(Minghui.org) Suatu hari di bulan April, saya mengantar cucu saya ke sekolah dan kemudian membawa cucu perempuan saya ke terminal bus setempat, di mana saya sering datang untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan Falun Dafa oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) (juga dikenal sebagai Falun Gong).

Pasangan muda datang dan bertanya apakah saya memiliki USB drive dengan informasi tentang Falun Dafa. "Tentu!" Saya memberi mereka masing-masing satu drive USB. Mereka kemudian bertanya kepada saya bagaimana menggunakannya. Saya menjelaskan drive memiliki dua konektor, yang lebih kecil untuk ponsel dan yang lebih besar untuk komputer. Saya menambahkan bahwa USB drive berisi informasi tentang budaya tradisional Tiongkok, Falun Gong itu apa, dan bagaimana PKT mengarang kebohongan untuk mencemarkan nama baik. Saya berkata: “Manfaatkanlah dengan baik dan anda akan mengetahui banyak hal.”

Saat kami mengobrol lebih jauh, saya bertanya apakah mereka ingin mundur dari organisasi PKT untuk masa depan yang lebih baik.

Pria itu berkata kepada si wanita: "Ada orang-orang di sini." Saya kemudian melihat enam petugas polisi mendekati saya.

Wanita itu berkata kepada petugas yang baru tiba: "Kami pergi sekarang. Selamat tinggal!"

Saya bersuara keras kepada pasangan itu: “Ingatlah tonton apa yang saya berikan kepada anda.”

Petugas polisi segera mengelilingi saya.

Salah satu dari mereka berteriak: "Hai! Sini berikan tasmu!”

Cucu perempuan saya ketakutan dan menangis.

“Sayang, jangan khawatir. Ini adalah orang-orang baik. Ingat Guru Li (pencipta Falun Gong) telah memberi tahu kita bahwa setiap orang adalah kerabat Guru?”

Seorang petugas berkata: "Ya, kami orang baik." Dia coba mendekati cucu saya dan cucu saya menghindarinya. Dia kemudian menunjukkan padanya dua drive USB dan beberapa pamflet yang saya berikan kepada pasangan itu. Dia bertanya kepada cucu perempuan saya apakah itu milik saya. Melihat cucu perempuan saya diam, saya mengatakan kepadanya bahwa tidak apa-apa untuk memberi tahu petugas polisi. Dia kemudian mengakui itu milik saya.

Petugas masih menuntut untuk menggeledah tas saya. Saya menanyakan nama, jabatan, dan surat perintah penggeledahan mereka. Tapi mereka menolak menjawab.

Seorang petugas berkata ketika dia berusaha memaksa saya masuk ke mobil polisi: “Sekarang kamu ikut kami.”

Saya bertanya: “Bagaimana dengan cucu saya?”

Pada akhirnya, mereka mendengarkan saran saya untuk mengirim cucu perempuan saya ke sekolah seni, di mana dia mendapat pelajaran dari waktu ke waktu.

Setelah kami sampai di sana, guru seni itu terkejut melihat sekelompok polisi menemani kami.

Saya berkata kepada guru: “Tidak apa-apa karena mereka bukan orang jahat, alangkah baiknya jika anda bisa menjaga cucu saya sebelum orang tuanya datang menjemputnya.”

Tiga Tempat “Interogasi”

Dalam perjalanan ke kantor polisi, saya meminta bantuan Guru Li. Saya berpikir: “Guru, hari ini saya akan mencoba membantu semua orang di kantor polisi untuk memahami apa itu Falun Gong. Tolong beri saya kebijakan, seperti dalam Perjalanan ke Barat, saya bisa masuk ke perut monster untuk menekan yang jahat.”

Dalam benak saya, saya juga melafalkan puisi Guru,

“Pikiran lurus para pengikut kuat
Guru memiliki kemampuan mengatasi keadaan langit”
(“Budi Jasa Guru dan Pengikut”, Hong Yin II)

Setelah kami tiba di kantor polisi, seorang petugas memeriksa bersama direktur kantor polisi dan membawa saya ke sebuah ruangan untuk diinterogasi.

Salah satu petugas menyuruh: "Duduk dan keluarkan semuanya dari tasmu!"

Saya menjawab: “Sebelum itu, bisakah anda memberi tahu saya nama, jabatan, dan peran anda di kantor polisi bersama dengan surat perintah penggeledahan?”

Dia mengingatkan saya: “Anda adalah tersangka dan ini adalah interogasi,”

Saya menjawab: “Tidak semudah itu, saya tidak melakukan kesalahan apa pun dan saya di sini untuk mengklarifikasi beberapa hal.”

Saya berkata: “Pertama, Falun Gong mengajarkan murid-muridnya untuk mengikuti prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar yang merupakan nilai-nilai universal. Kedua, PKT membuat banyak kebohongan untuk mencemarkan nama baik Falun Gong dan menganggapnya sebagai 'sesat,' tapi ini semua tidak benar. Ketiga, latihan ini bermanfaat bagi orang-orang dari segala usia dengan mengajari mereka menjadi orang baik dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Bukankah ini baik untuk masyarakat? Ditambah lagi, karena praktisi Falun Gong terus meningkatkan diri mereka melalui kultivasi, mereka bahkan dapat mencapai Kebuddhaan. Bukankah ini luar biasa?”

