(Minghui.org) Saya seorang praktisi berusia 56 tahun dari Provinsi Guizhou. Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 2017. Saya ingin berbagi salah satu pengalaman saya melewati ujian Xinxing di tempat kerja, yang benar-benar membantu saya maju dalam kultivasi.

Ketika saya mengunjungi orang tua saya pada tahun 1996, saya melihat banyak orang di tempat kerja ayah saya melakukan sejenis latihan qigong. Saya merasa sangat nyaman dan santai mendengarkan musik latihan; seperti berjalan di alam. Namun, saya tidak setuju saat pertama kali saudara perempuan saya meminta saya untuk berlatih Falun Dafa.

Saya dan suami saya membawa putra kami ke ibu kota provinsi untuk pemeriksaan mata pada tahun 2017, dan kami tinggal di rumah sepupu saya. Saya bercerita tentang ibu mertua saya yang lumpuh setelah terkena stroke. Dia memberi saya beberapa brosur tentang efek ajaib penyembuhanDafa, dan meminta saya membacakan kepada ibu mertua saya dan mencari tempat latihan di daerah kami.

Itu adalah pertama kalinya saya membaca Zhuan Falun. Foto Guru Li Hongzhi (pencipta Dafa) tampak tidak asing bagi saya. Sepupu saya mengatakan kepada saya bahwa Falun Dafa adalah Xiulian Fa Buddha. Saya segera menjawab, “Inilah yang saya cari!” Saya telah menyembah dewa sejak kecil dan selalu berharap untuk diselamatkan oleh dewa. Saya akhirnya menemukannya!

Saya membaca brosur yang diberikan sepupu saya, dan itu membantu saya memahami Falun Dafa dengan lebih baik. Saya memutuskan untuk pergi ke tempat latihan untuk belajar latihan Dafa. Namun, sehari sebelumnya, saya jatuh dan pergelangan kaki saya terkilir. Sangat sakit hingga saya tidak bisa menahan air mata. Keesokan paginya, kaki kiri saya berwarna ungu dan sangat sakit untuk berjalan, tetapi saya tetap pergi ke tempat latihan. Setelah sebulan berlatih, semua penyakit kronis saya hilang. Kulit saya menjadi kemerahan, dan saya merasa sangat ringan. Itu sangat luar biasa!

Saya juga menemukan bahwa Xinxing saya meningkat. Saya mengikuti persyaratan Fa dalam kehidupan sehari-hari dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan saya. Ketika menghadapi konflik, saya tetap tenang dan mencari ke dalam untuk melihat apakah saya menyakiti seseorang atau apakah itu disebabkan oleh keterikatan emosional saya sendiri.

Bekerja di Asrama Sekolah

Saya bekerja dengan dua rekan kerja untuk mengelola sebuah gedung asrama mahasiswa. Rekan kerja ini menelepon saya pada jam 01:00 pagi untuk memberi tahu saya bahwa mereka akan berhenti bekerja. Pengawas menyalahkan mereka karena lampu di gedung dimatikan dua menit yang lalu, meskipun lampu di gedung lain tidak dimatikan pada waktu yang ditentukan. Mereka kemudian berdebat dengan supervisor dan bertanya apakah saya ingin berhenti juga. Saya bilang saya butuh pekerjaan untuk melunasi pinjaman.

Saya menelepon supervisor perusahaan manajemen properti keesokan harinya untuk membujuk rekan kerja saya tetap bekerja, karena perusahaan ini baru saja mengambil alih tanggung jawab sekolah ini. Mereka membutuhkan beberapa manajer asrama yang cakap dan bertanggung jawab. Dia berjanji untuk berbicara dengan guru yang bertanggung jawab.

Malam itu saya bertanya kepada salah satu rekan kerja saya kapan mereka akan berhenti. Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka harus bekerja selama 15 hari lagi sebelum mereka bisa berhenti. Saya pikir mereka mungkin bisa tenang selama waktu itu, karena mereka menyukai pekerjaan itu.

Keesokan harinya, saya pergi untuk meminta supervisor membujuk mereka untuk tetap bekerja. Ketika saya kembali ke asrama, saya menyapa rekan kerja saya, tetapi mereka memiliki ekspresi tegas di wajah mereka. Saya tidak mengatakan apa-apa karena keterikatan saya pada kesombongan.

