(Minghui.org) Sejak pandemi virus corona merebak pada akhir tahun 2019, Wei Yuchuan dan Deng Xiaogeng, direktur baru Penjara Hulan di Provinsi Heilongjiang, telah memerintahkan pengelolaan yang lebih ketat terhadap praktisi Falun Gong yang menjalani hukuman demi keyakinan mereka.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual dan meditasi yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Banyak praktisi dipaksa duduk di bangku kecil tanpa bergerak berjam-jam setiap hari. Kunjungan keluarga juga ditolak, beberapa di antaranya diizinkan menelepon keluarga selama lima menit setiap bulan. Mereka yang menolak untuk melepaskan keyakinan mereka ditahan di sel isolasi.

Peragaan penyiksaan: duduk di bangku kecil

Karena meneriakkan “Falun Dafa baik” dan “Langit memusnahkan Partai Komunis Tiongkok” pada tanggal 28 Desember 2020 dan 1 Januari 2021, Tong Hengbiao ditahan di sel isolasi.

Praktisi lain, Qu Yanlai, juga dibawa ke sel isolasi dengan kepala tertutup kerudung hitam karena dia menolak untuk mengenakan seragam narapidana pada tanggal tanggal 25 Februari 2021. Dia melakukan mogok makan selama 15 hari dan dicekok paksa makan selama lebih dari 10 hari.

Pada tanggal 13 Maret, seorang praktisi yang namanya tidak diketahui telah dilepas pakaiannya dan dipaksa berjalan kembali ke selnya dengan mengenakan pakaian dalam.

Selain penyiksaan fisik terhadap praktisi, penjara juga membatasi pengeluaran bulanan mereka hingga 100 yuan sedangkan narapidana lain diizinkan menghabiskan hingga 500 yuan. Dengan harga kebutuhan sehari-hari yang tiga kali lebih tinggi di penjara, para praktisi hampir tidak bisa mendapatkan cukup kebutuhan sehari-hari, alih-alih untuk makanan tambahan. Mereka kebanyakan diberi sup kubis sepanjang tahun dan masih harus melakukan kerja paksa tanpa bayaran.