebajikan, mereka menggadai jiwanya demi nama dan uang, menjadi pengikut anarkis yang berani melakukan apa saja, pada akhirnya menghancurkan hidup mereka sendiri.

Tanggal 15 Oktober 1999, Wang Zhixin, kepala kantor polisi Kotapraja Cuizhenbao, Kabupaten Tieling, Kota Tieling, Provinsi Liaoning, mengumpulkan paksa praktisi Falun Gong dari Desa Xiaotun, Kotapraja Cuizhenbao, di komite desa, praktisi yang datang terlambat, Wang menggunakan pengeras suara mengumpat dengan kata-kata sangat kasar. Salah satu praktisi Falun Gong Cui Yuxia langsung pingsan tak tahan mendengarnya.

Penduduk desa menasehati Wang Zhixin: “Anda mengumpat begini bisa terkena karma.” Beberapa hari kemudian, Wang Zhixin pulang naik taksi dan menabrak truk besar di posisi depan. Batang baja yang dimuat di truk menembus dahi bagian tengahnya, mulutnya terlihat seperti ditarik ke atas hingga ke telinga.

Masih ada ganjaran yang lebih berat dari ini, tidak hanya mulutnya rusak dalam kecelakaan, sampai-sampai sekeluarga ikut menderita kena ganjaran. Mantan pengurus Asosiasi Filsafat Provinsi Henan, wakil presiden Asosiasi Filsafat Zhengzhou, profesor jurusan filsafat Universitas Zhengzhou, bernama Lu Hongru, usia tujuh puluhan. Memakai kemudahan statusnya, dengan bodohnya ia membuat laporan kemana-mana menyerang Falun Gong, menghujat, memfitnah Falun Dafa di TV Henan, menjilat kelompok Jiang Zemin demi mendapatkan keuntungan pribadi.

Di awal Agustus tahun 2003, Lu Hongru membawa istri, putri, menantu dan cucu usia 10 tahunan, berlima pulang kampung halaman, ingin memperingati ayahnya yang telah meninggal. Di perjalanan, mobilnya menabrak bagian belakang truk besar di Jalan Nasional 107, Lu dan istri, anak Lu dan istri meninggal di tempat, cucu perempuannya terluka. Yang sangat mengejutkan, mulut Lu Hongru lenyap, saat unit kantornya mengadakan upacara perpisahan baginya, bagian mulut Lu harus ditutupi selembar kain putih.

Lu Hongru mengandalkan “nama”-nya tidak lain demi mendapatkan sedikit keuntungan, memfitnah Falun Dafa di TV Henan, memprovokasi agar orang di seluruh dunia membenci Falun Dafa. Dipikir dapat membawakan kemuliaan dan kekayaan bagi dirinya sendiri, tak tahunya perbuatan seperti ini malah mengakhiri dirinya secara tragis, meninggal pun mayatnya tidak utuh, sekaligus menyeret kehidupan anggota keluarganya.

Meninggal karena Tersedak Tulang Ikan

Mantan profesor dari Henan Xinxiang Medical College dan ahli komputer, Ma Libo, usia paruh baya, memiliki karir yang mulus. Tetapi ia tidak dapat membedakan benar dan salah. PKT menganiaya Falun Gong, Ma mengikutinya, Ma secara khusus membuat situs web, mengikuti PKT menghujat Falun Dafa, membantu kejahatan meracuni makhluk hidup. Karena dia juga menjabat sebagai wakil direktur perpustakaan, banyak dosen dan siswa memiliki kesalahpahaman pula terhadap Falun Dafa, turut membenci para praktisi Dafa.

Pertengahan tahun 2006, Ma Libo tengah minum anggur di jamuan makan seorang temannya, tulang ikan tersangkut di tenggorokan, akhirnya asmanya kambuh dan membuat napasnya sesak, dan berujung pada kematian. Saat meninggal, Ma baru berusia 44 tahun.

Ma Libo hanya demi nama dan harta, agar dipromosikan dan naik pangkat, melakukan tindakan tercela. Akibat perbuatannya justru sebaliknya, kehilangan nyawa, kehilangan hati nurani dan merusak kebajikan (De). Kekayaan orang lahir dari kebajikan, jika Anda ingin dipromosikan dan mendapatkan kekayaan, hanya dengan mengumpulkan kebajikan-perbuatan baik.

Menggigit Lidah Sendiri, Setelah Melaporkan Praktisi

Li Junying, warga desa Wenzhong, Kota Chifeng, Mongolia Dalam, bersama suaminya demi mendapatkan sedikit keuntungan, teganya mengkhianati hati nurani mereka, kerapkali melaporkan praktisi Falun Gong di desa tersebut. Saat praktisi Falun Gong mengklarifikasi fakta kepada mereka, mereka tampaknya tidak mengatakan apa-apa, tetapi sebenarnya mereka sering mengirim info ke kantor polisi, yang berakibat lebih dari selusin praktisi Falun Gong diculik, beberapa di antaranya dikirim ke kamp kerja paksa. Tahun 2002, Li Junying mengidap penyakit aneh, beberapa bulan kemudian ia sudah tidak dapat berbicara, saat ajalnya, Li menggigit lidahnya, buih darah memenuhi rongga mulutnya hingga keluar.

Zhang Derong, seorang kader ranting partai komunis Desa Zhuangtong, kota kecil Yi'an, Kabupaten Laishui, Provinsi Hebei, adalah berandal partai jahat yang sangat tipikal, kerjanya hanya berbuat jahat, makan-minum-melacur-judi. Saat PKT mulai menganiaya Falun Gong, Zhang bagai kerasukan iblis. Mengatur tugas di desa, menyita brosur Falun Dafa, merobek stiker pengenalan Falun Dafa, bersepeda berkeliling merobek dan menyita brosur informasi Falun Gong, hasilnya terkumpul beberapa gerobak banyaknya.

Pada Mei 2014, Zhang Derong tiba-tiba mengalami pendarahan otak, segera dilarikan ke Rumah Sakit Kabupaten Zhuo Kota Baoding. Namun rumah sakit tidak sanggup menanganinya, tiga hari kemudian dijemput pulang. Setelah di rumah, Zhang mengalami demam tinggi, menggunakan es batu untuk menurunkan demam. Tiba-tiba Zhang bersin, tak terduga bersin tersebut membuat Zhang menggigit lidahnya sendiri hingga putus. Sekitar 20 Mei, Zhang Derong meninggal merana.

Orang Tiongkok kuno berkata: Selama gunung hijau masih ada, tidak perlu khawatir tidak ada kayu bakar”. Sangat tidak layak kehilangan nyawa demi sedikit keuntungan, seberapapun banyaknya uang tidak dapat ditukar dengan nyawa. Nasihat baik bagi mereka yang masih mengikuti PKT, meraih uang dan keuntungan dengan menggadaikan hati nurani, renungkanlah dengan tenang, antara nama-harta-takhta atau nyawa - mana yang dipilih?