(Minghui.org) Dua puluh dua tahun telah berlalu, sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai melancarkan penganiayaan besar-besaran terhadap Falun Dafa, tepatnya pada 20 Juli 1999.

Pimpinan PKT saat itu, Jiang Zemin sesumbar dalam 3 bulan akan memusnahkan Falun Dafa (disebut pula Falun Gong). Namun Falun Dafa semakin hari justru semakin berkembang ke berbagai negara dan wilayah, kini dilatih oleh lebih dari seratus juta orang di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia. Praktisi di berbagai negara termasuk di Indonesia, semakin hari juga semakin teguh dalam menentang penganiayaan secara damai dan rasional.

Peringatan 22 tahun menentang penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok tahun ini, berlangsung dalam suasana penguncian wilayah secara ketat akibat meluasnya wabah virus Wuhan, khususnya di Jawa dan Bali, namun itu tidak menghalangi para praktisi menyuarakan dan menyerukan penghentian penindasan.

Para praktisi di berbagai kota di Indonesia dengan caranya masing-masing dan kegiatan skala kecil, mengekspresikan dukungan mereka bagi rekan-rekan praktisi di Tiongkok, serta menyerukan PKT berhenti menganiaya Sejati-Baik-Sabar. Praktisi juga berharap semakin banyak orang baik dan yang membela kebenaran, semakin jelas akan fakta penganiayaan kejam yang dilakukan PKT terhadap komunitas kultivator “Sejati-Baik-Sabar”.

Gatot Machali, koordinator Himpunan Falun Dafa Indonesia menyatakan dalam pernyataannya, “Penganiayaan Partai Komunis Tiongkok menargetkan ‘Sejati-Baik-Sabar’ (prinsip dasar Falun Dafa), karena itu tepat berlawanan dengan PKT yang senantiasa mempromosikan ‘kepalsuan-kekerasan-musuh kelas (partai)’. Bisa dipahami inilah unsur penyebab Partai Komunis Tiongkok menganiaya Falun Gong demikian kejamnya.”

“Namun, nilai-nilai ‘Sejati-Baik-Sabar’ sesungguhnya adalah universal, dasar moralitas yang paling hakiki dan pilar dari masyarakat yang beradab. Setiap manusia memiliki unsur ‘Sejati-Baik-Sabar’ dalam hatinya. Jika manusia kehilangan nilai-nilai dasar moralitas ini, umat manusia akan menghadapi banyak sekali bencana karena perbuatan manusia sendiri. Termasuk wabah hari ini yang telah menyengsarakan milyaran orang di seluruh dunia adalah akibat kebohongan rezim PKT yang menutup-nutupi fakta-fakta tentang virus Wuhan di tahap awal penyebarannya,” lanjut Gatot.

Praktisi lainnya, Caroline berkata: “Meskipun kejahatan kemanusiaan PKT merajalela di luar batas nalar, namun para praktisi yang menerapkan ‘Sejati-Baik-Sabar’ tidak goyah, situasi yang demikian buruk justru telah menempa para praktisi menjadi semakin yakin dan teguh dalam berkultivasi Dafa. Menganiaya mereka yang ingin menjadi orang baik, adalah tindakan tirani komunis yang paling tidak bermoral.”

Bukan hanya dari barisan praktisi Falun Dafa sendiri, tetapi semakin banyak warga dari berbagai latar belakang turut menyuarakan dukungan mereka bagi upaya-upaya damai para praktisi dalam menghentikan kejahatan kemanusiaan PKT.

H. Sajidin, I Ketut Wijaya, I Ketut Catur, I Komang Dekritasa ke-empatnya anggota DPRD tingkat kabupaten di Bali, dalam pernyataannya mendesak pemerintah Tiongkok agar menghormati HAM, dan segera menghentikan penganiayaan terhadap Falun Dafa di Tiongkok, serta membebaskan secara tanpa syarat semua praktisi yang masih ditahan.

Dukungan untuk penghentian segera penganiayaan PKT terhadap Falun Dafa dan pembebasan para praktisi yang ditahan karena mempertahankan keyakinan mereka, juga diperoleh dari beberapa tokoh masyarakat di Bali seperti Nyoman Agus Tri Kartika Yuda, dr. Sucipta, I Gusti Ngurah Agung Dharma Wirata, Putu Subawa, I Gede Pariawan, Made Suparanton, I Wayan Gorim, I Nyoman Jati, Ketut Rancana, I Made Sarja dan lainnya.

Dukungan juga diterima dari kalangan pengusaha seperti Edy yang pengusaha bakery dan Café di Batam, juga para profesional seperti Aries Kwek, Agung dan lainnya. Mereka semua bukanlah praktisi Falun Dafa. Hal ini merefleksikan bahwa semakin banyak warga masyarakat dunia telah mengenali sifat jahat PKT dan memahami bahwa Falun Dafa tengah dianiaya secara semena-mena dan tanpa dasar.

Rudy, praktisi asal Batam mengatakan, “Suara anggota masyarakat bagi keadilan untuk Falun Dafa adalah suara harapan di masa pandemi ini.”