(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa di tahun 90-an saat putri saya baru berusia tiga tahun. Setiap kali saya mendengarkan Ceramah Fa Guru, dia ada di samping saya.

Suatu kali dia berlari ke cermin, melihat dirinya sendiri dan berseru, “Ibu! Lihat! Rambut saya biru dan keriting.” Saya melihat ke cermin, tetapi tidak melihatnya. Ekspresi serius di wajahnya yang polos memberi tahu saya bahwa dia tidak berbohong. Saya menyadari bahwa Tianmu-nya melihat citra dirinya yang sebenarnya.

Kepingan Salju Kecil

Guru berkata,

“Sampai saat saya mengajarkan Fa, Dewa yang datang itu turun ke bawah bagaikan bunga salju. Begitulah banyaknya.” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa di New York 2016,” Ceramah Fa di Berbagai Tempat 14)

Ketika putri saya bertambah besar, dia membaca Ceramah Guru dan melakukan latihan bersama saya. Dia juga kadang-kadang pergi dengan saya untuk membagikan brosur klarifikasi fakta.

Dia bercerita tentang mimpi di mana Guru membawanya ke tempat yang indah. Persis seperti bagaimana surga digambarkan dalam novel Perjalanan ke Barat—jendelanya terbuat dari batu giok, pakunya terbuat dari emas, dan gerbang ganda berwarna merah dihiasi dengan lukisan burung phoenix yang indah. Warnanya transparan dan indah di setiap tampilan. Ada juga motif naga terbang dan phoenix di mana-mana. Kastel besar itu terbuat dari emas, perak, dan batu mulia ungu, serta ada bunga dan tanaman yang indah dan langka di taman. Guru memberitahukannya bahwa tempat yang sangat indah ini adalah rumahnya yang sebenarnya.

Selama bertahun-tahun, Guru juga telah memberikan dorongan dan bimbingannya kepada saya melalui kata-kata putri saya. Ini sangat membantu kultivasi saya.

Menjauh dari Dafa saat Perguruan Tinggi

Setelah dia mulai kuliah di kota yang berbeda, jauh dari lingkungan kultivasi yang akrab di rumah, putri saya menjauh dari Dafa. Dia meniru kebiasaan buruk dari teman-temannya, dan menjadi terkontaminasi di tong pencelup raksasa masyarakat saat ini. Dia selalu menggunakan ponselnya, menghabiskan berjam-jam menonton video online, dan menyukai belanja online.

Saya mencoba mengingatkannya untuk belajar Fa dan menempuh jalur kultivasinya. Dia tidak mau mendengarkan, dan menjadi tidak sabar dan kesal ketika saya menyebutkan hal-hal ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa, jadi saya semakin jarang membicarakannya. Dia menjadi benar-benar tersesat di antara orang-orang biasa, dan akhirnya berhenti berkultivasi

Setelah dia mengikuti sekolah pascasarjana, dia menjadi depresi karena beban kerja yang berat dan tekanan. Dia sering mengatakan hal-hal seperti, “Apa gunanya hidup? Lebih baik saya mati.”

Putri saya memendam banyak kebencian terhadap saya. Dia yakin bahwa alasan dia tidak cukup pintar, tidak cukup mampu, dan tidak cukup sukses adalah karena saya terlalu ketat dengannya ketika dia tumbuh dewasa. Dia membenci saya karena memukulnya dan mengkritiknya ketika dia masih kecil. Dia menyalahkan saya, dan berkata saya menghancurkan hidupnya. Dia bersumpah untuk membenci saya selamanya. Dia mengatakan banyak hal kasar dan menyakitkan kepada saya.

Saya menangis setiap kali saya berbicara dengannya. Saya merasa disalahkan dan marah kepadanya. Saya tidak mengerti bagaimana dia bisa begitu tidak tahu berterima kasih. Bukan saja dia tidak menghargai saya karena membesarkannya, menafkahinya, dan mendukungnya secara finansial melalui sekolah sarjana dan pascasarjana, dia melihat saya sebagai musuh terburuknya. Di sisi lain, saya khawatir dia akan melukai dirinya sendiri atau bahkan bunuh diri. Semua kepahitan dan kekhawatiran yang saya bawa bersemayam di dada saya seperti batu besar.

