(Minghui.org) Dua puluh tiga tahun terakhir di Tiongkok bukanlah waktu yang biasa. Sementara segala sesuatu tampak normal dengan hiruk-pikuk yang biasa terjadi di masyarakat, sejumlah besar orang yang tidak bersalah ditahan dan disiksa karena keyakinan mereka di dalam pusat-pusat penahanan, kamp kerja paksa, dan penjara.

Mereka adalah praktisi Falun Gong, sistem meditasi yang berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) memulai penganiayaannya terhadap Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999 dan banyak praktisi telah menjadi sasaran karena berusaha menjadi warga negara yang baik. Banyak praktisi yang ditahan menjadi sasaran penyiksaan fisik, kerja paksa, penganiayaan mental, pemberian obat secara paksa, dan bahkan pengambilan organ secara paksa.

Penganiayaan terhadap Falun Gong adalah pelanggaran hak asasi manusia terpanjang, terbesar, dan terburuk dalam 70 tahun kekuasaan PKT di Tiongkok. Melihat kembali periode waktu ini di masa depan, orang mungkin bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi dan bagaimana dunia bisa membiarkan kekejaman berlangsung begitu lama.

Penganiayaan Menargetkan Keyakinan yang Lurus

Sejak zaman kuno, Tiongkok menghargai tradisi peningkatan spiritual, dan percaya pada keharmonisan antara langit, bumi, dan umat manusia. Budaya tradisional seperti itu hampir musnah oleh banyak kampanye politik PKT. Pengenalan Falun Gong ke publik pada tahun 1992, menghidupkan kembali budaya tradisional dan menarik banyak pengikut karena prinsip-prinsipnya yang mendalam. Pada tahun 1999, jumlah praktisi mencapai sekitar 100 juta. Hal itu berkat kekuatan luar biasa Falun Gong dalam meningkatkan kesehatan dan meningkatkan karakter.

Tetapi ideologi inti PKT “perjuangan kelas, kebrutalan, dan kebohongan” diketahui bertentangan dengan budaya tradisional Tiongkok dan prinsip-prinsip Falun Gong. Jiang Zemin, saat itu pemimpin PKT yang naik ke posisi teratas selama Pembantaian Lapangan Tiananmen tahun 1989, mengabaikan keberatan dari anggota Politbiro lainnya dan sendirian mengumumkan penindasan terhadap Falun Gong pada tahun 1999. Dia juga bersumpah untuk memberantas latihan ini dalam waktu tiga bulan dan mengeluarkan perintah untuk “memfitnah reputasi praktisi, membuat mereka bangkrut secara finansial, dan menghancurkan mereka secara fisik.”

Untuk sepenuhnya menerapkan kebijakan penganiayaan, Jiang Zemin juga mendirikan badan di luar kerangka hukum, Kantor 610, yang dinamakan sesuai dengan tanggal pendiriannya, tanggal 10 Juni 1999. Menembus seluruh pemerintah Tiongkok di semua tingkatan, badan tersebut bekerja sama dengan Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC) untuk memobilisasi polisi, kejaksaan, sistem pengadilan, sistem peradilan, dan berbagai fasilitas penahanan untuk menangkap, mendakwa, memvonis, memenjarakan, dan menyiksa praktisi. PKT juga mengarang gelombang propaganda fitnah, termasuk Insiden Bakar Diri yang terkenal di Lapangan Tiananmen, untuk membangkitkan kebencian di kalangan pejabat dan masyarakat umum terhadap praktisi Falun Gong.

Menjaga Prinsip

Puluhan juta praktisi Falun Gong telah mempertaruhkan hidup mereka untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan dalam 23 tahun terakhir. Dalam menghadapi kebrutalan dan kebohongan aparat negara, para praktisi dengan damai memperjuangkan hak kebebasan berkeyakinan mereka yang dilindungi konstitusi. Mereka hanya ingin menjadi orang yang lebih baik dengan berlatih Falun Gong dan memberitahu publik bahwa penganiayaan tidak memiliki dasar hukum.

Hari demi hari, tahun demi tahun, praktisi Falun Gong telah menggunakan uang mereka sendiri untuk mencetak dan mendistribusikan materi informasi yang menjelaskan apa itu Falun Gong dan mengklarifikasi propaganda fitnah. Mereka tahu bahwa melakukan itu bisa berarti penahanan, penyiksaan, dan bahkan kematian, tetapi mereka memilih untuk melakukannya karena dunia kita membutuhkan Sejati-Baik-Sabar. Konfusius pernah berkata, “Jika seseorang mengetahui Tao di pagi hari, dia tidak takut mati di malam hari.” Praktisi Falun Gong telah mengambil intisari dari budaya tradisional Tiongkok ke dalam hati dan menerapkannya ke dalam tindakan.

Ada banyak cerita semacam ini. Pada tanggal 5 Oktober 2001, seorang praktisi berusia 50-an tahun duduk di Lapangan Tiananmen dan hendak bermeditasi. Seorang petugas polisi bergegas ke arahnya dan mendorongnya ke dalam mobil polisi.

Praktisi dengan tenang berkata, “Anak muda, bisakah Anda memberi saya beberapa detik untuk mengucapkan beberapa patah kata sebelum menangkap saya?” Petugas itu mengijinkannya.

Kemudian, praktisi mengeluarkan sembilan pasang sepatu dari tasnya dan meletakkan di sebelahnya.

