(Minghui.org) Seorang pensiunan berusia 60 tahun di Kota Yantai, Provinsi Shandong dipaksa membayar kembali lebih dari 100.800 yuan tunjangan pensiun yang diterima selama hukuman empat tahun penjara, hanya beberapa hari setelah dia dibebaskan pada tanggal 15 September. 2021.

Pan Rongqing ditangkap pada tanggal 15 September 2017 karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan pikiran-tubuh yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok sejak Juli 1999. Kejaksaan Distrik Laishan menyetujui penangkapannya pada tanggal 19 Oktober dan menerima kasusnya dari polisi pada tanggal 18 Desember 2017. Meskipun Kejaksaan dua kali mengembalikan kasusnya ke polisi dengan alasan tidak cukup bukti, kejaksaan melanjutkan mendakwanya pada tanggal 29 Juni 2018 setelah polisi menyerahkan kembali kasus tersebut.

Pengadilan Distrik Laishan mengadili Pan pada tanggal 17 Mei 2019 dan menjatuhkan hukuman empat tahun penjara. Dia mengajukan banding, dan Pengadilan Menengah Kota Yantai memutuskan pada tanggal 19 Agustus 2019 untuk membatalkan putusan awal, dan memerintahkan sidang ulang. Pengadilan Distrik Laishan tidak mengadakan sidang ulang sampai pada tanggal 2 September 2020 dan menjatuhkan hukuman yang sama yaitu empat tahun penjara pada tanggal 2 November tahun itu.

Pan menjalani hukuman tiga tahun lima bulan di Pusat Penahanan Kota Yantai sebelum dipindahkan ke Penjara Wanita Provinsi Shandong pada tahun 2021 untuk menyelesaikan sisa masa hukumannya.

Setelah Pan dibebaskan pada bulan September 2021, dia memberi tahu suaminya bahwa penjaga penjara menyita dua putusannya (yang asli dan yang dikeluarkan setelah sidang ulang) sehingga dia tidak dapat mengajukan mosi untuk mempertimbangkan kembali kasusnya. Suaminya berkata bahwa pihak berwenang tidak pernah memberi salinan putusannya. Satu-satunya dokumen resmi yang ia terima adalah salinan surat perintah penangkapannya.

Hanya beberapa hari setelah dia kembali ke rumah, kantor jaminan sosial setempat menelepon suaminya dan mengatakan bahwa Pan perlu mengembalikan tunjangan pensiun yang diterima selama di penjara empat tahun, dengan alasan kebijakan yang melarang pensiunan menerima tunjangan pensiun saat menjalani hukuman. Pasangan tersebut berargumen bahwa manfaat yang diberikan adalah aset yang diperoleh secara sah oleh Pan dan tidak boleh hilang dalam keadaan apa pun. Kantor jaminan sosial bersikeras untuk menarik kembali tunjangan pensiun yang sudah dikeluarkan dan terus menelepon suaminya. Ia akhirnya membayar lebih dari 100.800 yuan seperti yang diminta.

Selama dua konferensi politik tahunan rezim komunis pada bulan Maret 2023, kantor polisi setempat menelepon suami Pan dan mengatakan mereka perlu menemuinya dan mengambil fotonya. Dia segera meninggalkan rumah. Suaminya kemudian memberitahunya bahwa dua petugas mendatangi rumah mereka saat dia pergi. Polisi merekam video setiap sudut rumah dan mengatakan kepadanya bahwa mereka harus melakukannya atas perintah atasan.

Dua petugas lainnya meluncur dengan mobil ke rumah Pan pada bulan Agustus 2023 dan meminta untuk bertemu dengannya. Dia tidak ada di rumah dan mereka pergi.

Pan baru-baru ini menceritakan penderitaannya seperti di bawah ini.

