(Minghui.org) Kematian akibat penganiayaan terhadap 31 praktisi Falun Gong lainnya dilaporkan pada Oktober dan November 2022.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan pikiran-tubuh berdasarkan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Sejak diperkenalkan ke publik pada tahun 1992, tak terhitung banyaknya orang yang tertarik pada prinsip-prinsip mendalam dan manfaat kesehatan dari latihan tersebut. Khawatir akan popularitas latihan ini terus meningkat, rezim komunis Tiongkok meluncurkan kampanye nasional pada Juli 1999, berusaha membasmi latihan tersebut.

31 kematian yang baru dikonfirmasi masing-masing: satu pada tahun 2007, 2008, 2012, 2013, 2015, 2019, dan 2020. Tiga kematian terjadi pada tahun 2016, empat kematian pada tahun 2021, dan 17 kematian pada tahun 2022.

Di antara 31 praktisi, 18 adalah wanita, tinggal di 17 provinsi atau kecamatan. Liaoning dan Heilongjiang menempati urutan teratas dengan masing-masing lima kasus, diikuti oleh empat kasus di Jiangsu dan tiga di Mongolia Dalam. Henan memiliki dua kasus. 12 wilayah yang lainnya, termasuk Anhui, Guangdong, Guizhou, Hebei, Hunan, Jiangxi, Jilin, Shandong, Shanghai, Shanxi, Sichuan, dan Yunnan, masing-masing memiliki satu kasus.

Kecuali empat praktisi yang usianya tidak diketahui, praktisi lain berusia antara 45 dan 82 tahun, termasuk tujuh di usia 70-an dan dua di usia 80-an. Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk seorang insinyur, pedagang perhiasan, mantan polisi, dan seorang guru. Beberapa praktisi lanjut usia pensiunnya ditangguhkan dan melarat sebelum akhirnya meninggal dunia.

Tiga praktisi meninggal saat masih dalam tahanan. Sebagian besar lainnya meninggal dunia setelah mengalami tekanan mental jangka panjang, penahanan, dan penyiksaan. Banyak keluarga berantakan akibat penganiayaan, termasuk tiga keluarga yang masing-masing kehilangan tiga anggota keluarga.

Di bawah ini adalah daftar praktisi meninggalyang terpilih. Daftar lengkap 31 praktisi yang meninggal dapat diunduh di sini (PDF).

Meninggal dalam Tahanan

Pria Shanxi Meninggal di Penjara Saat Menjalani Hukuman karena Keyakinannya

Luo Baojun dari Kota Taiyuan, Provinsi Shanxi, berusia 60-an, meninggal pada April 2021.

Ia ditangkap pada 25 Juni 2018, karena mempelajari ajaran Falun Gong dengan praktisi lain. Polisi menghancurkan pintunya dan masuk ke rumahnya. Mereka menyegel pintunya setelah penggerebekan. Ia ditahan di Pusat Penahanan Gujiao.

Delapan praktisi lainnya ditangkap pada hari yang sama, termasuk Wang Lanmei, Wang Suping, Sun Zhifen, Zhang Qingxiang, Zhang Runying, Guo Runxian, Tian Yuqin, dan Hu Lanying. Kebanyakan dari mereka berusia 60-an pada saat penangkapan.

Kejaksaan Distrik Yingze menuntut sembilan praktisi pada 2 Januari 2019. Mereka muncul di Pengadilan Distrik Yingze pada 2 April 2019, diborgol dan dibelenggu. Pengacara praktisi memasukkan pembelaan tidak bersalah untuk mereka. Mereka berargumen bahwa polisi menggeledah rumahnya tanpa surat perintah dan membuat bukti palsu yang memberatkan mereka.

Delapan dari mereka dijatuhi hukuman antara satu dan sepuluh tahun penjara. Kasus Wang Lanmei ditunda selama dua tahun dan kemudian dibuka kembali. Dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara.

