(Minghui.org) Suami saya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah menengah setempat. Sekarang bahkan sekolah juga korup. Saya mendorong suami saya menggunakan prinsip Falun Dafa untuk tetap murni di dunia yang kacau ini dan menjadi lurus.

Banyak murid dan orang tua yang berkonsultasi dengan suami saya untuk memilih universitas yang sesuai berdasarkan nilai ujian masuk. Ia menyambut semua orang dan dengan jujur membantu mereka.

Ia menolak semua amplop merah (sogokan) yang berusaha diberikan orang tua murid kepadanya. Malah ia berkata kepada mereka bahwa ia senang membantu. Beberapa murid mendapatkan tawaran dari universitas yang mereka pilih dan mentransfer sejumlah uang kepadanya lewat WeChat untuk berterima kasih. Ia menunjukkan jumlah uang yang ia terima dan bertanya apakah ia bisa menerimanya.

Saya tersenyum dan berkata, “Tidak, mohon jangan menerimanya. Tidak mudah bagi keluarga para murid. Kita harus lebih memikirkan mereka. Lalu, kamu akan kehilangan De jika uang itu bukan kepunyaanmu. Kamu bekerja keras, tapi menolak uang ekstra, jadi bukankah kamu mengumpulkan De?” Saya melafalkan artikel Guru, “Kaya Namun Bermoral” kepadanya, dan berkata, “Meskipun kita tidak kaya, tapi kita tidak miskin. Mengapa kita memerlukan uang ini? Bukankah lebih baik mengumpulkan De dan membuat keluarga kita lebih sehat, putra kita unggul dan lebih sukses? Bukankah itu terdengar lebih baik?” ia sangat senang dan berkata, “Baik. Saya akan mendengarkanmu.” Saya berkata, “Ini adalah prinsip langit.” Suami saya tidak tamak dan memikirkan segala sesuatu dari sudut pandang muridnya. Ia membantu setiap murid tanpa pamrih.

Suami saya mengajar dengan baik dan memperlakukan setiap murid dengan baik. Seluruh muridnya berkata ia adalah guru yang baik. Meskipun ia adalah direktur yang memberi nilai, ia ramah dan membantu para guru yang mengalami kesulitan.

Banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anak-anak mereka di kelasnya. Kepala sekolah berkata kepadanya, “Begitu banyak murid yang ingin berada di kelas anda. Saya hampir tidak bisa memasukkan mereka.”

Putra Saya Mengatasi Penderitaan

Suami dan putra saya tidak berlatih Falun Dafa tapi mereka mengetahui bahwa Dafa luar biasa dan menerima prinsip Dafa. Saya terus menjaga mentalitas damai menghadapi tekanan yang sangat besar dalam ujian masuk universitas putra saya.

Guru berkata,

“Ketika seseorang dilahirkan, pada suatu ruang dimensi spesifik yang tidak memiliki konsep waktu, satu siklus kehidupan orang itu juga sudah eksis secara serempak, bahkan ada yang tidak sebatas satu siklus kehidupan saja.” (Ceramah 2, Zhuan Falun)

Saya membimbingnya dengan ajaran Guru. Saya berkata kepadanya untuk melakukan yang terbaik tapi mengikuti takdir dan selalu menjaga mentalitas positif. Saya berkata agar ia tidak iri hati terhadap orang lain, malah ia harus memberi selamat untuk kesuksesan orang lain. Ia membaca artikel Guru “Kaya Namun Bermoral.” Saya berkata bahwa ia harus memerhatikan moralitasnya dan memiliki standar moral yang lebih baik, sehingga dewa akan memberikannya kebijaksanaan. Mengikuti prinsip Dafa, ia menjadi sehat, optimis dan menjadi murid yang luar biasa dan diterima oleh universitas unggul.

Ketika ia lulus, ia memenangkan penghargaan tertinggi PhD nya. Selama studi pasca-doktoralnya, ia mencapai banyak dan dipuji oleh mentor dan rekan-rekan mahasiswa. Tapi ia tidak sukses ketika melamar dana pasca-doktoral, yang membuat mentor dan rekan pasca-doktoralnya terkejut. Itu adalah pukulan berat.

Ia menelepon saya lewat video dan mengeluh tentangnya. Ia meminta saya mencari tahu siapa yang memberikannya komentar buruk.