Penangkapan

Saya baru saja pulang ke rumah pada siang hari tanggal 15 September 2017 ketika saya mendengar ketukan di pintu. Saya intip melalui lubang melihat seorang pria memegang ponsel di tangannya dan seorang wanita berusia sekitar umur 20-an. Sekelompok petugas segera bergabung dengan pasangan tersebut dan menggedor pintu. Saya tidak membuka pintu dan ketukan berhenti sekitar setengah jam kemudian.

Namun, sekitar pukul 13.30, polisi membuka paksa pintu saya dan menerobos masuk (saya kemudian mengetahui bahwa mereka memanggil tukang kunci dua orang). Mereka memborgol tangan saya ke belakang ke tempat tidur. Saat mereka menggerebek rumah saya, mereka menyuruh wanita muda itu mengawasi saya. Dia tidak mengizinkan saya menggunakan kamar kecil.

Polisi menyita uang tunai 40.000 yuan (±Rp 84.000.000), tiga printer, dua pemotong kertas, dan dua laptop. Mereka memasukkan barang-barang itu ke dalam peti kayu milik saya dan membawanya pergi.

Mereka kemudian membawa saya ke bawah menuju gudang, di mana mereka menyita dua puluh kotak kertas fotokopi, lima buku Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis, beberapa amulet, satu kotak kalender yang berisi pesan-pesan Falun Gong, dan tujuh spanduk Falun Gong.

Saya selanjutnya dibawa ke Kantor Polisi Shengquan di Distrik Laishan. Saya meminta uang 40.000 yuan saya kembali, dan seorang petugas berjanji akan memberikannya kepada saya nanti. Tapi polisi tidak pernah mengembalikan uang itu kepada saya.

Selama interogasi saya menolak menjawab pertanyaan polisi. Setelah beberapa saat, saya tidak bisa membuka mata, dan anggota tubuh saya juga sepertinya tidak berfungsi. Saya kemudian merasa mual dan muntah. Seorang polisi wanita bertanya-tanya, “Mengapa perutnya [mengacu pada saya] tiba-tiba bengkak?” Saya terus muntah dan beberapa petugas kemudian membawa saya ke rumah sakit.

Para dokter tidak menemukan masalah apa pun pada diri saya, dan polisi membawa saya kembali ke mobil mereka. Saya pingsan dalam perjalanan pulang dan terbangun ketika kami tiba di kantor polisi. Polisi menyeret saya keluar dari mobil dan menendang saya. Mereka menuduh saya berpura-pura pingsan dan meminta saya jalan sendiri.

Saya masih merasa lemas di sekujur tubuh dan tidak bisa bergerak. Polisi membawa saya ke ruang interogasi dan mendudukkan saya di kursi.

Petugas lain masuk dan memukul leher saya dengan botol air. Pukulan itu sangat menyakitkan dan saya memperingatkannya bahwa ia melanggar hukum dengan memukul saya. Ia mulai menginterogasi saya dan saya menolak menjawab pertanyaannya. Petugas lain kemudian dipanggil untuk menginterogasi saya dan saya masih menolak untuk mengungkapkan informasi apa pun yang ia minta.

Beberapa petugas lainnya kemudian menyeret saya ke ruangan lain dan secara paksa mengambil sidik jari saya. Mereka menyeret saya begitu keras hingga pakaian saya robek.

Saya kemudian dibawa ke Pusat Penahanan Kota Yantai. Sekitar dua minggu kemudian dua petugas polisi datang untuk menginterogasi saya. Saya berbagi dengan mereka bagaimana saya mendapat manfaat dari berlatih Falun Gong. Mereka menanyakan materi Falun Gong apa yang saya miliki di rumah. Saya menolak menjawab pertanyaan mereka atau menandatangani catatan interogasi mereka. Mereka kemudian pergi.

Dicekok paksa makan di Pusat Penahanan

Seseorang dari Kejaksaan Distrik Laishan datang untuk menggali kesaksian dari saya di pusat penahanan pada tanggal 18 Oktober 2017. Dia memerintahkan saya untuk menandatangani surat perintah penangkapan dan saya menolak. Saya kemudian mengetahui bahwa saya secara resmi ditangkap pada hari berikutnya.