Seorang petugas berkata: “Bisakah kecilkan suaramu? Anda tahu, kami harus menjaga pintu ruang interogasi tetap terbuka.” Melihat ke luar, saya melihat beberapa petugas mendengarkan di luar ruangan karena suara saya keras.

Kami dipindahkan ke ruangan lain dan seorang petugas meminta saya duduk di kursi besi. Saya berkomentar: "Mungkin tidak cukup besar."

Tapi petugas itu memaksa saya untuk mencobanya. Jadi saya memaksakan diri di kursi.

Petugas lain berkata: “Tidak bisa – saya tidak bisa menutup bagian depan [kursi] karena perutmu [besar], kamu bukan narapidana. Kamu terlihat seperti Maitreya.”

Saya menjawab: “Saya bukan Maitreya. Tetapi Guru Li mengajarkan praktisi untuk menjadi orang baik dan lebih baik menuju Kebuddhaan. Itulah mengapa sikap seseorang terhadap Falun Gong penting.”

Petugas ketiga menarik kursi untuk saya duduk. Petugas keempat menanyakan nama dan alamat saya.

Saya menjawab: “Saya tidak ingin anda melakukan dosa karena menganiaya Falun Gong. Jadi saya akan menjawab pertanyaan anda tiga jam kemudian. Para petugas ini pergi.

Melihat beberapa petugas di luar pintu, saya memanggil mereka untuk masuk ke dalam untuk mengobrol. Tapi tidak satupun dari mereka yang masuk.

Saya bertanya: "Siapa yang bertanggung jawab di sini?" Tidak ada yang menjawab.

Saya bertanya lagi: “Di mana direktur anda [kantor polisi ini]?”

Seseorang di belakang menjawab: "Saya? Saya di sini.”

Melihat begitu banyak petugas di sekitar, dia membawa saya ke ruangan lain. Pada saat itu, tenggorokan saya kering dengan nyeri dada dan saya sangat haus.

Saya bertanya: “Bolehkah saya minta air?”

Dia menjawab: “Jika kamu memberi tahu saya nama dan alamatmu, akan ada air untukmu.”

Saya berkata: “Saya sudah bilang saya akan memberitahu anda tiga jam kemudian. Masih ada 10 menit lagi.”

Dia meminta seorang petugas untuk membawakan saya secangkir air. Cangkir yang digunakan adalah cangkir kertas kecil, jadi saya minum beberapa cangkir air.

Setelah beberapa menit direktur bertanya: “Kamu meminta air dan kamu telah mendapatkannya. Lagi pula, tiga jam telah berlalu. Jadi siapa namamu?”

Tepat pada saat itu, seorang petugas datang dengan secarik kertas dengan informasi tercetak tentang suami saya, putra saya, dan menantu perempuan saya. Mereka telah memperoleh informasi saya dari sekolah seni cucu saya.

Petugas yang “menginterogasi” saya berkata: “Jadi, kami tahu siapa kamu sekarang. Benar kan?"

Saya menjawab: "Anda benar. Jadi anda tidak perlu bertanya lagi. Bolehkah saya minta segelas air lagi?”

Direktur bertanya: “Sepertinya Anda saya kenal. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Saya berkata: “Tentu saja. Guru Li berkata bahwa kita semua adalah kerabat Guru. Faktanya, kita mungkin saling mengenal dengan baik dalam siklus reinkarnasi sebelumnya.”

Dia tidak mengatakan apa-apa.

Berbicara dengan Empat Kelompok Orang

Saya lanjut berkata: "Saya ada permintaan."

Direktur bertanya: "Permintaan apa?"

Saya berkata: “Karena saya di sini hari ini, bisakah saya bertemu lebih banyak orang di sini termasuk petugas, juru masak, dan petugas kebersihan? Pada dasarnya, semua orang di gedung ini.”

Dia setuju.

Tiga orang datang pada gelombang pertama. Salah satu dari mereka tampak galak. Saya bertanya tentang nama dan pekerjaan mereka di kantor polisi. Saya juga bertanya apakah mereka telah bergabung dengan PKT dan dua organisasi juniornya yaitu Liga Pemuda dan Perintis Muda. Dua dari mereka mengobrol dengan saya dan yang satu dengan tatapan galak tidak mengatakan apa-apa. Saya merasa dia mungkin berencana untuk memukul saya, saya ingat ajaran Guru dan menatap mata pria itu. Dia kemudian pergi.

Tiga kelompok orang lagi datang. Saya menjelaskan kepada mereka apa itu Falun Gong dan menasihati mereka untuk mengingat "Falun Dafa baik" dan "Sejati-Baik-Sabar baik." Saya memberi tahu mereka bahwa praktisi ditangkap hanya karena mereka ingin menjadi warga negara yang lebih baik. Saya juga mengatakan ikut-serta dalam penganiayaan dapat membahayakan masa depan seseorang.