Luo dijatuhi hukuman lima tahun dan denda 20.000 yuan (Rp 44.000.000). Sekitar Juni 2019 dia dibawa ke Penjara Jinzhong. Sejak rezim komunis Tiongkok memulai kampanye “Sapu Bersih” pada awal tahun 2020 untuk memaksa praktisi Falun Gong melepaskan keyakinan mereka, otoritas penjara secara agresif melakukan kampanye tersebut.

Praktisi hanya diperbolehkan makan satu roti setiap kali makan. Setiap makanan yang mereka beli sebelumnya disita. Mereka yang menolak melepaskan Falun Gong ditahan di sel isolasi, dipaksa berdiri menghadap tembok selama berjam-jam, atau digantung di pergelangan tangan dan dipukul. Bahkan ketika beberapa menyerah pada penyiksaan dan menandatangani pernyataan melepaskan Falun Gong di luar keinginannya, para penjaga selanjutnya memerintahkan mereka untuk mencaci Falun Gong sebelum penyiksaan dihentikan.

Menurut praktisi lain yang dipenjara di sana, Luo jatuh saat mandi pada April 2021 dan meninggal tak lama kemudian. Karena sensor informasi yang ketat di penjara, detail lebih lanjut tentang kasusnya tidak jelas.

Pria 67 Tahun Meninggal di Penjara Saat Menjalani Hukuman Tujuh Tahun

Ge Zhenhua dari Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, meninggal di penjara pada 22 Oktober 2022. Ia berusia 67 tahun.

Ge ditangkap pada 20 Juni 2016 karena memasang spanduk Falun Gong dan membagikan materi informasi. Pengadilan Kota Shangzhi menjatuhkan hukuman 12 tahun dengan denda 50.000 yuan (Rp 110.000.000) pada tanggal 2 Desember 2016. Ia mengajukan banding ke Pengadilan Menengah Kota Shangzhi, yang menetapkan keputusannya tetapi mengurangi hukuman penjaranya menjadi tujuh tahun dengan denda 30.000 yuan (Rp 66.000.000).

Sejak pandemi merebak pada tahun 2020, pihak berwenang di Penjara Hulan telah memerintahkan manajemen yang ketat terhadap praktisi Falun Gong yang dipenjara. Mereka memaksa praktisi duduk di bangku kecil sepanjang hari dan menolak kunjungan keluarga mereka. Otoritas penjara menekan praktisi melepaskan keyakinan mereka. Mereka yang menolak disiksa secara brutal.

Keluarga Ge diberitahu oleh penjara sekitar awal Oktober 2022 bahwa ia menderita stroke dan berada di rumah sakit. Penjara memerintahkan keluarga untuk membayar biaya pengobatannya, yang lebih dari 10.000 yuan (Rp 22.000.000) sehari. Keluarga tidak mampu membayar dan penjara memaksanya menandatangani persetujuan untuk menghentikan pengobatan. Ge meninggal dunia pada tanggal 22 Oktober.

Wanita yang Dihukum Sewenang-wenang Meninggal Beberapa Hari Setelah Ditolak Pembebasan Bersyarat Medis

Liu Hongxia, seorang praktisi Falun Gong berusia 47 tahun, ditolak pembebasan bersyarat medis meskipun kondisinya kritis dan meninggal pada 8 November 2022.

Liu dari Kota Dalian, Provinsi Liaoning, ditangkap pada 28 Oktober 2021, karena memasang spanduk Falun Gong. Dia memulai mogok makan pada 14 Februari 2022, untuk memprotes penganiayaan.

Ketika pengacara mengunjunginya pada 28 Februari 2022, dia diberitahu bahwa dia telah dipindahkan ke Rumah Sakit Xinhua, yang bekerja-sama dengan Pusat Penahanan Kota Dalian dan penjara setempat.

Di rumah sakit, Liu diikat ke tempat tidur, dicekok paksa, dan disuntik dengan obat yang tidak dikenal. Semua kunjungan ditolak, termasuk oleh pengacara dan keluarganya.