Saya memulai mogok makan setelah petugas Kejaksaan pergi. Kepala penjaga tidak bisa memaksa saya makan jadi dia melaporkan masalah tersebut ke direktur pusat penahanan. Direktur telah berbicara dengan saya tetapi saya masih menolak untuk makan.

Pada hari keempat saya mogok makan, direktur memerintahkan beberapa dokter pusat penahanan untuk mencekok paksa saya dengan bantuan beberapa narapidana. Mereka menahan saya tetapi tidak bisa memasukkan makanan ke dalam tubuh saya setelah beberapa kali mencoba. Mereka kemudian memanggil dokter yang lebih tua dan lebih berpengalaman. Ia berhasil mencekok saya makan melalui selang tebal. Saya sulit bernapas selama dicekok paksa.

Saat tabung itu dikeluarkan, tabung itu sudah berlumuran darah. Direktur merekam semuanya dengan ponselnya dan mengancam akan menunjukkan klip itu kepada putri saya yang sedang hamil.

Malam itu dokter yang lebih tua bertanya apakah saya ingin makan malam. Saya mengatakan tidak dan ia mengancam akan menggunakan cara lain untuk mencekok paksa saya, karena selang tersebut telah merusak selaput di kerongkongan saya dan ia tidak akan lagi mengeluarkannya setelah setiap sesi cekok makan. Semua teman satu sel saya menyarankan saya untuk melanjutkan makan karena mereka telah menyaksikan cekok makan alternatif, dimana korban dikurung di tempat tidur dengan selang makanan tetap berada di perutnya sepanjang hari. Korban kemudian harus buang air di tempat tidur.

Saya kemudian setuju untuk makan lagi. Teman satu sel saya, berjumlah lebih dari dua puluhan, kemudian mengatakan kepada saya bahwa mereka semua menangis ketika dokter mencekok paksa saya.

Lingkungan Hidup yang Keras di Pusat Penahanan

Di musim panas tidak ada AC (bahkan kipas angin tidak ada) dan di musim dingin tidak ada pemanas. Selama tiga musim panas ketika saya ditahan di pusat penahanan saya mengalami ruam panas. Seorang penjaga pernah terkena stroke panas tidak lama setelah ia masuk ke sel saya. Fakta bahwa sel kecil itu dapat menampung hingga 25 orang hanya membuat musim panas semakin menyengsarakan.

Saya dipaksa melakukan kerja paksa tanpa bayaran selama satu tahun empat bulan, selama itu saya harus bekerja setiap hari, dan tangan saya segera melepuh. Penjaga yang bertugas memaksa saya dan narapidana lain untuk bekerja bahkan saat istirahat.

Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, suatu hari pusat penahanan tiba-tiba memberi tahu para penjaga untuk berhenti memaksa tahanan melakukan kerja paksa. Kami kemudian diperintahkan melafalkan peraturan pusat penahanan, dan mereka yang tidak dapat menghafal peraturan tersebut akan dihukum dengan berdiri dalam jangka waktu yang lama. Saya menolak melafalkan peraturan atau melakukan latihan fisik. Kepala penjaga tidak mendesak saya untuk mengikuti perintah mereka.

Melindungi Hak Saya untuk Melakukan Latihan Falun Gong

Penjaga pusat penahanan tidak mengizinkan saya melakukan latihan Falun Gong, dan saya mulai merasakan sakit di ketiak kiri saya. Saya kemudian bermimpi melakukan latihan dan merasa sangat baik. Saya kemudian memberi tahu kepala penjaga bahwa saya perlu melakukan latihan Falun Gong agar tetap sehat. Dia setuju dan saya kemudian bisa melakukan latihan mulai bulan ketujuh di pusat penahanan. Setiap kali saya melakukan latihan kepala penjaga hanya berpura-pura tidak melihat saya.

