(Minghui.org) Li Zhuhua, berusia 69 tahun, mulai berlatih Falun Gong, sebuah latihan spiritual yang juga dikenal sebagai Falun Dafa, pada tanggal 22 April 1996. Dia telah berulang kali ditangkap dan disiksa karena keyakinannya setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) melancarkan kampanye nasional menentang Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Putranya Zhang Ce, juga seorang praktisi, dijatuhi hukuman sepuluh tahun dan dikeluarkan dari perguruan tinggi.

Penganiayaan memisahkan Li dan putranya selama lebih dari sepuluh tahun. Adik laki-lakinya dan keluarganya juga hidup dalam ketakutan dan penderitaan karena penganiayaan.

Berkah Dari Berlatih Falun Gong

Li, dari Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, didiagnosis menderita kanker rahim pada tahun 1996. Operasi akan membutuhkan setidaknya 7.000 yuan, yang tidak mampu ia bayar.

Beberapa hari setelah diagnosisnya, dia memutuskan untuk berlatih Falun Gong. Tiga bulan kemudian, Li menemukan bahwa kankernya telah hilang ketika dia kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lagi. Penyakitnya yang lain termasuk rematik, nyeri punggung bawah, sinusitis, dan nefritis, juga hilang. Dia tidak minum obat apa pun sejak itu dan menikmati kegembiraan karena bebas dari penyakit.

Tidak hanya secara fisik, Li juga mengalami perubahan besar secara mental. Dia bahagia setiap hari, merasa bahwa hidupnya berlimpah dan memuaskan. Dia biasa menerima suap karena pekerjaannya dalam pengadaan bahan dan pengiriman produk untuk pabrik farmasi. Hidup dengan prinsip-prinsip dari Falun Gong Sejati, Baik, Sabar, dia tidak lagi menyimpan uang untuk dirinya sendiri dan menyerahkannya kepada perusahaan. Manajer pabrik sangat tersentuh, mengatakan bahwa pekerjaannya akan sangat mudah jika semua orang di pabrik berlatih Falun Gong.

Li juga menjadi baik dan perhatian kepada semua orang di sekitarnya. Dia adalah satu-satunya dari tiga menantu perempuan yang merawat ayah mertua mereka selama dia tinggal di rumah sakit sebelum dia meninggal.

Melihat ibunya dalam semangat yang baik, putranya Zhang merasa terinspirasi dan dia juga berlatih Falun Gong. Prestasi akademiknya meningkat.

Ditangkap dan Disiksa karena Mengklarifikasi Fakta

Kehidupan damai ibu dan anak itu terganggu pada bulan April 1999, ketika pemerintah setempat mencoba menutup tempat latihan Falun Gong mereka. Setelah penganiayaan dimulai pada tanggal 20 Juli tahun itu, polisi datang ke rumah praktisi setempat dan memaksa mereka untuk menyerahkan buku-buku Falun Gong dan materi terkait. Mereka juga mengikuti praktisi dan memantau aktivitas mereka.

Suatu hari pada bulan Mei 2000, Li memberitahu orang-orang fakta tentang Falun Gong di kampung halaman bibinya di Kota Shulan, Provinsi Jilin dan dia ditangkap. Dia dibawa ke Kantor Polisi Tiecheng untuk diinterogasi. Dia diborgol dan digantung selama 11 jam, dengan jari-jari kakinya hampir tidak menyentuh lantai. Uang sebesar 300 yuan yang dimilikinya dibawa pergi oleh polisi.

Untuk memaksa Li mengungkapkan sumber materi Falun Gong yang dia berikan, wakil kepala Du Yude dan tiga petugas memukuli seluruh tubuhnya. Mereka juga menuangkan tiga botol minyak mustard ke mulut, lubang hidung, dan matanya. Li hampir tersedak dan dia merasa wajahnya terbakar dengan rasa sakit yang tak terbayangkan.

Li dibawa ke Pusat Penahanan Nanshan di Jilin sekitar pukul 11 malam. Setibanya di sana, beberapa narapidana takut melihat wajahnya yang bengkak dan memar di kakinya.

Dua puluh lima hari kemudian, Li dibawa kembali ke Harbin dan ditahan di Pusat Penahanan Harbin No. 2 selama 20 hari lagi. Adik laki-lakinya dipaksa untuk membayar biaya perjalanan polisi dan praktisi setempat lainnya membayar polisi 3.000 yuan sebelum dia dibebaskan.

Tiga Tahun di Penjara Wanita Heilongjiang

Pada tanggal 8 Desember 2000, Li melakukan perjalanan mengunjungi bibinya di Kota Cangzhou, Provinsi Hebei. Dia menginap semalam di Beijing untuk transfer bus, dan dia ditangkap pada malam hari dan ditahan di Pusat Penahanan Distrik Tongzhou, sampai dia dipindahkan ke Divisi Ketujuh Biro Keamanan Umum Beijing pada akhir bulan Februari 2001.