Hakim Guo Danhua dari Pengadilan Distrik Ganjingzi mengadili Liu secara virtual dan menjatuhkan hukuman empat tahun pada 13 Juli, enam hari setelah dia dibawa kembali ke pusat penahanan. Tidak ada seorang pun di keluarganya yang diizinkan menghadiri persidangan. Permintaan pengacaranya agar menunda persidangan juga ditolak. Liu sangat lemah dan kurus sehingga dia bahkan tidak bisa duduk dan linglung di kursinya selama seluruh proses sidang.

Ketika pengacaranya akhirnya diberi izin untuk mengunjunginya setelah persidangan, dia tidak ingat dia tinggal di rumah sakit tetapi tahu bahwa dia dicekok paksa makan dan disuntik. Pengacaranya mengajukan banding atas kasusnya, tetapi pengadilan yang lebih tinggi memutuskan pada bulan Oktober untuk menegakkan putusan awal.

Liu dirawat di Rumah Sakit Xinhua lagi pada akhir Agustus dan dipindahkan ke unit perawatan intensif pada akhir Oktober. Dokter mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis untuknya. Keluarganya mengajukan pembebasan bersyarat medis untuknya pada 25 Oktober, tetapi pengadilan dan pusat penahanan menolaknya.

Liu sangat lemah ketika keluarganya diizinkan mengunjunginya pada tanggal 29 Oktober. Dia mulai mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya pada tanggal 4 November. Berpikir bahwa dia akan meninggal dalam beberapa hari, dokter meminta keluarganya untuk membawa anaknya melihat dia untuk terakhir kalinya. Kunjungan tersebut dikawal oleh petugas kepolisian. Liu meninggal pada pagi hari tanggal 8 November.

Kematian Lansia

Pria 81 tahun Meninggal Satu Tahun Setelah Menjalani Hukuman Penjara Ketiga

Liao Songlin berjuang dengan kesehatan yang buruk setelah dia dibebaskan pada 13 Juli 2021, setelah menjalani hukuman tiga tahun karena berlatih Falun Gong. Pria berusia 81 tahun Kota Chenzhou, Provinsi Hunan, meninggal pada 14 Oktober 2022. Bahkan setelah kematiannya, pekerja masyarakat setempat masih datang mengganggunya dan bahkan berusaha memverifikasi kematiannya dengan memeriksa tempat pemakamannya.

Tangan Liao Songlin diborgol di ruang pengunjung Penjara Jinshi pada tahun 2008

Liao, seorang veteran pensiunan dari Pusat Penerimaan Militer, ditangkap di rumahnya pada 19 Juli 2018. Setelah berhari-hari di pusat penahanan, pria berusia 77 tahun itu didiagnosis menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke ringan, dan tuberkulosis. Bukannya membebaskannya, para pejabat mengirimnya ke rumah sakit militer. Istrinya menuntut pembebasannya, tetapi tidak berhasil.

Pengadilan Distrik Beihu menyidangkan kasus Liao di rumah sakit pada 27 September. Ia diborgol dan dibelenggu serta tidak diperbolehkan membela diri. Hakim memvonisnya tiga tahun pada 22 Oktober 2018. Pensiunnya ditangguhkan selama masa hukumannya.

Pria Berusia 82 Tahun Meninggal karena Tekanan Mental Akibat Hukuman Penjara Sewenang-wenang

Zhou Shaotang dari Kota Panjin, Provinsi Liaoning, meninggal pada 17 November 2022, setelah ia menyerah pada tekanan mental dari hukuman sewenang-wenang satu tahun karena berlatih Falun Gong. Ia berusia 82 tahun.

Zhou ditangkap pada 13 Januari 2021, karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong di pameran komunitas. Ketika ia dibawa ke kantor polisi, ia melihat foto dirinya yang besar di atas meja. Ia curiga bahwa polisi telah membuntutinya dan mencari kesempatan untuk menangkapnya.

Polisi membawa pulang Zhou dan menyita buku-buku Falun Gong miliknya. Karena ia dan istrinya menjalaniperawatan medis berkala, polisi tidak membawanya kembali ke kantor polisi tetapi kembali setiap tiga hari untuk melecehkannya.