Penjaga lainnya dua kali melihat saya melakukan latihan Falun Gong saat dia sedang bertugas. Dia menempatkan saya pada manajemen yang ketat dan tidak mengizinkan saya melakukan latihan lagi. Setiap kali kondisi ketiak saya memburuk. Sangat menyakitkan hingga saya terbangun di tengah malam dan sulit bangun dari tempat tidur di pagi hari. Kepala penjaga memanggil dokter untuk memeriksa, tetapi saya tidak diberi obat apa pun.

Terlepas dari kondisi saya, saya tetap diperintahkan untuk bekerja shift malam dua jam. Saya mengatakan kepada kepala penjaga bahwa saya harus melakukan latihan Falun Gong untuk meningkatkan kesehatan saya. Dia setuju dan rasa sakit di ketiak saya segera hilang. Setelah menyaksikan kekuatan penyembuhan ajaib dari Falun Gong, para penjaga berhenti mengganggu saya ketika saya melakukan latihan.

Sidang dan Banding

Saya hadir di Pengadilan Distrik Laishan pada tanggal 17 Mei 2019. Pengacara saya mengajukan pengakuan tidak bersalah untuk saya.

Ketika jaksa mengajukan bukti yang memberatkan saya, saya melihat bahwa polisi telah melebih-lebihkan jumlah barang yang disita dari rumah saya. Lima buku Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis diubah menjadi 48 buku, amulet yang hanya beberapa ditambah menjadi lebih dari 400, dan 7 spanduk Falun Gong ditambah menjadi lebih dari 100 spanduk.

Saya menunjukkan bukti yang dipalsukan kepada jaksa tetapi ia mengabaikan saya dan merekomendasikan hukuman 8-9 tahun karena saya menolak mengaku “bersalah” dalam berlatih Falun Gong.

Sekitar dua minggu kemudian saya dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan saya segera memutuskan untuk mengajukan banding.

Narapidana biasanya diberi waktu sepuluh hari untuk menulis permohonan banding, namun penjaga pusat penahanan memberi saya waktu kurang dari tiga hari, dan saya hanya bisa menulis permohonan banding ketika kepala penjaga sedang bertugas. Setiap kali ketika dia libur kerja, dia juga menyembunyikan pena dan kertas, yang tidak boleh ada pada narapidana tanpa pengawasan. Oleh karena itu, dalam permohonan saya tidak dapat memasukkan semua yang ingin saya sampaikan. Saya tetap berhasil mengajukan banding.

Dua orang dari Pengadilan Menengah Kota Yantai datang ke pusat penahanan untuk memverifikasi pengajuan banding saya sekitar bulan Juli 2019. Mereka juga menunjukkan surat perintah penggeledahan dan bertanya apakah polisi pernah menunjukkannya kepada saya. Saya berkata tidak. Kedua orang tersebut kemudian membuat foto yang menunjukkan sebuah meja yang di atasnya terdapat tas hitam yang diletakkan di samping puluhan buku Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis. Saya langsung bilang saya tidak pernah memiliki tas hitam seperti itu. Saya mulai menjelaskan bagaimana polisi membesar-besarkan jumlah barang yang disita. Kedua petugas pengadilan kemudian meminta saya untuk menandatangani pernyataan mereka tentang saya.

Suatu hari saat waktu istirahat, seorang penjaga meminta saya menandatangani putusan pengadilan menengah untuk membatalkan putusan awal saya dan melakukan sidang ulang. Saya menandatanganinya karena saya pikir keputusan seperti itu merupakan sinyal bagi pengadilan untuk membebaskan saya.

Sidang Ulang

Meskipun pengadilan menengah mengeluarkan putusannya pada tanggal 19 Agustus 2019, Pengadilan Kota Laishan tidak mengadakan sidang ulang pada tanggal 2 September 2020. Karena pandemi COVID-19, keluarga saya tidak dapat menyewa pengacara untuk saya, dan tidak boleh menghadiri sidang virtual.