Pada akhirnya, direktur datang dan bertanya apakah saya sudah selesai berbicara dengan orang-orang.

Saya menjawab: “Belum. Anda dan saya belum berbicara.”

Dia berkata: “Kamu tidak akan meminta saya mundur dari organisasi PKT. Ya kan?"

Saya melanjutkan: “Baiklah, semua orang perlu tahu faktanya. Semua orang tahu Falun Dafa lurus dan ajarannya akan bermanfaat bagi masyarakat. Saya harap anda dapat mengingat 'Falun Dafa baik' dan 'Sejati-Baik-Sabar baik'.”

Dia berkata: "Kurasa kamu tidak akan bisa pulang hari ini."

Saya mengatakan itu tidak ada dalam pikiran saya.

Dia berkata: “Apakah kamu tidak tahu bahwa Falun Gong adalah aliran sesat?”

Saya menjelaskan: “Itu bohong – semua orang tahu itu. PKT telah membuat begitu banyak kebohongan untuk menipu orang dalam beberapa dekade terakhir. Ya kan?"

Dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk memutar beberapa video yang memfitnah Falun Gong.

Saya berkata kepadanya: “Anda tahu itu adalah kebohongan dan propaganda kebencian. Para petinggi hampir tidak pernah mengeluarkan kebijakan resmi penganiayaan secara tertulis. Sebagian besar dari perintah lisan – karena mereka takut diselidiki sebagai kambing hitam sesudahnya, seperti kampanye politik sebelumnya.”

Saya kemudian mengklarifikasi beberapa propaganda fitnah yang dibuat oleh PKT.

Pada saat itu, sudah jam 18:00 sore. Direktur pergi makan malam. Dia kembali dua jam kemudian dan meminta petugasnya untuk membawa saya ke tempat anak saya, di mana saya dan suami tinggal.

Seorang petugas yang siap menggeledah kamar saya berkata: “Ibumu dilaporkan ke polisi dan kami di sini untuk memeriksanya.”

Anak saya berkata: “Tidak perlu melakukan itu, kami tidak memiliki materi [Falun Gong] di sini.”

Suami saya setuju dan berkata: “Dia [merujuk pada saya] telah berlatih selama bertahun-tahun dan sangat keras kepala, tidak ada yang bisa kami lakukan.”

Menaikkan Moncong Senjata untuk Menyelamatkan Yang Tidak Bersalah

Mereka membawa saya kembali ke kantor polisi dan direktur meminta saya menandatangani pernyataan yang mencela Falun Gong sebelum dia bisa membebaskan saya.

“Tidak mungkin saya menandatangani hal-hal itu,” saya menatap matanya dan dia pergi setelah beberapa menit, sebelum kembali beberapa saat kemudian. Saya meminta air minum karena tenggorokan saya kering lagi.

Direktur berkata: "Kamu sudah minum 7 cangkir dan kamu ingin lebih? Kamu pulang sekarang – tidak ada pernyataan untuk ditandatangani, tidak ada apa-apa. Jika tidak, tampaknya banyak dari kami akan menjadi [praktisi] Falun Gong juga. Saya tidak tahan jika kamu tinggal di sini lebih lama.”

Saya bilang saya akan kembali besok, dan dia langsung bilang tidak.

Saya menjelaskan: “Kita belum selesai berbicara dan anda belum mundur dari PKT.”

Dia berkata: “Kamu tahu namaku, kan? Kamu dapat membantu saya mundur.”

Saya menambahkan: “Saya lupa memberitahu anda bahwa Falun Gong tidak ada dalam daftar aliran sesat PKT. Artinya, adalah salah bagi PKT menganiaya sesuatu yang begitu lurus seperti Falun Gong.”

Dia berkata: "Apa pun yang kamu katakan, saya setuju, silahkan pergi saja."

Sebelum pergi, saya menceritakan kepada mereka sebuah cerita yang berkaitan dengan Tembok Berlin. Pada tahun 1992, mantan penjaga Jerman Timur Ingo Heinrich dihukum karena menembak Chris Gueffroy pada tahun 1989 karena melarikan diri melintasi tembok. Ketika Heinrich mengatakan bahwa dia hanya mengikuti perintah sebagai seorang prajurit, hakim Theodor Seidel menolaknya dan mengatakan bahwa tidak masalah untuk mengikuti perintah itu, tetapi seseorang selalu bisa menaikkan moncong senjatanya satu sentimeter untuk menyelamatkan orang yang tidak bersalah.

Saya bertanya: “Jika ini terjadi pada anda, apa yang akan anda lakukan?”

Direktur berkata: "Saya akan mengangkat senjata satu meter."

Petugas yang “menginterogasi” saya menambahkan: “Saya juga.”

Tujuh petugas lainnya mengatakan mereka akan melakukan hal yang sama – mengangkat senjata setinggi satu meter.

Satu petugas menyarankan: "Apa yang harus kami lakukan sekarang? Bibi, kamu harus pulang sekarang."

Direktur mengangguk setuju: "Setuju, tolong kirim dia pulang."