Setelah beberapa menit hening, salah satu dari mereka berkata tanpa pikir: “Kamu tidak berbicara dengan kami sebelumnya tentang kepergian kami. Orang seperti apa kamu? Sekarang kami tidak akan berhenti karena kamu ingin kami pergi. Apa yang akan kamu lakukan?"

Saya sangat bingung dan tidak mengerti bagaimana saya telah menyinggung mereka. Saya hanya berkata: "Saya sangat berharap anda tetap bekerja" Mereka tidak mendengarkan saya dan berjalan pergi.

Ketika saya kembali ke ruang istirahat asrama dan berbicara dengan mereka, salah satu wanita mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar saya pergi. Saya berjalan ke arahnya dan berkata: "Anda dapat memberi tahu saya jika saya melakukan sesuatu yang salah."

Dia menjawab: “Kamu ingin kami pergi, tetapi kami tidak akan pergi. Di gedung ini, kamu tinggal atau kami tinggal.” Dia memberi isyarat lagi agar saya pergi.

Semua orang di sana menertawakan saya. Saya merasa seperti badut yang diejek dan dihina. Pada saat itu, Fa Guru muncul di benak saya:

“Orang Xiulian
Mencari kesalahan pada diri sendiri
Berbagai sifat hati manusia banyak yang disingkirkan
Cobaan besar maupun kecil jangan sampai gagal
Yang benar adalah dia
Yang salah adalah aku
Apa yang diperdebatkan?”
(“Siapa Benar, Siapa Salah,” Hong Yin III)

Bagaimana saya bisa bertengkar dengan mereka? Pasti ada kesalahpahaman.

Mereka pergi ke kantor mengeluh tentang saya keesokan harinya. Ketika saya mendengar mereka berkata, “Entah dia tinggal atau kamitinggal. Kami berdua tidak bisa tinggal.” Saya tidak bisa menahan air mata. Saya merasa dirugikan dan disalahkan. Mengapa saya tidak bisa bergaul dengan orang biasa? Saya seorang praktisi Dafa, dan tanggung jawab saya adalah menyelamatkan makhluk hidup. Masa depan mereka mungkin hancur karena keterikatan saya. Mereka telah mendengar fakta kebenaran tentang Dafa, dan satu orang telah mundur dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan organisasi afiliasinya.

Saya mencari ke dalam dan mencari tahu bagaimana saya sampai menyakiti mereka. Saya pernah mengeluh tentang mereka dianugerahi peringkat asrama paling indah. Mereka kemudian meminta saya untuk menginstal dan bergabung dengan grup WeChat mereka, tetapi saya merasa tidak nyaman dan menolak.

Ketika saya menemukan keterikatan saya pada persaingan dan iri hati, saya memberi tahu mereka, “Saya akan berhenti! Anda berdua tinggal, karena anda telah bersama para siswa untuk waktu yang lama. Mereka membutuhkan anda. Tolong maafkan saya jika saya melakukan sesuatu yang salah pada anda.”

Mereka tiba-tiba mengubah sikapnya dan memberi tahu pengawas, “Dia harus tetap tinggal karena dia sangat cakap dan bertanggung jawab terhadap siswa.”

Pengawas itu berkata: “Tidak ada lagi penjelasan. Anda semua baik. Silakan tinggal untuk mengelola asrama dengan baik.”

Situasi berubah setelah saya mengenali keterikatan iri hati, bersaing, nafsu, dan kesombongan. Namun, aturan sekolah berubah, termasuk jam kerja. Kami diharuskan untuk tinggal di sekolah sepanjang hari, jadi saya memutuskan untuk berhenti.

Mereka menelepon saya setelah beberapa hari meminta saya untuk kembali bekerja, mengatakan bahwa saya sangat cakap, bertanggung jawab, dan memperhatikan orang lain.

Setelah mendengar orang memuji praktisi Dafa, saya menyadari betapa pentingnya kata-kata dan perbuatan kita di dunia manusia. Belas kasih praktisi Dafa terwujud dalam tindakan ketika kitamengikuti standar Fa Sejati-Baik-Sabar. Saya harus lebih rajin mulai sekarang.

Terima kasih, Guru karena telah menyebarkan Fa alam semesta yang tak tertandingi dan mengajari saya menjadi orang baik.

Terima kasih Guru! Terima kasih, rekan-rekan praktisi!