Saya terkejut mendengar “bukti baru” yang memberatkan saya. Barang-barang tambahan dikatakan telah disita dari rumah saya. Ada juga video yang menunjukkan “saya” mengakui “kejahatan saya” selama interogasi polisi di Kantor Polisi Shengquan pada tanggal 15 September 2017.

Saya mengatakan kepada hakim dan jaksa bahwa saya tidak pernah memiliki barang tambahan tersebut. Saya meminta untuk menonton videonya. Jaksa tidak berhasil dan hakim menunda sidang selama setengah jam. Setelah sidang dilanjutkan, jaksa memperlihatkan video tersebut. Layarnya sangat kecil tetapi hakim menyatakan bahwa mereka tidak dapat memperbesarnya untuk menampilkan detailnya.

Video tersebut memperlihatkan seorang wanita yang lebih pendek dari saya dan berkulit lebih cerah berjalan ke ruang interogasi, tetapi saya dibawa ke dalam ruangan karena saya terlalu lemah. Wanita itu mengenakan atasan yang tidak saya pakai saat saya diinterogasi.

Saya melihat wanita dalam video itu sedang mengikat rambutnya di depan cermin. Saya melakukan hal yang sama setelah saya dibawa kembali ke kantor polisi dari rumah sakit hari itu karena rambut saya acak-acakan ketika polisi membawa saya keluar masuk rumah sakit. Namun, tangan wanita itu lebih pucat dan lebih montok dibandingkan tangan saya.

Saya jadi bingung dan tidak yakin kalau wanita di video itu bukanlah saya. Hakim tidak mengatakan apa pun tentang video tersebut dan menanyakan beberapa pertanyaan lain kepada saya. Sebelum akhir sesi, dia bertanya apakah ada yang ingin saya katakan. Saya bilang saya ingin menyewa pengacara.

Setelah sidang, saya mengingat setiap detailnya dan kemudian menyadari bahwa video tersebut dibuat untuk menjebak saya sebagai orang yang mengaku melakukan kejahatan, dan wanita dalam video tersebut jelas bukan saya. Saya juga ingat dengan jelas bahwa saya dipaksa untuk mengambil sidik jari catatan interogasi sepanjang satu setengah halaman di kantor polisi tetapi saya tidak menandatanganinya. Oleh karena itu, saya menolak menandatangani proses pengadilan ketika penjaga menyerahkannya kepada saya beberapa hari kemudian.

Pada sidang kedua persidangan ulang pada tanggal 2 November 2020, saya membela diri karena keluarga saya tidak dapat menemukan pengacara untuk mewakili saya. Jaksa terus memberikan bukti palsu yang sama terhadap saya dan tidak mengizinkan saya berbicara. Setiap kali saya berhasil berbicara, hakim menuduh saya berbicara terlalu cepat dan memotong pembicaraan saya.

Jaksa merekomendasikan hukuman penjara delapan hingga sembilan tahun dan hakim kembali menjatuhkan hukuman empat tahun penjara pada akhir sidang kedua.

Saya mendapat pena dan kertas dari penjaga untuk menulis permohonan saya, namun akhirnya menyerah karena saya merasa putus asa setiap kali saya memikirkan bagaimana hakim masih menghukum saya padahal sudah jelas bahwa polisi telah memalsukan bukti yang memberatkan saya.

Hak untuk Mengajukan Mosi Ditolak

Saya menyesali keputusan saya tidak mengajukan banding ketika saya mendengar teman satu sel mengatakan bahwa membatalkan banding sama dengan mengakui kesalahan. Saya kemudian meminta pena dan kertas kepada penjaga untuk menulis mosi untuk mempertimbangkan kembali kasus saya. Penjaga bertanya mengapa saya tidak mengajukan banding dan saya mengatakan bahwa saya telah melewati batas waktu untuk mengajukan banding.

