(Minghui.org) Kultivasi adalah jalan spiritual dari manusia menuju kultivasi sang sadar. Selama seorang kultivator masih memiliki tubuh manusia, ia akan menyimpan pemikiran manusia. Itulah mengapa kita sering diingatkan untuk belajar Fa dengan baik. Jika kita malas belajar Fa, kita akan mudah terpengaruh oleh pemikiran manusia kita sendiri dan dimanfaatkan oleh makhluk di dimensi lain.

Hanya ketika kita memerhatikan dengan saksama ketika belajar Fa, kita akan tersadarkan pada ajaran dan meningkat; jika tidak, tingkat kultivasi kita mungkin jatuh tanpa kita sadari.

Masalah yang sama juga berkaitan dengan melakukan latihan dan itu semua tergantung pada pola pikir apa yang kita miliki. Ketika kita melakukan latihan dengan pikiran tenang, kita akan merasa nyaman setelahnya dan penuh energi; kita tidak akan mencapai itu dengan hanya melakukan gerakan, namun pikiran kita sibuk dengan segala macam pikiran liar. Jika kita menganggap melakukan latihan sebagai tugas yang harus diselesaikan, hasilnya mungkin tidak baik. Bukankah ada beberapa rekan praktisi yang tertidur saat bermeditasi?

Ketika rekan-rekan praktisi tidak dapat memerhatikannya dan tertidur saat memancarkan pikiran lurus, ini adalah masalah lain dari tidak memperlakukan kultivasi dengan serius.

Beberapa orang mungkin berpikir sulit untuk tetap rajin setiap saat, tetapi kita harus menyadari bahwa kultivasi sangat serius dan membutuhkan ketekunan. Jika semudah itu, siapa yang tidak mau berkultivasi?

Guru memberi tahu kita:

“Dafa adalah serius, Xiulian adalah serius, bukan berupa permainan.” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa Amerika Serikat Timur)

Sebenarnya, jika seseorang benar-benar serius berkultivasi dan memerhatikan detail-detail kecil, kultivasi Dafa tidak akan terlalu sulit, dan mungkin kesengsaraan yang terjadi akan menjadi lebih sedikit dan kultivasi menjadi lebih lancar.

Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)