Keadaan Berbalik

Saya tahu keadaan putri saya tidak benar begitu juga dengan saya. Saya bertingkah seperti orang biasa, terkadang bahkan lebih buruk. Guru berkata,

“Hal apa pun juga bukanlah secara kebetulan, terdapat faktor dari dua aspek, kalau bukan datang untuk menguji anda, maka adalah untuk membantu anda, pokoknya dari dua aspek, coba anda pikirkanlah, tidak ada yang kebetulan.” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa Peringatan 25 tahun Penyebaran Dafa,” Ceramah Fa di Berbagai Tempat 14)

Saya berpikir, “Bukan kebetulan bahwa putri saya berada dalam kondisi ini. Hal ini terjadi agar saya dapat berkultivasi dan meningkatkan diri. Tetapi, apa yang harus saya lakukan?” Saya menyadari bahwa dia mengeluh setiap kali dia menelepon saya. Apakah ini yang perlu saya perbaiki—kebencian saya? Saya memeriksa diri saya untuk melihat apakah saya menyimpan dendam.

Apa yang saya temukan membuat saya heran. Sebenarnya, kebencian saya sangat dalam. Saya membenci ibu mertua saya karena lebih menyukai cucu laki-laki daripada cucu perempuan dan bahwa dia tidak membantu saya menjaga putri saya. Saya membenci suami saya karena membiarkan ibunya. Saya membenci putri saya karena tidak menghargai hal-hal yang telah saya lakukan untuknya. Saya akhirnya menyadari bahwa keluhan terus-menerus putri saya mencerminkan kebencian saya sendiri. Itu adalah petunjuk saya bahwa saya perlu menyingkirkan kebencian.

Saya memutuskan untuk sepenuhnya menghilangkan kebencian. Saya menelepon putri saya dan dengan tulus meminta maaf kepadanya, “Saya telah membuat banyak kesalahan di masa lalu dan saya meminta maaf. Saya seharusnya tidak memukul kamu dan mengkritik kamu ketika kamu masih kecil. Saya telah menyebabkan kamu merasakan banyak penderitaan. Saya menyesal.”

Saya memprioritaskan untuk menyingkirkan kebencian, tetapi tidak mudah untuk menghilangkannya karena datangnya bergelombang. Terkadang sepertinya kebencian saya hilang. Tetapi itu akan muncul kembali setelah beberapa hari. Setiap kali saya merasa pahit tentang seseorang atau sesuatu, putri saya menelepon dan mengeluh. Setiap kali itu terjadi, saya tahu sudah waktunya untuk mencari ke dalam dan terus berusaha melenyapkan keterikatan yang membandel ini.

Perlahan-lahan saya menyingkirkan kebencian terhadap ibu mertua dan suami saya. Namun, putri saya kadang-kadang masih menelepon dan mengeluh. Jadi saya terus menggali lebih jauh dan memeriksa diri saya sendiri. Saya menemukan kebencian saya terhadap orang lain. Saya berusaha menghapus sepenuhnya dari hati saya, dan menyingkirkan semuanya.

Saya mengulangi proses ini berulang-ulang untuk waktu yang lama dan melihat Xinxing saya meningkat. Ketika saya memikirkan seseorang yang menyakiti saya sebelumnya, saya tidak lagi memiliki perasaan kesal terhadap mereka, tetapi merasa tenang. Saya dengan tulus berterima kasih kepada mereka karena telah membantu saya menghilangkan karma saya, dan tidak menyimpan dendam apa pun terhadap mereka.

Tepat ketika saya pikir saya akhirnya lulus tes ini, putri saya menelepon lagi suatu hari dan mengeluh. Dia bahkan lebih kasar kali ini, dan menggunakan beberapa kata yang keras. Dia berbicara seolah-olah saya adalah musuh terbesarnya, dan mengatakan kepada saya bahwa dia akan menyingkirkan saya dari hidupnya untuk selama-lamanya.

Setelah kami berbicara, saya segera memancarkan pikiran lurus. “Tidak ada kejahatan yang diizinkan menggunakan putri saya untuk mengganggu saya. Saya memiliki Guru. Jika saya memiliki kekurangan, saya akan memperbaiki diri melalui kultivasi Dafa.”