Dia tidak pernah memberi saya apa pun untuk menulis mosi, dan malah berbohong kepada saya dengan mengatakan bahwa narapidana tidak boleh menulis mosi di pusat penahanan. Dia bilang saya bisa menulisnya begitu saya dimasukkan ke penjara.

Saya dipindahkan ke Penjara Wanita Provinsi Shandong pada bulan Februari 2021. Saya membawa dua putusan tersebut, tetapi penjaga penjara menyitanya. Mereka juga mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengakui bahwa saya adalah seorang penjahat sebelum saya diizinkan menulis mosi untuk mempertimbangkan kembali kasus saya. Tentu saja saya tidak mengakui bahwa saya melanggar hukum sehingga tidak boleh mengajukan mosi.

Menolak Mengakui Saya Penjahat

Penjaga penjara bergiliran berbicara kepada saya dan mencatat apa yang saya katakan kepada mereka. Kepala penjaga sel saya mengancam akan memberi saya pelajaran karena saya telah menjalani manajemen ketat sebanyak tiga kali di pusat penahanan.

Saya pernah menolak melakukan latihan fisik seperti yang diperintahkan, dan kepala penjaga mencabut tongkat listriknya. Tongkat itu tiba-tiba hancur dan bagian-bagiannya berserakan dimana-mana. Dia tercengang dan malu. Dia mengambil bagian-bagiannya dan tidak lagi mengharuskan saya melafalkan peraturan penjara atau melakukan hal-hal lain yang diwajibkan oleh narapidana lain. Sikapnya terhadap saya juga membaik. Dia kemudian dipindahkan.

Sekitar satu bulan setelah saya masuk penjara, saya dipindahkan ke Divisi 11, yang mana tempat itu adalah tempat untuk menganiaya praktisi Falun Gong yang teguh. Saya ditahan di sebuah ruangan kecil dengan tempat tidur kecil dan bangku kecil. Dua narapidana ditugaskan untuk mengawasi saya dan mereka memerintahkan saya untuk duduk di bangku tanpa bergerak. Mereka juga memaksa saya untuk menandatangani dan membubuhkan sidik jari pada beberapa pernyataan yang mereka siapkan, untuk melepaskan Falun Gong. Saya menolak dan mereka meminta beberapa orang lagi untuk menahan saya. Mereka mendapatkan sidik jari saya dan saya berkata bahwa saya sama sekali tidak mengakui pernyataan tersebut.

Ditahan di sel isolasi selama 47 hari

Untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menggunakan toilet, narapidana harus mengajukan permohonan tertulis yang mengakui bahwa mereka adalah penjahat.

Saya menolak menulis permintaan seperti itu dan ditahan di sel isolasi selama 47 hari, dan selama itu saya tidak diperbolehkan mandi. Agar tidak menggunakan kamar kecil, saya minum sedikit air setiap hari, namun saya tidak merasa haus sama sekali.

Ada suatu hari ketika saya tidak menggunakan kamar kecil sama sekali. Dua narapidana yang mengawasi saya menjadi khawatir dan mengatakan saya boleh menggunakan kamar kecil. Saya bilang tidak, dan mereka memperingatkan saya bahwa saya mungkin terkena uremia jika saya menahan kencing terlalu lama. Saya masih menolak menggunakan kamar kecil sebagai bentuk protes. Penjaga yang bertanggung jawab akhirnya mengizinkan saya menggunakan kamar kecil tiga kali setiap hari.

Ketika saya berpegang teguh pada keyakinan saya, para penjaga meminta seorang mantan praktisi bernama Song Chunmei untuk “memperdaya” saya. Setiap hari Song memutar video yang memfitnah Falun Gong. Saya menolak menonton dan ia menjambak rambut saya agar saya menoleh ke arah layar. Dia juga bertanya kepada saya, tapi saya mengabaikannya. Dia kemudian melarang saya menggunakan kamar kecil. Ketika saya mengatakan bahwa penjaga memberi saya menggunakan tiga kali istirahat di kamar kecil per hari, dia menjawab bahwa saya harus menahan kencing selama saya menolak menjawab pertanyaannya.