Praktisi menjelaskan, “Saya membutuhkan waktu dua bulan untuk berjalan kaki dari Provinsi Sichuan sampai ke Beijing [Catatan: sekitar 2.000 kilometer, atau 1.240 mil]. Dan inilah sembilan pasang sepatu yang telah saya gunakan. Saya datang ke sini untuk mengucapkan satu kalimat, 'Falun Dafa baik.'”

Petugas polisi tersentuh dan, setelah beberapa saat, dia berkata, “Anda telah mencapai kesempurnaan. Anda bisa pulang sekarang.”

Han, seorang praktisi di Kota Fuxin, Provinsi Liaoning, ditahan selama beberapa tahun karena keyakinannya. Tidak lama setelah dia dibebaskan, petugas polisi pergi ke rumahnya lagi untuk memeriksa apakah dia masih berlatih Falun Gong. Setelah memberi tahu polisi mengapa Falun Gong dibutuhkan dalam masyarakat dengan kemerosotan moral seperti itu, Han berkata, “Saya akan terus berlatih Falun Gong bahkan jika Anda menangkap saya 100 kali karana tidak ada salahnya menjadi orang baik. Faktanya, melihat saya pulih begitu cepat karena berlatih Falun Gong, lebih dari 30 orang di komunitas baru-baru ini bergabung dengan latihan ini.”

Praktisi lain adalah Wang Yuhuan dari Kota Changchun, Provinsi Jilin. Dalam enam tahun, dia ditahan sembilan kali. Dia pernah disiksa di bangku harimau selama tiga hari. Tulangnya terbuka dan lengannya dipatahkan oleh penjaga. Dengan wajah dibakar dengan tongkat listrik, matanya dibakar dengan puntung rokok, dan telinganya disiksa dengan tongkat bambu, tubuhnya penuh dengan memar. Dia tidak punya pilihan selain melakukan mogok makan untuk memprotes penyiksaan. Ketika penjaga membawanya pada hari ke-26 mogok makan ke rumah sakit, dia mengatakan bahwa dia bisa berjalan sendiri dengan beberapa kondisi. Pertama, para penjaga berdiri di kedua sisi lorong. Kedua, beri tahu praktisi dan narapidana lain untuk melihatnya berjalan keluar. Ketiga, dia akan menyanyikan sebuah lagu. Para penjaga setuju.

Dengan luka di sekujur tubuhnya dan tidak ada makanan atau air selama 26 hari, tubuh kurus Wang berjalan perlahan sambil menyanyikan lagu fa lun da fa hao (Falun Dafa Baik). Itu adalah adegan yang menyentuh sehingga orang-orang bertepuk tangan dan banyak yang menangis ...

Orang Benar Akan Menang

Tapi penganiayaan masih berlanjut. Hingga Juli 2019, ada 518.940 kasus penganiayaan yang didokumentasikan oleh situs web Minghui. Karena blokade Internet, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Situasi tidak membaik selama pandemi. Antara Januari 2020 dan Juni 2022, 34.350 praktisi ditangkap atau diganggu, dan 2.172 dihukum karena keyakinan mereka.

Apakah PKT mencapai tujuannya untuk melenyapkan Falun Gong dalam tiga bulan seperti yang disumpah oleh mantan ketua PKT Jiang Zemin? Dua puluh tiga tahun kemudian, tidak hanya lebih banyak orang di seluruh dunia yang telah mendengar tentang Falun Gong, namun banyak juga yang menyadari sifat jahat PKT.

Sebelum penganiayaan dimulai pada Juli 1999, Falun Gong telah dilatih oleh sekitar 100 juta orang di hampir 30 negara. Sekarang, latihan tersebut dipraktekkan di lebih dari 100 negara, dengan ajaran utama Zhuan Falun diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa.

Sebelum Juli 1999, Falun Gong menerima penghargaan yang sangat terbatas dari Yayasan Tiongkok untuk Keadilan dan Keberanian (berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Publik di Tiongkok). Sampai sekarang, Falun Gong telah menerima hampir 6.000 penghargaan, proklamasi, dan surat pendukung.

St. Catharines, kota terbesar di Wilayah Niagara Kanada, mengibarkan bendera di balai kota pada tanggal 2 Mei 2022, untuk Falun Gong. Wakil Walikota Carlos Garcia berbicara pada upacara pengibaran bendera di depan balai kota pada tanggal 2 Mei. Dia berterima kasih kepada praktisi atas kerja keras mereka. Dia berkata, “Saya tahu apa yang Anda lakukan penting bagi Tiongkok dan dunia. Saya pikir bahwa kota St. Catharines, dan memang Kanada secara keseluruhan, harus mendukung dan mempraktikkan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.”

Setelah upacara pengibaran bendera lainnya di Napanee dekat Toronto pada hari berikutnya, anggota dewan kota John McCormack juga berbagi pemikirannya. Dia menambahkan, “Sepertinya menjadi orang baik itu mudah. Namun, saya pikir tidak mudah untuk menjadi orang baik sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari, dan bertahan. Jadi, saya merasa terinspirasi dan bersemangat untuk hadir di acara tersebut. Pesan Anda positif, indah, dan damai.”

Kapan penganiayaan akan berakhir? Waktu akan menjawab. Ketika masing-masing dari kita melakukan bagian kita, situasinya akan berubah.