Pengadilan Xinglongtai mengadili Zhou pada 28 September 2021. Keluarganya membawanya ke sana dengan kursi roda. Ia pingsan selama sesi karena tekanan darah tinggi, dan hakim menunda sidang.

Mengingat kondisi Zhou, hakim mengadakan sidang lagi di rumahnya pada awal Desember 2021 dan pada 8 Desember menjatuhkan hukuman satu tahun yaitu rumah diawasi. Mereka meninggalkan ponsel di rumahnya untuk memantau kegiatan sehari-harinya.

Hukuman dan pengawasan ponsel terlalu berat bagi Zhou. Ia mengembangkan kondisi paru-paru dan meninggal pada 17 November 2022.

Sebelum cobaan terakhirnya, Zhou ditangkap pada 31 Desember 2000, karena membentangkan spanduk Falun Gong di Lapangan Tiananmen. Ia kemudian dijatuhi hukuman empat tahun. Setelah dibebaskan polisi terus memantau dan mengganggunya.

Wanita Mendekati 80 Tahun Meninggal Setelah Penahanan dan Pengadilan Saat Menderita Limfoma Akut

Luo Qinxian, hampir 80 tahun, dipenjara karena keyakinannya pada Falun Gong meskipun kondisinya kritis akibat limfoma akut. Dia meninggal pada 5 September 2022, satu bulan setelah dia ditempatkan dalam pengawasan perumahan.

Luo dari Kota Kaili, Provinsi Guizhou, ditangkap pada 12 Oktober 2021, karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Pengadilan menjadwalkan sidang pada 12 April 2022, tetapi menundanya setelah keluarganya menyewa pengacara untuk mengajukan pembelaan tidak bersalah atas namanya.

Pada 13 April 2022, biro jaminan sosial menangguhkan pensiun Luo dan memerintahkannya mengembalikan pembayaran yang telah dia terima sejak Desember 2021, tak lama setelah penangkapannya disetujui. Mereka mengutip kebijakan baru bahwa tidak ada pensiunan yang dipenjara berhak atas tunjangan apa pun, meskipun tidak ada undang-undang perburuhan Tiongkok yang mengatur ketentuan seperti itu. Mereka mengancam akan menuntutnya jika dia tidak menyerahkan uang tepat waktu.

Luo didiagnosis menderita limfoma akut, sejenis kanker yang mempengaruhi sel darah putih, pada 16 Mei 2022, dan dioperasi di rumah sakit setempat. Saat dia pulih, pihak berwenang membawanya kembali ke pusat penahanan pada 27 Mei dan tidak mengizinkan dia dibebaskan dengan jaminan, meskipun kondisinya kritis.

Pengadilan menyidangkan kasus Luo di pusat penahanan pada 19 Juli. Karena kondisinya terus memburuk, pihak pengadilan akhirnya mengizinkan dia dibebaskan pada 12 Agustus dan menempatkannya dalam pengawasan perumahan selama enam bulan.

Pada saat itu, tubuh Luo menjadi sangat cacat. Dia merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Sedikit tersentuh akan membuatnya meringis kesakitan. Cairan mengalir dari kaki dan wajahnya bengkak. Dia kehilangan hampir semua pendengarannya dan hanya memiliki sedikit penglihatan yang tersisa. Dia meninggal sebulan kemudian pada tanggal 5 September.

Keluarga Berantakan

Berita susulan: Orang Tua dan Anak Semua Meninggal dalam Penganiayaan

Sebuah keluarga beranggotakan tiga orang di Kota Changzhou, Provinsi Jiangsu, berlatih Falun Gong pada tahun 1996. Penyakit yang telah lama mereka derita segera hilang dan mereka menikmati kehidupan yang damai.

