(Minghui.org) Beberapa hari yang lalu saya menerima telepon dari komite tempat tinggal saya dan diminta lagi untuk divaksinasi, kecuali jika saya mendapatkan persetujuan dari kantor vaksinasi setempat untuk pengecualian vaksin.

Saya telah membaca laporan bahwa banyak provinsi telah mengeluarkan kebijakan lokal mereka yakni tanpa vaksinasi, seseorang tidak diizinkan pergi ke tempat umum atau menggunakan transportasi umum. Anak-anak dilarang kembali ke sekolah jika orang tua mereka tetap tidak divaksinasi. Beberapa tempat memberikan insentif seperti telur, minyak goreng, atau bahkan uang tunai bagi orang yang sudah mendapatkan suntikan. Vaksinasi, yang seharusnya menjadi pilihan pribadi, telah menjadi kewajiban dan tugas politik.

Ketika suami saya pulang malam itu, saya memberi tahu dia tentang panggilan telepon komite perumahan. Ia juga seorang pengikut Dafa dan bekerja sebagai pegawai negeri. Dia telah dipaksa untuk divaksinasi beberapa bulan yang lalu. Dia khawatir dan meminta saya untuk menerima vaksin sebelum masalah lebih lanjut terjadi. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak akan mau divaksin.

Saya juga berbagi beberapa diskusi yang saya lakukan dengan beberapa praktisi lokal selama kelompok belajar Fa kami beberapa hari sebelum panggilan telepon dari komite perumahan. Selama sesi berbagi pengalaman dari pertemuan kami, seseorang bertanya apakah kami harus divaksinasi. Seseorang mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan sesuatu seperti vaksin mencemari tubuhnya; beberapa mengutip artikel Guru baru-baru ini "Rasional," di mana Guru (Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Dafa) mengatakan "Pengikut Dafa yang sejati, semuanya memiliki energi, mereka sendiri adalah pembasmi karma dan bakteri..."

Jawaban saya adalah: “Pengikut Dafa jangan mengambil inisiatif untuk mendapatkan vaksin kecuali mereka benar-benar harus melakukannya.” Begitu saya mengatakannya, saya merasa bahwa saya salah. Apa yang mutlak diperlukan? Apakah ini pengaturan oleh kekuatan lama? Pengikut Dafa memainkan peran utama di sini, dan segala sesuatu di dunia manusia harus berubah mengikuti pikiran dan konsep kita.

Saya terus bertanya pada diri sendiri: “Untuk apa saya berkultivasi? Mengapa saya tidak divaksin” Tubuh saya telah dimurnikan oleh Guru setelah semua kesulitan dan usaha, dan menjadi sangat murni. Bagaimana saya bisa membiarkannya tercemar lagi dengan vaksin? Sama sekali tidak! Saya harus memperjuangkan kerja keras dan usaha Guru dalam memurnikan tubuh saya.

Dua hari setelah panggilan telepon komite perumahan, suami saya melihat berita di teleponnya bahwa Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengeluarkan pengumuman untuk melarang vaksinasi wajib dan membatalkan kebijakan lokal untuk memaksa orang mendapatkan suntikan. Suami saya juga terkesan dengan betapa pentingnya pikiran lurus seorang kultivator. Saya menambahkan bahwa Guru-lah yang mahakuasa.

Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)