(Minghui.org) Ketika Shen Xiaona kembali ke rumah dengan anaknya pada malam, tanggal 27 April 2021, dia diseret ke dalam oleh polisi yang bersembunyi di balik pintu. Direktur polisi Xu Tong memukul kepalanya dan menendang punggungnya.

Sekitar dua puluh petugas telah mendobrak masuk ke rumah warga Kota Anshan, Provinsi Liaoning sebelumnya. Tak seorang pun dari mereka mengenakan seragam polisi. Seorang petugas melambaikan kartu identitasnya di depan Shen dan dengan cepat menyimpannya. Tanpa surat perintah penggeledahan, mereka menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku dan perhiasan Falun Gong.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Meskipun polisi kemudian mengembalikan perhiasannya, mereka menolak mengembalikan buku-buku Falun Gongnya.

Shen dibawa ke Kantor Polisi Qidashan sekitar tengah malam. Dia diikat di kursi besi, sampel darahnya diambil secara paksa, dan dipukuli oleh polisi. Dia tetap dalam tahanan sejak saat itu.

Setelah menyaksikan polisi memukuli Shen dan menggeledah rumah mereka, anak Shen menjadi sangat ketakutan setiap kali dia melihat petugas polisi di jalan.

Shen bukan satu-satunya praktisi Falun Gong setempat yang menjadi sasaran karena keyakinan mereka. Salah satu contoh lainnya adalah Hu Xianying, yang ditangkap pada Malam Tahun Baru Imlek, tanggal 23 Januari 2001. Empat petugas mendobrak masuk dan membawanya ke bawah dan masuk ke mobil polisi mereka. Mereka juga menggeledah rumahnya. Penggerebekan dan penangkapan membuat suami Hu trauma dan dia meninggal tidak lama kemudian. Putrinya juga trauma dengan penganiayaan dan mengalami masalah jantung. Dia sering pingsan setelah mendengar ketukan di pintu.

Hu menghadapi gangguan berulang di tahun-tahun berikutnya. Kemudian, dia mengalami gangguan mental pada tahun 2008 sebagai akibat dari penganiayaan.