(Minghui.org) Partai Komunis Tiongkok (PKT) terkenal di masyarakat internasional karena pelanggaran hak asasi manusianya, tetapi rata-rata banyak warga di Tiongkok tidak mengetahui atau mempercayainya. Dengan penghasilan yang layak, sebuah apartemen, dan bahkan sebuah mobil, mereka puas dengan kehidupan di bawah kekuasaan PKT. Beberapa orang bahkan berterima kasih kepada PKT karena “melindungi mereka dari invasi negara asing dan memberkati mereka dengan kehidupan yang baik.” Mengenai rekan senegaranya yang hidup dalam kemiskinan atau ditekan oleh PKT, mereka tidak tahu atau tidak terlalu peduli.

Ini sebagian besar disebabkan oleh pencucian otak oleh PKT terhadap orang-orang Tiongkok, yang telah dituntun untuk percaya bahwa PKT adalah penyelamat mereka dan bahwa rezim komunis itu hebat dan tanpa cacat. Apa yang tidak mereka sadari adalah bahwa banyak orang kaya, terutama anggota keluarga pejabat tinggi, berimigrasi ke negara lain atau setidaknya mentransfer aset mereka ke negara lain untuk keamanan.

Dikenal sebagai luo guan (“pejabat telanjang”), banyak pejabat tinggi tidak hanya pasangan dan anak-anak mereka saja yang tinggal di luar negeri, tetapi beberapa juga memegang paspor asing sendiri sehingga mereka dapat pindah ke luar negeri setelah pensiun. Para pejabat tersebut mengetahui seluk beluk rezim komunis. Jika PKT memang sebaik seperti yang diklaimnya, mengapa para pejabat dan orang kaya itu melarikan diri dari Tiongkok?

Polusi Lingkungan, Biaya Perumahan Tinggi, dan Populasi yang Menua

Memang benar bahwa orang-orang pada umumnya menjalani kehidupan yang lebih baik di Tiongkok daripada beberapa dekade yang lalu, tetapi ada banyak masalah. Misalnya, sayuran ditanam dengan banyak pupuk dan herbisida, sedangkan ternak dibesarkan dengan hormon. Ada juga pencemaran udara, air, dan tanah. Hidup di lingkungan yang tercemar seperti itu, bahkan uang tidak dapat membeli makanan yang aman atau udara yang bersih. Tidak heran orang-orang dengan hak istimewa pindah ke negara lain untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Perumahan juga merupakan tantangan besar bagi banyak keluarga di Tiongkok. Banyak pasangan muda tidak mampu membeli rumah sendiri dan harus bergantung pada orang tua dan kakek-nenek mereka untuk menutupi biaya perumahan. Selanjutnya, alih-alih memiliki rumah dan tanah seperti di negara-negara Barat, Hukum Properti Tiongkok menetapkan bahwa tanah itu sendiri dimiliki oleh negara, yang berarti bahwa pemerintah dapat menjual tanah tersebut kepada pengembang dan menghancurkan rumah tersebut di luar kehendak pemilik rumah.

Masalah lain yang dihadapi Tiongkok adalah populasi yang menua. Karena kebijakan satu anak, banyak keluarga di Tiongkok hanya memiliki satu anak. Artinya, setiap pasangan muda harus mengasuh empat orang tua yang sudah lanjut usia, tanpa ada saudara kandung yang menanggung beban mereka.

Degenerasi Moral

Selain materialistis, banyak orang Tiongkok juga kehilangan kompas moral mereka, karena indoktrinasi PKT dengan ideologi kepalsuan, kejahatan, dan kekerasan. Degenerasi moral ini terlihat di mana-mana. Misalnya, ketika orang tua jatuh, tidak ada yang berani membantu, takut dijebak seperti Peng Yu, yang digugat oleh wanita tua yang dia bantu untuk bangun dari tanah setelah wanita tua itu jatuh. Karena susu formula bayi yang beracun, orang tua tidak berani membeli produk buatan Tiongkok seperti itu. Di sekolah atau tempat kerja, siswa atau pekerja perempuan harus tetap waspada terhadap kekerasan seksual yang dilakukan oleh guru atau kolega laki-laki mereka. Suami istri tidak lagi saling percaya. Memiliki simpanan bahkan sudah menjadi norma sosial.

Ini hanyalah beberapa contoh dari banyak masalah yang dihadapi orang-orang di Tiongkok saat ini.

Akar Penyebab Kekacauan

Apa yang menyebabkan semua masalah ini? PKT. Sejak merebut kekuasaan pada tahun 1949, PKT telah memfokuskan energinya untuk mempertahankan kekuasaan dengan meluncurkan berbagai kampanye politik untuk menargetkan berbagai kelompok orang, dari tuan tanah hingga pemilik bisnis, dari intelektual hingga orang-orang beriman. Mantan pemimpin PKT Mao Zedong pernah berkata, “Kekuatan berasal dari laras senjata.” Dia juga berkata, “Sangat menyenangkan untuk melawan langit, bumi, dan manusia.”

Banyaknya kampanye melawan kelompok warga Tiongkok telah mengikis kepercayaan rakyat terhadap rezim. Untuk mendapatkan kembali kendali dan meredakan kemarahan publik, mantan pemimpin PKT Deng Xiaoping memulai program reformasi ekonomi, yang memungkinkan orang untuk mengumpulkan kekayaan. Karena perhatian orang dialihkan untuk menghasilkan uang dan memperbaiki hidup mereka sendiri, mereka tidak tertarik untuk mencari kesalahan pada PKT.

Demikian pula, perubahan kebijakan keluarga berencana PKT juga memiliki tujuannya sendiri. Ini mendorong orang untuk memiliki lebih banyak anak selama tahun 1950-an ketika dibutuhkan lebih banyak orang dalam angkatan kerja. Belakangan, PKT mengalami kesulitan memberi makan populasi yang meningkat dan juga khawatir akan pemberontakan, sehingga meluncurkan kebijakan satu anak, yang mengakibatkan aborsi ratusan juta janin. Sekarang dengan populasi yang menua, PKT mengakhiri kebijakan satu anak pada tahun 2016. Namun menghadapi masalah yang disebutkan di bagian sebelumnya, banyak pasangan muda memilih untuk tidak memiliki anak lagi.

Jalan Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Sejak zaman kuno, orang-orang di Tiongkok percaya pada keharmonisan langit, bumi, dan umat manusia. Oleh karena itu, mereka mampu mempertahankan standar moral yang tinggi. Tetapi sejak berkuasa, PKT telah mempromosikan perjuangan kelas, kebencian, dan kebohongan yang secara sistematis menghapus budaya tradisional. Melalui berbagai kampanye politik, PKT berhasil membungkam masyarakat umum, termasuk kaum intelektual. Ketika sampai pada Revolusi Kebudayaan, di mana nilai-nilai tradisional dikecam dan dihancurkan, hampir tidak ada yang berani menantang PKT.

Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh PKT, kita perlu mendengarkan hati nurani kita, menghargai kebajikan, dan membantu orang-orang tak bersalah yang ditekan oleh PKT. Dengan menolak rezim dan menganut nilai-nilai tradisional, kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan akan diberkati dengan masa depan yang lebih baik.