(Minghui.org) Beberapa cendekiawan terkenal baru-baru ini menilai situasi COVID di Tiongkok. Salah satunya memperkirakan bahwa sekitar 900 juta penduduk Tiongkok telah terinfeksi sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengakhiri kebijakan nol-COVID selama tiga tahun pada 7 Desember 2022. Banyak yang meninggal karena virus tersebut, termasuk pejabat tinggi pemerintah, tetapi rezim terus menutupi informasi COVID yang sebenarnya. Beberapa ahli kesehatan memperingatkan infeksi ulang.

Hasil penelitian

Ma Jingjing, Asisten Profesor Sekolah Pembangunan Nasional di Universitas Peking di Beijing, dan rekan-rekannya menerbitkan laporan tentang gelombang COVID baru-baru ini di Jaringan Pengamat Ekonomi pada 13 Januari. Dalam laporan tersebut, mereka melakukan analisis sistematis terhadap transmisi dan gejala berdasarkan wilayah geografis. Mereka memperkirakan bahwa banyak daerah di Tiongkok telah mencapai puncak COVID antara 7 hingga 20 Desember. Pada 11 Januari 2023, tingkat infeksi akumulatif di Tiongkok mencapai 64% (900 juta orang), dengan tiga provinsi barat mencatat tingkat infeksi tertinggi: Gansu (91%), Yunnan (84%), dan Qinghai (80%).

Ma mengatakan perkiraan mereka diperoleh dengan menggunakan tren penelusuran COVID di Tiongkok sebagai masukan dalam pemodelan data mereka.

Zeng Guang, mantan kepala epidemiologi di CDC Tiongkok, mengatakan pada 12 Januari bahwa wabah COVID terbaru datang secara bergelombang, melanda Beijing terlebih dahulu sebelum menyebar ke kota-kota besar lainnya, termasuk Guangzhou (di Provinsi Guangdong), Chengdu (di Provinsi Sichuan), dan Chongqing. Meski pandemi telah mencapai puncaknya di Beijing, puncak kasus yang parah belum melanda kota tersebut.

Di beberapa daerah, puncaknya baru saja dimulai sedangkan di pedesaan belum dimulai. Zeng memperkirakan puncak infeksi secara nasional akan berlangsung selama dua atau tiga bulan, sedangkan puncak kasus yang parah akan berlangsung lebih lama.

Survei dilakukan di antara pegawai pemerintah di Kota Weifang Provinsi Shandong pada awal Januari 2023. Sekitar 85% dari mereka telah terinfeksi. Demikian pula, sebuah pabrik pengolahan makanan menemukan 29 dari 35 karyawannya telah terinfeksi pada pertengahan Desember 2022. Pabrik tersebut telah berhenti beroperasi secara normal sejak saat itu.

Meninggalnya Akademisi, Pegawai Pemerintah dan Selebriti

Li Xiaojiang, kepala ahli onkologi di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Pengobatan Tradisional Tiongkok Universitas Tianjin, meninggal pada usia 42 tahun pada 10 Januari 2023.

Feng Tianyu, Direktur Pusat Penelitian Budaya Tiongkok Tradisional dan profesor senior humaniora dan ilmu sosial di Universitas Wuhan di Provinsi Hubei, meninggal karena COVID pada 12 Januari. Ia dikenal karena “mempelajari” budaya Tiongkok melalui kacamata Marxisme, termasuk menyerang Konfusius, dan telah menerima berbagai penghargaan nasional.

Tan Yuquan, seorang profesor di Rumah Sakit Bethune Pertama Universitas Jilin, Provinsi Jilin, meninggal dunia di Kota Changchun pada 12 Januari.

Chen Peisi, seorang komedian Tiongkok terkenal, mengatakan ibunya meninggal karena COVID pada 13 Januari.

Banyak petugas polisi dilaporkan meninggal karena COVID baru-baru ini, dengan usia antara 37 hingga 58 tahun. Mereka termasuk Pu Xiaorong (58, Wakil Direktur Departemen Polisi Kehutanan di Provinsi Gansu, meninggal pada 30 Desember), Lu Xiaoming (50, Sersan Staf Kelas II dari Departemen Kepolisian Tianning di Provinsi Jiangsu, meninggal pada 21 Desember), Ye Jingcai (41, kepala politik Kantor Polisi Xixiating di Kota Zhoukou Provinsi Henan, meninggal pada 31 Desember), dan Qi Weiyun (37, Sersan Staf Kelas IV dari Departemen Kepolisian Chuxiong di Provinsi Yunnan, meninggal pada 12 Januari).

“Jika Anda Mengatakan yang Sebenarnya, Mereka Akan Membunuh Anda”

Zhou Xiaozheng, pensiunan profesor di Universitas Renmin yang saat ini tinggal di AS, baru-baru ini diwawancarai oleh RFA (Radio Free Asia). Dia mengatakan kepada reporter bahwa dia dipecat oleh universitas pada Desember 2021 karena berbicara jujur. Dia mempertanyakan sekolah tentang bagaimana dia bisa dipecat ketika dia sudah pensiun, tetapi tidak mendapat jawaban. Dia mengatakan bahwa banyak orang di Beijing baru-baru ini meninggal karena COVID, tetapi penyebab kematian mereka biasanya dicantumkan sebagai "kondisi yang sudah ada sebelumnya." “Jika anda mengatakan yang sebenarnya, mereka [pejabat PKT] akan membunuh anda,” komentar Zhou.

Seorang pejabat yang bertanggung jawab atas krematorium di Kota Langfang Provinsi Hebei mengatakan, pihaknya telah dihubungi oleh banyak warga Beijing untuk membantu mengkremasi jenazah anggota keluarga mereka yang baru saja meninggal karena COVID. Mereka mengatakan jumlah kematian di Beijing sangat tinggi sehingga banyak krematorium lokal telah dipesan hingga paruh kedua tahun 2023. Mereka juga meminta pejabat itu untuk tidak membagikan informasi itu kepada orang lain.

Pejabat ini mengatakan krematorium Langfang sudah mengalami kesulitan mengkremasi jenazah lokal karena meningkatnya infeksi dan kematian baru-baru ini. Beberapa kabupaten di bawah administrasi Langfang juga telah menerima permintaan serupa dari Beijing dan beberapa penduduk Beijing menawarkan untuk membayar 5.000-8.000 yuan, lebih tinggi dari biaya kremasi yang berlaku di kabupaten tersebut. Banyak penduduk pedesaan di desa-desa wilayah Langfang yang menguburkan jenazah anggota keluarga mereka alih-alih mengkremasinya. Namun, karena banyaknya kematian, mereka harus menunggu hingga lima hari untuk mengadakan pemakaman.

Infeksi ulang

Seorang dokter dari Kota Shijiangzhuang Provinsi Hebei mengatakan kepada RFA pada 13 Januari bahwa banyak pasien mengalami infeksi ulang sekitar satu bulan setelah sembuh dari infeksi awal. Ini telah terjadi di Beijing, Shandong, Sichuan, dan daerah lainnya.

Zhang Boli, anggota Akademi Teknik Tiongkok yang berspesialisasi dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, baru-baru ini juga memperingatkan masyarakat umum tentang risiko infeksi ulang. Dibandingkan dengan varian lain, omicron cenderung memicu lebih banyak infeksi terobosan dan infeksi ulang. Risiko komplikasi lebih tinggi pada pasien yang terinfeksi ulang. Komplikasi dapat mencakup penyakit paru, kardiovaskular, diabetes, gastrointestinal, dan neurologis.