Dikisahkan pada tahun ke 9 Wude Dinasti Tang, Li Shimin, putra kedua dari Kaisar Pendiri Li Yuan, menaklukkan 18 pemberontakan, memenangkan 72 peperangan, menikmati kekayaan dan kehormatan, dan berhasil mempersatukan negeri.

Kaisar Pendiri memiliki empat putra: Jiancheng, Shimin, Yuanji dan Yuanba. Li Yuanba mati muda, Jiancheng diberi gelar raja Ying, Shimin diberi gelar raja Qin, dan Yuanji diberi gelar raja Qi. Jiancheng dan Yuanji berselingkuh dengan selir kesayangan Kaisar Pendiri, yaitu Zhang Yanxue dan Yin Sese, dan pernah tertangkap basah oleh raja Qin; walau kejadian tersebut telah berlalu, namun dalam hati masih menyimpan benci yang mendalam.

Menurut aturan suksesi kaisar di masa lalu, setelah masa hidup Kaisar Pendiri berlalu, Jiancheng akan naik menggantikannya, tetapi prestasi Li Shimin begitu besar, seluruh negeri Dinasti Tang hampir semuanya adalah hasil kerjanya, dan Kaisar Pendiri sering memujinya. Karenanya, Jiancheng dan Yuanji dalam hati sangat benci dan cemburu.

Kedua aksara "Yuan" dan "Ji", bila digabung mirip dengan karakter "Tang". Oleh karena itu, meskipun dia adalah putra ketiga, Yuanji juga menganggap diri pantas menjadi kaisar dan menginginkan posisi tersebut sudah dari dulu; sedangkan Jiancheng berhati pengecut tidak mampu mengerjakan apa pun, hanya takut dengan raja Qin. Yuanji pun berencana menyingkirkan Raja Qin dengan meminjam tangan Jiancheng, dan kemudian barulah menyingkirkan Jiancheng, konspirasi pun disusun sepanjang malam.

Kebetulan Putri Pingyang meninggal karena sakit, dan semua anggota kalangan sipil dan militer pergi ke pemakaman. Jiancheng dan Yuanji berpura-pura mengadakan jamuan makan dan mengundang raja Qin untuk minum bersama, tetapi anggurnya diracuni. Raja Qin pada dasarnya berpikiran terbuka, selama Jiancheng dan Yuanji mengaku salah dan meminta maaf, tanpa keraguan, mereka bersulang untuk minum.

Sejak zaman kuno, yang namanya "Raja tidak pernah mati". Raja Qin baru meneguk satu tegukan kecil, seekor burung walet terbang dan membuang kotoran di cangkir, juga menodai pakaian raja Qin.

Raja Qin kemudian bangun untuk mengganti pakaiannya, tiba-tiba perutnya sakit melilit, setelah kembali ke rumah, dia mengalami diare sepanjang malam dan memuntahkan darah beberapa kali. Dia tahu pasti ada yang salah dengan anggurnya.

Kaisar Tang mendengarnya, khawatir raja Qin tidak bisa toleran dengan saudara-saudaranya, maka meminta raja Qin pindah ke Luoyang, Dari Shaanxi hingga seluruh daerah Timur akan dipimpin oleh raja Qin, dan membangun panji Putra Langit, seperti kisah Liu Wu, raja Liang dari Dinasti Han.

Jiancheng dan Yuanji mendengar berita itu sangat ketakutan, tahu bahwa raja Qin pemberani, kemampuan tinggi dan banyak bawahan bertalenta. Di bidang sastra ada Zhangsun Wuji, Xu Maogong, Li Chunfeng, Fang Xuanling, Du Ruhui. Sedangkan di bidang militer ada Qin Shubao, Cheng Yaojin, Yuchi Jingde, Li Jing, dll. Suatu hari akan membawa panji kebesaran, menaklukkan hati rakyat, karena takut tidak ada yang bisa mengendalikannya, maka disusunlah rencana keji, yaitu memobilisasi para jenderal di bawah raja Qin untuk berekspedisi menaklukkan Turki.

Melihat masalah mendesak, raja Qin memberi tahu Kaisar Pendiri tentang tindakan kotor Jiancheng dan Yuanji di istana, dan Kaisar Pendiri pun kemudian memerintahkan Jiancheng dan Yuanji ke istana untuk dikonfrontasi esok harinya.

Keesokan harinya, Jiancheng dan Yuanji memimpin 4 - 5 ratus penjahat ke gerbang Xuanwu, menanti di sana untuk membunuh raja Qin begitu dia tiba. Tanpa diduga, raja Qin sudah siap sejak awal, dan datang dengan jubah perang. Ketika Jiancheng dan Yuanji melihat raja Qin, mereka segera menarik busur dan menembakkan tiga anak panah, tetapi raja Qin menghindari semuanya, dan raja Qin dengan indahnya membalas denga satu anak panah dan berhasil membunuh Jiancheng. Yuan Ji ingin kabur, tapi ditembak mati oleh satu anak panah Yuchi Jingde.