Setelah rezim komunis Tiongkok memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, putranya, Cai Wenming, dijatuhi hukuman tujuh tahun. Ia berjuang dengan penyakit jantung yang ia derita dan meninggal dunia pada tahun 2013 di usia 47 tahun, enam tahun setelah dibebaskan. Ibunya, Zhen Xiangying, meninggal dunia tiga tahun kemudian. Ayahnya, Cai Jianhua, dijatuhi hukuman tiga tahun pada awal tahun 2020. Ia meninggal dunia pada Mei 2020 sebelum menjalani masa hukuman. Dia berusia 77 tahun.

Kematian Putra

Cai Wenming ditangkap pada 27 Oktober 2000. Saat polisi memukulnya, mereka berkata kepada Cai, “Kami dapat menangkap orang seperti kamu kapanpun kami mau tanpa mengikuti prosedur hukum apapun.” Polisi juga memborgol Cai, menutup matanya, dan menggantung pergelangan tangannya ke kusen pintu. Ia bergelantungan di udara saat petugas memukulnya dengan ikat pinggang dan pentungan.

Petugas mengisi tangki dengan air dan mendorong kepalanya ke dalamnya. Mereka menyiksanya sampai kelelahan. Sebelum fajar, mereka menelanjanginya dan memaksanya berlutut di lantai beton.

Petugas menyiksa Cai dengan cara yang sama keesokan harinya. Akibatnya, ia mengompol. Penduduk yang tinggal di sekitarnya bisa mendengar teriakannya di malam hari.

Selama empat hari penahanan dan penyiksaan, Hong berusaha menjebaknya sebagai biang keladi yang mengorganisir praktisi setempat pergi ke Beijing pada awal Oktober untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong, padahal sebenarnya selama waktu itu ia berada di luar kota dalam perjalanan pribadi.

Cai dijatuhi hukuman tujuh tahun pada tanggal 9 Agustus 2001. Setelah ia dibebaskan pada bulan Oktober 2007, ia sering mengalami nyeri dada hebat, yang terkadang berlangsung selama berhari-hari. Ia mulai mengalami nyeri sistemik pada Juli 2013 dan tidak bisa tidur di malam hari. Ia meninggal pada akhir Oktober di usia 47 tahun.

Kematian Ibu

Empat bulan setelah penangkapan Cai pada Oktober 2000, orang tuanya, Cai Jianhua dan Zhen, dibawa ke pusat cuci otak dan dipukul dengan batang besi dan tongkat kayu. Setelah kaki mereka menjadi sangat bengkak, petugas memaksa mereka berdiri berjam-jam sebelum membiarkan tidur.

Zhen menderita sakit punggung parah sehingga dia tidak bisa berdiri tegak dan harus bersandar ke dinding saat berjalan. Khawatir dia akan mati dalam tahanan, polisi membebaskannya pada 13 April 2001. Dia terbaring di tempat tidur selama tiga bulan.

Setelah dia sembuh, Zhen pergi ke Beijing untuk memohon hak berlatih Falun Gong dan dihukum dua setengah tahun di Kamp Kerja Paksa Wanita Judong.

Penyiksaan yang dideritanya di kamp kerja paksa berdampak pada kesehatannya, diikuti dengan kematian putranya pada tahun 2013. Dia jatuh sakit segera setelah itu dan meninggal tiga tahun kemudian pada bulan April 2016.

Kematian Ayah

Cai Jianhua pertama kali ditangkap pada 18 Juli 2000, ketika ia pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Polisi menelanjanginya dan memaksanya berlutut. Mereka juga menampar wajah dan memukul kepalanya.

Pada 24 Juli, polisi memborgol Cai, menggantung pergelangan tangannya ke kusen pintu, dan memukulnya. Setelah dipukul pada suatu pagi, mereka menurunkannya sekitar tengah hari. Ia pingsan selama 50 menit. Hong menuangkan air dingin ke tubuhnya untuk membangunkannya. Ketika dia sadar, dia mengompol.

Cai pergi ke Beijing untuk memohon lagi pada awal Oktober 2000. Polisi juga memborgol dan mencekiknya sampai hampir kehabisan napas. Pada malam hari, mereka menelanjanginya hingga tinggal celana dalamnya dan memaksanya berlutut di atas lantai beton.