Pada akhir bulan Mei 2001, Li dibawa kembali ke Harbin dan dijatuhi hukuman tiga tahun di Penjara Wanita Heilongjiang. Karena dia menolak untuk melepaskan Falun Gong, dia diborgol di bagian belakang, dipaksa duduk dari pagi hingga sore dan diikat ke tempat tidur saat tidur di malam hari. Penyiksaan berlangsung selama satu bulan.

Li ditugaskan ke Tim No.9. Saat dia dan praktisi lain memprotes penganiayaan dengan menolak melakukan kerja paksa, mereka dipaksa duduk di tanah semen yang sedingin es pada siang hari. Terkadang penjaga memaksa mereka untuk duduk di bangku kecil tanpa bergerak. Mereka diberi makanan yang berkualitas buruk, dilarang membeli kebutuhan sehari-hari dan menolak kunjungan keluarga. Dihasut oleh penjaga, para napi sering memukuli dan mencaci maki mereka.

Penjara menggunakan berbagai cara untuk menyiksa para praktisi. Sepanjang musim dingin tahun 2002, para praktisi di Tim No. 9 diperintahkan untuk berjalan sepanjang hari di sekitar halaman penjara. Mereka semua sangat lelah. Pada satu kesempatan, praktisi Wang Wanzhen pingsan karena kelelahan, tetapi dia diberitahu untuk melanjutkan berjalan hanya setelah istirahat sebentar.

Pada tanggal 7 Desember 2003, Li akhirnya dibebaskan. Dia diberitahu oleh tetangganya bahwa rumahnya dibobol dan digeledah oleh dua petugas berpakaian preman setelah dia ditangkap. Mereka juga menginstal perangkat lunak pengawasan di teleponnya.

Putranya Dihukum Sepuluh Tahun

Ketika Li kembali ke rumah setelah menjalani hukuman tiga tahun, putranya ditangkap pada tahun 2002 karena pergi ke Beijing untuk memohon untuk berlatih Falun Gong. Dia dikeluarkan dari perguruan tinggi dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.

Pihak berwenang di Penjara Hulan melarang Li mengunjungi Zhang atau memberikan setoran tunai untuknya. Suatu hari di musim panas tahun 2006, Li menerima telepon dari seorang penjaga penjara bernama Li Gang, yang menyalahkan Zhang karena tidak melepaskan Falun Gong. Saat mereka berbicara, Li mendengar Zhang berteriak bahwa dia dipukuli oleh sekelompok penjaga. Li memprotes kepada penjaga, tetapi tidak berhasil.

Setelah ibu dan anak itu akhirnya bersatu kembali sepuluh tahun kemudian, mereka masih harus menghadapi kesulitan keuangan yang luar biasa sebagai akibat dari penganiayaan. Keduanya melakukan pekerjaan sambilan dengan gaji yang sangat rendah untuk bertahan hidup.

Keadaan Buruk Keluarga Saudara Laki-Lakinya

Adik Li dan keluarganya berlatih Falun Gong. Keponakannya Li He berada di sekolah menengah ketika penganiayaan dimulai pada tahun 1999. Suatu hari di kelas, seorang guru memfitnah Falun Gong. Li He membantah, “Falun Gong bukanlah aliran sesat. Ini adalah latihan yang mendalam dan tidak ada yang salah dengan itu. Setiap praktisi Falun Gong adalah orang baik.”

Guru dan semua teman sekelasnya tercengang oleh pembicaraannya. Guru itu sangat marah dan membawanya ke kantor kepala sekolah. Ayahnya kemudian dipanggil ke sekolah dari tempat kerja.

Guru berkata kepada ayahnya, “Apakah anda juga berlatih Falun Gong? Mengapa anda mendidik anak anda melawan pemerintah?”

Melihat putranya gugup dan kesakitan, saudara laki-laki Li sangat sedih. Dia meminta maaf kepada guru dan kepala sekolah di luar kehendaknya. Dia berkata bahwa dia dan putranya tidak akan berlatih Falun Gong karena pemerintah tidak mengizinkannya.

Sejak hari itu, Li He menjadi takut bertemu gurunya dan memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah. Dia menjadi pendiam dan tidak bersemangat. Dia menderita depresi dan psikosis ringan.

Kemudian, karena takut akan penganiayaan, orang tua Li He juga berhenti berlatih Falun Gong. Mereka terus-menerus khawatir tentang putra mereka dan beberapa masalah kesehatan mereka muncul kembali. Ibu Li He meninggal karena kanker darah pada bulan November 2014 di usia 55 tahun. Setelah menginjak usia 32 tahun pada tahun 2015, Li He tidak bisa bekerja seperti orang normal dan masih sangat bergantung pada perawatan ayahnya.