Setelah saya berbicara kepadanya, saya berpikir Fa Guru “Pada Tingkat Berbeda Ada Fa yang Berbeda Tingkat.” (Ceramah 1, Zhuan Falun). Saya berkata kepadanya untuk tidak berpikiran buruk tentang orang lain. Semua orang memahami hal berbeda dari sudut pandang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang berbeda. Saya memintanya melompat keluar dari mentalitasnya dan berusaha memahami situasi dari sudut pandang mereka. Ia mungkin menemukan hal baru.

Ia terkejut dan berkata, “Ibu, bagaimana ibu bisa memiliki cara berpikir seperti itu? Ini adalah apa yang sesungguhnya yang dilatih oleh kita para peneliti—konsep interdisipliner. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, bagaimana ibu bisa memiliki pikiran seperti itu?” Saya tersenyum, “Kamu tahu ibu mengetahui prinsip langit.”

Saya memikirkan prinsip Dafa “…baik atau buruk yang akan terjadi berasal dari pikiran sekilas seseorang…” (Ceramah 4, Zhuan Falun) saya berkata kepadanya untuk memahami orang lain dengan kebaikan dan tidak memutuskan apakah orang itu jahat atau baik. Saya memintanya tetap positif dan menyingkirkan setiap pikiran negatif jadi ia bisa memiliki lebih banyak kesempatan dan kemampuan untuk maju. Saya memintanya tidak memandang penting pada kehilangan dan memperoleh. Saya mengingatkan kepadanya bahwa semuanya sudah ditakdirkan. Ia setuju dan tersenyum sepenuh hati.

Pertengkaran Keluarga Terselesaikan

Suami saya memiliki empat saudara. Keluarga kakak laki-lakinya sering tinggal di rumah orang tuanya dan juga kedua kakak perempuannya. Keluarga kami tinggal lumayan jauh dari rumah orang tua jadi kami tidak terlalu sering pergi ke sana. Tapi saya selalu membawa bingkisan dan apapun yang mereka perlukan ketika kami berkunjung.

Ibu mertua saya memiliki penyakit jadi saya membawa obat dan suplemen untuknya. Keempat saudaranya bergantian menjaganya. Saya dan suami saya diminta menjaganya pada hari Sabtu dan Minggu. Saya merasa tidak nyaman karena kakak laki-laki dan perempuan suami saya sudah pensiun dan tinggal di rumah, tapi mereka meminta saya dan suami yang masih bekerja dan tinggal jauh untuk bertugas di akhir pekan.

Karena saya seorang praktisi, tidak ada yang kebetulan. Tapi mengapa saya merasa tidak nyaman? Saya mencari ke dalam dan sadar bahwa saya terlalu terikat pada emosi. Saya merasa bahwa mereka seharusnya tidak memperlakukan kami seperti ini. Saya melepaskan keterikatan dan merasakan jauh lebih lega. Saya dan suami menjaga ibu mertua saya setiap akhir pekan hingga ia meninggal dunia.

Kemudian saudara suami saya berteriak dan menuduh saya tidak becus melakukan apapun. Mereka ragu apakah saya bisa menjaga ayah mertua saya yang memiliki penyakit jantung dan paru-paru. Kakak ipar perempuan saya berkata bahwa rumah mertua saya seharusnya diberikan kepadanya. Mereka bertengkar tentang wasiat.

Sebagai seorang praktisi, saya seharusnya tidak bertengkar dengan orang biasa. Saya berkata kepada mereka bahwa saya akan menyerahkan bagian harta atau uang yang menjadi milik kami. Mereka langsung terdiam. Keponakan saya berdiri dan bertanya apakah saya yakin. Saya memastikan bahwa saya akan menepati janji saya. Akhirnya perang keluarga berakhir damai.

Ayah mertua saya meninggal satu tahun kemudian. Kami tidak diberikan sepeser pun setelah pemakaman. Saya tidak mempunyai kebencian apapun terhadap saudara suami saya. Saya merasa kasihan kepada mereka karena mereka terlalu tersesat di dunia fana ini. Ini juga mengingatkan saya untuk menghargai kesempatan untuk berkultivasi.

Saya telah tumbuh dalam Dafa. Anggota keluarga saya juga mendapatkan manfaat dari Dafa. Terima kasih, Guru! Terima kasih, Falun Dafa!