Setelah hampir dua dekade berulang kali ditangkap dan dilecehkan, Cai dibawa ke kantor polisi lagi pada tahun 2018 karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Dua bulan kemudian dia ditangkap lagi, setelah dilaporkan berbicara Falun Gong kepada orang-orang di bus.

Karena kesehatannya, ia ditolak masuk oleh pusat penahanan dan dibebaskan dengan jaminan. Ketika jaminan berakhir setahun kemudian, polisi memperpanjangnya satu tahun lagi.

Pengadilan menghukum Cai tiga tahun pada tahun 2020. Ia meninggal pada bulan Mei tahun itu, sebelum dibawa ke penjara.

Berita Susulan: Wanita Berusia 55 Tahun Meninggal Akibat Penganiayaan, Meninggalkan Suaminya yang Lumpuh dan Anak Perempuannya yang Berusia 13 Tahun Sendirian

Setelah Jiang Haiying mengandung putrinya pada usia 44 tahun, penduduk Kota Baotou, Mongolia Dalam, bertekad untuk memberikan yang terbaik yang dapat diberikan kepada anak tersebut. Tapi perjalanan yang dia lakukan empat tahun setelah bayinya lahir untuk mengunjungi ibunya selamanya mengubah nasib keluarganya.

Jiang dan putrinya yang berusia empat tahun sedang menunggu untuk naik kereta api di stasiun Kereta Api Baotou pada 1 September 2014, ketika polisi menghentikannya dan menangkapnya di depan gadis kecil itu.

Setelah itu, gadis kecil itu terlalu takut untuk pergi ke stasiun kereta api lagi. Dia juga gemetar setiap kali dia melihat petugas polisi. Gadis yang dulu ramah menjadi pendiam dan jarang berbicara. Ayahnya bekerja tanpa mengenal lelah untuk menyelamatkan ibunya tetapi tidak berhasil.

Polisi terus memenjarakan Jiang selama dua tahun dan berusaha agar dia dihukum penjara karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong.

Bahkan setelah polisi akhirnya membebaskan Jiang pada tahun 2016 ketika mereka gagal mengumpulkan cukup bukti untuk menuntutnya, mereka masih berulang kali mengganggunya di rumah.

Pada tahun 2019, hanya tiga tahun setelah Jiang kembali ke keluarganya dan ketika putrinya berusia sembilan tahun, suaminya tiba-tiba mengalami kondisi kritis. Meskipun ia selamat, dia tidak berdaya setelah itu dan butuh dia merawatnya.

Untuk menghidupi keluarganya, Jiang mengambil profesi seperti sebelumnya sebagai guru dan mulai menawarkan kelas les untuk mendapatkan penghasilan.

Tetapi pelecehan polisi yang terus berlanjut akhirnya membuatnya lelah. Dia mengalami benjolan di payudaranya dan terpaksa menyewa seorang pengasuh untuk merawat putrinya, saat dia tinggal bersama orang tuanya, keduanya hampir berusia 80 tahun. Ibunya yang sudah lanjut usia harus dijaga, serta ayahnya juga harus dijaga yang sudah berjuang dengan efek samping pendarahan otak.

Jiang meninggal pada 10 Juli 2021. Dia baru berusia 55 tahun.

Kakak laki-lakinya sekarang merawat suaminya dan ibunya merawat putrinya yang berusia 13 tahun.

Kematian setelah Penganiayaan Jangka Panjang

Berita Susulan: Pedagang Perhiasan Meninggal Tiga Tahun Setelah Dipenjara

Dua tahun setelah seorang pedagang perhiasan di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, mempelajari Falun Gong, dia ditangkap dan dihukum tiga tahun karena mengungkap penganiayaan rejim komunis Tiongkok terhadap latihan pikiran-tubuh kuno ini. Zhu Yandong disiksa dalam tahanan dan berdampak pada kesehatannya. Setelah dibebaskan pada 8 September 2016 dia tidak pernah pulih karena pelecehan yang terus berlanjut. Dia meninggal tiga tahun kemudian, pada 25 Agustus 2019. Dia berusia 51 tahun.

