(Minghui.org) Pada sore 27 April 2022 di Taman Kota Denpasar, praktisi Falun Dafa melakukan serangkaian acara untuk mengenang peristiwa penting “Permohonan Damai 25 April”. Saat itu lebih dari 10.000 praktisi Falun Dafa di Tiongkok pergi ke Kantor Urusan Permohonan di Beijing (yang berdekatan dengan Zhongnanhai, pusat pemerintahan) untuk meminta pihak berwenang agar membebaskan 45 praktisi yang ditangkap secara semena-mena di Kota Tianjin. Mereka juga meminta pemerintah agar mencabut larangan penerbitan buku-buku Falun Gong dan memohon hak untuk berlatih Falun Gong tanpa gangguan di Tiongkok. Sepanjang permohonan damai berlangsung, praktisi berperilaku damai dan tenang; mereka tidak ada spanduk atau meneriakkan slogan-slogan, bahkan mereka membersihkan semua sampah yang ada di lokasi sebelum mereka pergi.

Praktisi di Denpasar mengenang peristiwa Permohonan Damai 25 April 1999 di Beijing

Kegiatan di Denpasar ini dimulai dengan melakukan latihan bersama, sementara beberapa praktisi mengungkap fakta kekejaman rezim Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang melakukan penindasan besar-besaran terhadap praktisi Falun Dafa di Tiongkok sejak 1999, kepada para pengunjung Taman Kota.

Kejahatan kemanusiaan PKT terhadap praktisi Dafa di Tiongkok masih berlangsung hingga hari ini. Banyak praktisi di Tiongkok menjadi korban kekejaman PKT, mereka diculik, difitnah, disuntik dengan obat yang tidak diketahui bahkan organ tubuhnya dirampas untuk diperjualbelikan demi keuntungan besar.

Praktisi mengungkap fakta tentang Falun Dafa yang masih ditindas oleh Partai Komunis TIongkok (PKT)

Latar Belakang: Apa itu Permohonan Damai 25 April?

Falun Dafa (juga dikenal sebagai Falun Gong) pertama kali diperkenalkan ke publik oleh Guru Li Hongzhi di Kota Changchun, Tiongkok, pada 1992. Disiplin spiritual sekarang dilatih di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Jutaan orang telah mengikuti ajaran -- yang didasarkan pada prinsip-prinsip Sejati, Baik, Sabar serta lima perangkat latihan lembut -- dan mengalami peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.

Pada 23 & 24 April 1999, petugas polisi di Tianjin, sebuah kota dekat Beijing, menyerang dan menangkap puluhan praktisi yang berkumpul di luar kantor sebuah majalah yang sebelumnya menerbitkan artikel yang memfitnah dan menyerang Falun Dafa. Para praktisi dengan damai meminta agar berita tersebut diluruskan. Ketika berita penangkapan tersebut menyebar dan lebih banyak praktisi bertanya kepada pejabat terkait, mereka disarankan agar mengajukan permohonan ke Beijing.

Hari berikutnya, 25 April, sekitar 10.000 praktisi Falun Dafa secara spontan berkumpul di Kantor Urusan Permohonan di Beijing, seperti yang diperintahkan oleh pejabat Tianjin. Pertemuan berlangsung damai dan tertib. Beberapa perwakilan praktisi Falun Dafa diterima oleh Perdana Menteri Tiongkok saat itu, Zhu Rongji, dan stafnya. Malam itu, kekhawatiran praktisi terjawab. Praktisi yang ditangkap di Tianjin dibebaskan dan semua orang pulang.

Namun, Jiang Zemin, mantan pimpinan PKT saat itu, merasakan popularitas disiplin spiritual yang semakin meningkat sebagai ancaman terhadap ideologi ateis PKT dan mengeluarkan perintah untuk menindas Falun Dafa pada 20 Juli 1999.

Minghui.org telah mengkonfirmasi kematian 4.776 praktisi karena penganiayaan selama 23 tahun terakhir; karena sensor internet dan informasi secara sangat ketat di Tiongkok, jumlah sebenarnya diduga jauh lebih tinggi. Lebih banyak lagi yang dipenjara dan disiksa karena keyakinan mereka, atau bahkan dirampas organ tubuhnya untuk memasok industri transplantasi organ Tiongkok yang ‘booming’ sejak awal 2000-an.