(Minghui.org) Setelah saya mulai berlatih Falun Dafa, saya mengukur diri saya dengan prinsip-prinsip Dafa Sejati-Baik-Sabar. Saya menjadi lebih toleran dan optimis dan tidak lagi mementingkan diri sendiri. Saya memperlakukan suami, anak, dan keluarga saya dengan sepenuh hati. Hubungan kami menjadi harmonis.

Namun, ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Dafa pada 20 Juli 1999, hidup saya berubah drastis. Saya ditangkap berkali-kali karena keyakinan saya, dan polisi sering datang ke rumah untuk mengganggu saya.

Saya kehilangan pekerjaan yang stabil dan berpenghasilan tinggi. Suami saya mengatakan bahwa meskipun saya adalah ibu dan istri yang baik, ia tidak mau hidup dengan seseorang tanpa status sosial. Ia berselingkuh dan ingin bercerai.

Orang tua saya adalah intelektual, dan suami saya berasal dari keluarga miskin di desa. Saya menikah dengannya karena saya pikir ia adalah orang baik dan saya tidak pernah membayangkan ia akan menceraikan saya ketika saya mengalami masa-masa sulit.

Ibu saya, yang selalu memperlakukan suami saya dengan baik, dia jatuh sakit ketika mengetahui suami saya ingin bercerai. Suami saya sama sekali tidak peduli dengan ibu saya. Saat saya berada di luar kota untuk merawatnya, ia menelepon saya berulang kali menekan saya agar cerai.

Ketika ia membawa saya ke pengadilan, ia mendapatkan semua tabungan dan wali anak saya. Namun, anak saya tetap memilih untuk tinggal bersama saya karena saya memperlakukannya dengan baik.

Sekelompok petugas polisi masuk ke rumah saya pada tahun 2013 dan menggeledah tempat itu. Putra saya masih kecil saat itu, dan ia berlari ke dapur mengambil pisau dapur dan berusaha menghentikan mereka membawa saya pergi. Saya berhasil menenangkannya sebelum saya dibawa pergi.

Saya kemudian mengetahui bahwa putra saya juga dibawa ke kantor polisi. Beberapa tahun kemudian, ia memberi tahu saya bahwa ia berpikir untuk membunuh dua petugas yang membawanya ke kantor polisi: "Saya masih kecil pada saat itu, dan berpikir saya tidak akan dimintai pertanggungjawaban pidana."

Saya dihukum lima tahun penjara. Saya selamat dari siksaan selama hari-hari kelam itu dan sangat mengkhawatirkan putra saya. Tahun-tahun itu adalah masa paling kritis bagi pertumbuhan seorang anak. Mantan suami saya tidak mengizinkan putra saya mengunjungi saya, jadi saya tidak bertemu dengannya selama lima tahun.

Setelah saya dibebaskan segalanya seperti yang saya takutkan. Putra saya yang ceria dan bersemangat telah berubah dan berganti menjadi seorang pemuda yang tinggi dan kuat dengan pandangan dingin tentang dirinya. Ia menghabiskan banyak waktu bermain video game dan membaca novel di internet. Ayahnya jarang berbicara dengannya, jadi ia memusuhi ayah dan ibu tirinya. Pokoknya ia kaku dan tidak rukun dengan teman-teman sekelasnya.

Ia tinggal di asrama sekolah pada saat itu dan datang menemui saya selama setengah hari setiap dua minggu. Saya memperlakukannya dengan baik dan memasak makanan enak untuknya. Saya terbuka untuknya dan memperlakukannya seperti seorang teman.

Putra saya berkata ia membenci polisi yang menangkap saya, dan ia membenci ayahnya karena meninggalkan saya. Saya bisa merasakan sakit hatinya. Meskipun saya ingin ia melepaskan kebenciannya, saya memiliki kesabaran yang besar terhadapnya dan tidak berharap ia berubah dalam semalam.

Saya secara bertahap memberi tahu ia tentang prinsip-prinsip kebaikan Dafa. Ketika ia dalam suasana hati yang baik, saya menyarankan ia untuk bersikap baik kepada ayahnya, karena untuk membesarkannya tidak mudah bagi ayahnya, dan juga meminta agar membantu ibu tirinya melakukan beberapa pekerjaan rumah. Dia setuju.

Putra saya berkata bahwa saya adalah ibu yang baik dan Falun Dafa baik, jadi saya sering berbagi pemahaman tentang prinsip-prinsip Fa dengannya.

Guru Li Hongzhi berkata:

“Tentu saja kita Xiulian di tengah masyarakat manusia biasa, selayaknya berbakti kepada orang tua dan mendisiplinkan anak, dalam keadaan apa pun harus memperlakukan orang lain dengan baik, dan bersikap bajik, apalagi terhadap sanak keluarga anda. Terhadap siapa pun juga sama, terhadap orang tua maupun putra putri seyogianya bersikap baik, dalam segala hal selalu memikirkan orang lain, hati ini niscaya tidak mementingkan diri lagi, hati yang selalu ramah tamah dan yang belas kasih.” (Ceramah 6, Zhuan Falun)

Saya membacakan paragraf ini untuk putra saya dan berkata bahwa petugas yang menganiaya saya adalah yang paling menyedihkan karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan jahatnya.

Saya secara bertahap memberi tahu putra saya bagaimana mengukur berbagai hal dalam hidup dengan prinsip-prinsip Fa. Ia perlahan membuka hatinya dan berbicara tentang hidupnya. Ia suka bersama saya dan mulai tinggal bersama saya satu hari dalam seminggu. Ia mulai belajar Fa setiap hari, dan Dafa berangsur-angsur mengubah dan menghidupkan kembali sifatnya yang baik hati. Ia menjadi lembut dan mulai tersenyum pada orang-orang.

Ia pernah membawa pisau Mongolia tajam dan berkata: “Saya membeli ini untuk pertahanan diri. Saya ingin menjual karena saya tidak membutuhkan lagi. Salah satu teman sekelas saya telah berjanji untuk membelinya, tetapi ia berubah pikiran. Mungkin Guru Li tidak ingin saya menjualnya kepada siapa pun karena ia tidak ingin siapa pun menggunakannya. Tolong ibu simpan saja untuk saya karena saya tidak butuh lagi?”

Saya sangat tersentuh karena saya menyaksikan kekuatan Dafa yang meluluhkan kebencian di hatinya.

Putra saya juga menghentikan kebiasaan buruknya bermain video game dan mulai belajar lebih giat. Dalam beberapa tahun, ia menjadi siswa terbaik dan masuk ke universitas bagus dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Di masa kuliahnya, ia belajar Fa setiap hari.

Ia mempertimbangkan orang lain serta baik kepada ayah dan ibu tirinya, dan juga hubungan mereka membaik. Orang tua ibu tirinya juga sangat menyukainya.

Banyak pengikut Dafa muda, seperti putra saya, telah mengalami liku-liku yang serupa dalam hidup mereka. Mereka telah mengalami perpisahan keluarga atau kehilangan orang yang mereka cintai. Prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar dari Falun Dafa telah membimbing mereka melalui penderitaan ini dan membuat mereka menjadi warga negara yang terhormat.