Zhu memiliki bisnis penjualan batu giok yang sangat sukses dan hidup dalam kemewahan. Terlepas dari kekayaannya, dia masih merasa kosong di dalam dan tidak memiliki kebahagiaan sejati.

Pada Februari 2011, seorang teman dekatnya mempelajari Falun Gong dan memperkenalkan latihan kepadanya. Keduanya sangat tersentuh oleh prinsip mendalam yang diajarkan oleh Falun Gong. Zhu menemukan jawaban atas banyak pertanyaan yang dia miliki tentang kehidupan yang telah membuatnya bingung selama lebih dari 20 tahun.

Setelah itu, dia mulai rajin berlatih Falun Gong. Dalam setahun, dia berhenti dari semua kebiasaan buruknya minum-minum, merokok, dan berjudi. Sementara itu, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan banyak masalah lainnya juga hilang. Dia memahami tujuan hidup yang sebenarnya dan menikmati kedamaian batin.

Karena berbagi pengalamannya dengan orang-orang dan memberi tahu mereka tentang penganiayaan, Zhu ditangkap pada 9 September 2013, dan kemudian dijatuhi hukuman tiga tahun. Penjaga penjara memukul dan menyuntiknya obat-obatan beracun. Gula darahnya meningkat dengan cepat, yang juga menyebabkan penglihatannya menurun. Para penjaga juga mengikat tubuhnya dengan ketat serta menggantungnya.

Pada saat dia dibebaskan pada 8 September 2016, Zhu mengalami trauma fisik dan mental. Pihak berwenang terus mengganggunya setelah pembebasannya, yang menyebabkan kesehatannya semakin memburuk. Dia akhirnya meninggal dunia pada 25 Agustus 2019.

Mantan Penjaga Penjara Meninggal Dunia karena Penganiayaan

He Zhongping, pensiunan sipir di Penjara Abazhou di Provinsi Sichuan, meninggal dunia pada 30 September 2022, setelah dianiaya karena keyakinannya pada Falun Gong. Dia berusia 67 tahun.

He dari Kota Dujiangyan, Provinsi Sichuan, ditangkap pada tanggal 14 Februari 2003, karena menolak melepaskan keyakinannya dan ditahan selama 15 hari. Dia ditangkap lagi pada Mei 2003 karena menyebarkan materi informasi Falun Gong dan ditahan di kamp kerja paksa selama lebih dari dua tahun. Dia dibebaskan sekitar Agustus 2006.

Pada tahun 2008, pihak berwenang menangguhkan pensiun He dengan alasan dia menolak melepaskan Falun Gong. Mereka hanya memberinya subsidi berpenghasilan rendah 300 yuan (Rp 660.000) per bulan. Ketika dia mengajukan banding, pihak berwenang menyatakan bahwa, karena dia telah melanggar hukum, bahkan memberinya subsidi bagi orang berpenghasilan rendah adalah hal yang bermurah hati.

Meskipun subsidi pendapatan rendah He kemudian dinaikkan menjadi 600 yuan (Rp 1.320.000), itu masih belum cukup baginya untuk bertahan hidup. Dia berulang kali memohon dan mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong kepada atasannya, tetapi tidak berhasil.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatannya mulai menurun dan dia kehilangan penglihatannya. Pada 6 Juni 2022, tiga penjaga dari Penjara Abazhou pergi ke rumahnya, mengklaim bahwa mereka akan mengembalikan uang pensiunnya. Dia percaya pada mereka dan menandatangani dokumen, meskipun dia tidak lagi bisa melihat dengan baik untuk membacanya.

Ketika putrinya mengunjunginya keesokan harinya, dia menyadari bahwa penjaga telah menipu He untuk menandatangani pernyataan melepaskan Falun Gong.

He hancur dan menangis selama dua hari. Kesehatannya memburuk dengan cepat setelah itu dan dia meninggal pada tanggal 30 September.