Malam itu, putri saya menelepon dan meminta maaf untuk pertama kalinya. Dia bilang dia salah, dan dia seharusnya tidak mengatakan hal-hal yang menyakitkan itu.

Mengubah Pemikiran Saya, dan Begitu Juga Putri Saya

Sejak dia meminta maaf kepada saya, putri saya jarang mengeluh lagi. Namun, kondisinya tidak membaik. Dia kurang percaya diri dan pesimis. Saya memintanya dengan tulus, “Belajar Fa saja dan mengultivasi diri dengan teguh. Ketika kamu mengubah pemikiran, kamu akan melihat dunia secara berbeda.” Dia mengatakan kepada saya dia akan melakukannya tetapi dengan cepat terulang kembali. Saya bingung, dan bertanya-tanya apa akar masalahnya.

Suatu hari saat saya membaca artikel berbagi di Minghui, saya tiba-tiba menyadari apa masalahnya. Guru pasti telah mengatur agar saya menemukan artikel ini karena saya membutuhkan waktu terlalu lama untuk tersadarkan. Saya mengatakan kepada putri saya untuk mengubah pemikirannya, tetapi bagaimana dengan saya? Apakah saya telah mengubah pemikiran saya? Meskipun saya tidak suka menggunakan kata "depresi" untuk menggambarkan keadaan putri saya, saya menerimanya. Bukankah itu sama dengan mengakui bahwa dia sakit? Saya mengatakan kepadanya untuk belajar Fa dan mengatakan kepadanya hanya ketika dia belajar Fa dengan baik, dia dapat menarik dirinya keluar dari itu. Bukankah ini pengejaran? Ingin menggunakan Dafa untuk menyembuhkan penyakit putri saya?

Semuanya menjadi jelas bagi saya pada saat itu — pemikiran saya yang salah yang menyebabkan keadaan putri saya. Saya adalah akar penyebabnya. Dia tidak “depresi,” tetapi sedang melalui proses pembersihan karma pikirannya. Gejalanya hanyalah manifestasi dari keadaan ini. Hal-hal akan berbalik ketika mereka mencapai titik klimaks. Itu adalah tanda bahwa karma pikirannya akan dilenyapkan. Itu adalah hal yang baik.

Saat pemikiran saya berubah, saya merasakan beban terangkat dari hati saya. Tubuh saya terasa sangat ringan dan nyaman.

Putri saya menelepon keesokan harinya dan mengatakan bahwa dia merasa baik, dan telah kembali belajar Fa. Dia menelepon lagi beberapa hari kemudian dan terdengar bersemangat, “Ibu, saya kembali. Saya telah kembali ke jalur kultivasi Dafa.” Saya sangat senang mendengarnya, saya hampir tidak bisa menahan air mata saya.

Itu persis seperti yang Guru katakan kepada kita,

“…Paham berubah, Yang busuk dipadamkan, Yang bercahaya bersinar dengan terang.” (“Kehidupan yang Baru,” Hong Yin I)

Saya juga menyadari bahwa Guru selalu mengawasi dan melindungi praktisi muda.

Epilog

Mengingat kesengsaraan ini, saya telah belajar hal berikut: Pertama untuk selalu menempatkan keyakinan penuh saya pada Guru dan Fa. Bahkan ketika putri saya berada dalam kondisi terburuknya dan saya adalah yang paling khawatir dan berada di ambang gangguan mental, saya berkata pada diri sendiri, “Saya memiliki Guru. Saya hanya mengikuti pengaturan Guru.” Dengan pemikiran ini, kecemasan saya hilang dan saya menjadi tenang.

Kedua, adalah untuk selalu memeriksa diri sendiri dan mengultivasi diri sendiri, bukan orang lain. Terlepas dari seberapa baik atau seberapa buruk kinerja putri saya, saya tidak boleh fokus padanya karena saya tidak mengultivasinya. Saya sedang mengultivasi diri sendiri.

Ketika saya melihat kembali bagaimana saya melewati kesengsaraan ini, saya benar-benar merasa bahwa tindakan dan keadaan putri saya semuanya untuk kultivasi saya sendiri. Dia membantu saya meningkat, dan saya harus dengan tulus berterima kasih kepadanya.