Kejadian ini dikenal sebagai "Insiden Gerbang Xuanwu" dalam sejarah. Generasi selanjutnya secara keliru menuduh raja Qin membunuh saudaranya sendiri demi merebut kekuasaan, yang sebenarnya disebabkan oleh opini publik yang menyesatkan: yaitu ---- “Siapa pun yang akan ditumpas Langit, memiliki pengaturannya sendiri, jadi mengapa harus mengotori tangan sang Raja?”

Setelah kematian Li Yuanji, roh jahat ini masuk ke neraka untuk membayar karmanya. Raja Neraka tahu bahwa dia telah melakukan perzinahan dengan selir kesayangan ayahnya, meracuni raja Qin dengan anggur beracun, menembak raja Qin dengan anak panah, dan hal lainnya yang melanggar hukum Langit, melakukan sepuluh kejahatan tak terampuni, maka menghukum Yuanji masuk ke Gerbang Tanpa Reinkarnasi, turun ke Neraka Tanpa Akhir. Setelah terkikis aus ribuan tahun, ia sudah tidak lagi memiliki wujud tubuh kehidupan bawaan lahir, tidak memiliki pemikiran yang utuh, hanya tersisa seberkas Qi iri hati dan kebencian, keberadaannya seperti apa akan dibahas nanti.

Shimin naik takhta, disebut Kaisar Taizong, mengubah gelar menjadi Zhenguan, dan memulai masa keemasan di era Zhenguan. Kaisar Taizong baik hati dan simpatik kepada rakyat jelata, dengan meneruskan takhta, selain sesuai dengan kehendak Langit, juga selaras dengan hati rakyat, sungguh merupakan berkah bagi rakyat jelata.

Pada tahun ke-22 Zhenguan, ketika Xuanzang kembali dari mengambil kitab suci Buddha di Barat, Kaisar Taizong secara pribadi memimpin pejabat sipil dan militer untuk menyambutnya di Jembatan Zhuque, dan menulis “Kata Pengantar Ajaran Suci Tripitaka dari Dinasti Tang" untuk mengenang peristiwa akbar tersebut.

Pada tahun ke-23 Zhenguan, Taizong meninggal dunia. Karena berjasa dalam melindungi dan menegakkan Fa Buddha, mempromosikan Tao, menanamkan fondasi nilai Ren, Yi, Zhi, Yong, tidak tertarik hal duniawi, mengabdikan diri pada rakyat, sekaligus asal sejarah yang tidak biasa, yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa, maka di reinkarnasi selanjutnya secara alami membawa energi positif dari alam semesta, seperti seorang Kaisar, raja, jenderal, menteri, sarjana sastra, atau ahli seni bela diri, sulit untuk menggambarkan semuanya.

Konon ribuan tahun kemudian, tepat saat Raja Suci Falun turun ke dunia dengan wujud Buddha Maitreya, kekuatan lama di alam semesta akan mengganggu dengan dalih “membantu”, sehingga diciptakanlah seorang badut berwujud manusia yang paling jahat dan tidak rasional, dengan sifat: bodoh, jahat, buruk, licik, jelek, pamer, iri, dan penakut seperti seekor tikus, yang bertindak jahat mengacaukan pelurusan Fa, dan penyelamatan makhluk hidup. Dalihnya adalah menyesuaikan prinsip "saling menghidupi saling membatasi" dan digunakan untuk "menguji" pengikut Dafa.

Badut ini bila diciptakan dengan kehidupan apa pun di dunia adalah tidak adil bagi kehidupan tersebut, karena itu akan melakukan dosa abadi dan kejahatan terhadap alam semesta. Hal yang harus dimusnahkan sehabis digunakan, paling cocok hanya dapat ditemukan di Neraka Tanpa Akhir, paling baik dipilih yang memiliki kebencian besar terhadap orang yang turun ke dunia untuk melakukan penyelamatan. Setelah dicari sana sini, ditemukan bahwa setelah kematian penjahat Li Yuanji pada masa Tang Taizong, masih ada tersisa jejak Qi jahat iri hati, sehingga dibawalah ke dunia, ke kuburan yang kental dengan Qi negatif.

Di kuburan sedari awal sudah ada seekor kodok, dan ketika ia membuka mulutnya untuk menguak, tiba-tiba terhirup masuklah energi jahat ribuan tahun ini ke dalam perutnya, dan roh asli kodok itu pun dihalau keluar tubuh oleh energi jahat ini, dan telah bereinkarnasi. Sedangkan roh jahat ribuan tahun ini sejak itu menguasai tubuh kodok. Beberapa tahun kemudian, kodok itu mati, dan Qi dari roh jahat ribuan tahun yang berwujud kodok itu bereinkarnasi masuk ke rahim manusia, lahirlah Jiang Zemin. Setelah kematian Jiang Zemin, media Barat, termasuk BBC, Washington Post, New York Times, dan lainnya, saat memberitakan kematian Jiang Zemin, sama sekali tidak lupa menyebutkan julukan Jiang Zemin yaitu "Toad" (si kodok).