Mantan Guru Meninggal setelah Menjalani Dua Hukuman Kamp Kerja Paksa dan Pelecehan Tanpa Akhir

Setelah menjalani dua hukuman kerja paksa, enam penangkapan, dan pelecehan tanpa henti karena berlatih Falun Gong, seorang mantan guru di Kota Enping, Provinsi Guangdong, meninggal dunia pada Juni 2022. Hu Yuanhuan berusia 51 tahun.

Beberapa hari sebelumnya, beberapa petugas polisi setempat mengganggunya lagi, mengancam akan membuka pintunya dan mendobraknya.

Hu mempelajari Falun Gong pada tahun 1997. Karena mempertahankan keyakinannya, ia dipecat oleh sekolah tempat dia bekerja dan berulang kali menjadi sasaran pihak berwenang.

Hu ditangkap pada Maret 2001. Ia melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan sewenang-wenang, dicekok paksa melalui selang plastik tebal yang dibeli di toko perangkat keras dan dimasukkan ke dalam lubang hidungnya. Wakil kepala pusat penahanan memberi tahu para tahanan bahwa dia yang memerintahkan untuk mencekok paksa kepada Hu, jika Hu meninggal karena dicekok paksa kepala pusat penahanan akan mengurus semuanya.

Lu mengancam akan membakar Hu hidup-hidup atau membawanya ke rumah sakit, organnya diambil, dan memalsukan dokumen yang mengatakan bahwa dia secara sukarela menyumbangkan organnya.

Hu pernah mengalami koma akibat penyiksaan, tetapi penjaga membawanya ke Kamp Kerja Paksa Sanshui dan menuduhnya berpura-pura mati. Di rumah sakit kamp kerja paksa, penjaga mengikatnya ke tempat tidur dengan posisi elang terbentang dan mencekoknya lagi. Ia dibebaskan dua bulan kemudian di ambang kematian.

Petugas Chen Jianhua menyelinap ke rumah Hu dengan memanjat pagar pada Maret 2007 untuk menangkapnya. Hu melakukan mogok makan lagi dan dibelenggu serta dirantai ke bangku harimau. Ia diberi hukuman lain di Kamp Kerja Paksa Sanshui. Selama delapan bulan ia ditahan di rumah sakit kamp kerja paksa, para penjaga kembali merantai ke tempat tidur dan mencekok paksa. Sementara itu, para narapidana mencaci maki dan berusaha mencuci otaknya dengan memfitnah Falun Gong. Ia dibebaskan lagi di ambang kematian.

Setelah sembuh, ia pergi ke luar kota dan mencari pekerjaan. Polisi kembali menangkapnya pada Desember 2019 di tempat kerja barunya. Ia dibawa kembali ke Departemen Kepolisian Kota Enping dan kemudian dibebaskan dengan jaminan.

Polisi mengawasinya dengan cermat dan memasang kamera pengintai di luar rumahnya. Mereka juga memerintahkan saudaranya Hu Yuanhuang untuk memantaunya sepanjang hari dan melaporkan situasinya. Penyiksaan fisik dan mental berdampak pada kesehatannya. Ia menjadi sangat lemah dan menderita tekanan darah tinggi. Ia meninggal pada Juni 2022.

Artikel terkait dalam bahasa Mandarin:

十月份获知14名法轮功学员被中共迫害含冤离世

Artikel terkait dalam bahasa Inggris:

Persecution Deaths of 33 Falun Gong Practitioners Reported July - September 2022

Persecution Deaths of 92 Falun Gong Practitioners Reported in the First Half of 2022

Persecution Deaths of 17 Falun Gong Practitioners Reported in May 2022

Persecution Deaths of 19 Falun Gong Practitioners Reported in April 2022

Confirmed Between January and March 2022: 44 Falun Gong Practitioners Lost Their Lives to the Persecution

Persecution Deaths of 20 Falun Gong Practitioners Reported in January 2022

Reported in 2021: 132 Falun Gong Practitioners Die in the Persecution of Their Faith