Ketika Song gagal membuat saya melepaskan keyakinan saya, para penjaga meminta seorang wanita yang bertubuh besar untuk “memberi saya pelajaran.” Wanita itu mencengkeram kerah baju saya dan menyeret saya ke kamar isolasi. Saya lolos dengan mengatakan bahwa saya perlu ke kamar kecil terlebih dahulu.

Taktik Baru Tidak Berhasil pada Saya

Sebulan kemudian, dua narapidana yang ditugaskan mengawasi saya memikirkan taktik baru untuk menyiksa saya. Mereka menempelkan pernyataan yang sudah ditulis sebelumnya untuk melepaskan Falun Gong di punggung saya dan kemudian memutar lengan kanan saya ke belakang punggung untuk menempelkan sidik jari saya pada pernyataan tersebut. Saya menjerit kesakitan dan mereka mengeraskan volume TV, menutup jendela, dan menyumbat mulut saya dengan lap yang digunakan untuk mengepel lantai. Mereka juga menutup lubang hidung saya dengan jari mereka.

Mereka melakukan ini pada saya dua kali sehari selama satu minggu berturut-turut. Meskipun setiap kali melakukan saya merasa sangat sakit, saya tetap teguh dan tidak pernah menuruti permintaan mereka untuk menulis pernyataan melepaskan keyakinan saya.

Duduk Lama dan Dilarang Tidur dalam Jangka Panjang

Penjaga penjara juga menggunakan berbagai cara untuk menghentikan saya tidur di malam hari. Salah satu taktik yang digunakan adalah menyuruh narapidana shift malam membangunkan saya setiap lima menit setiap malam.

Mereka kemudian memaksa saya duduk di bangku kecil sepanjang hari, tapi disuruh berdiri di malam hari. Setelah satu bulan duduk, bokong saya membusuk dan terasa seperti ditusuk jarum. Dalam beberapa hari terakhir dari masa duduk selama satu bulan, mereka menyuruh saya duduk hanya di separuh bangku, dan dua orang lainnya duduk di samping saya. Orang ketiga menahan saya dengan kakinya untuk mencegah saya terjatuh dari bangku.

Taktik lain yang mereka gunakan adalah melepas kasur dan hanya menyisakan sprei pada malam hari. Saya “diizinkan” tidur tetapi tidak diperbolehkan membalikkan badan. Begitu berbalik, narapidana yang bertugas malam itu membalikkan tubuh saya, dan tidur miring ke kiri. Karena saya tidak diperbolehkan melakukan latihan Falun Gong, tumor di bawah ketiak kiri saya semakin membesar. Tidur miring ke kiri menekan tumor dan saya tidak bisa tidur sama sekali. Narapidana tersebut menyatakan bahwa dia sedang memeriksa saya di malam hari ketika dia menggeser saya ke sisi kiri saya, padahal sebenarnya itu adalah pelarangan tidur terselubung.

Kerja Paksa dan Pemberian Obat Sembunyi-Sembunyi

Seorang kepala narapidana pernah memaksa saya untuk minum semangkuk air dan saya memuntahkan semuanya setelahnya. Kalau dipikir-pikir lagi, itu bukanlah air, tapi obat cair yang tidak diketahui, karena rasanya tidak enak.

Dua puluh hari sebelum hukuman penjara saya berakhir, saya dipindahkan ke Divisi 14 dan dipaksa melakukan kerja paksa di sana. Kuota kerja terus bertambah setiap harinya. Bila saya gagal menyelesaikan kuota saya tidak diperbolehkan mandi.

Selain tumor ketiak, dokter penjara juga mendiagnosis saya menderita tekanan darah tinggi, getah bening, dan hemangioma. Saya tidak pernah diberi obat apa pun.

Pada saat saya dibebaskan pada tanggal 15 September 2021, tumor di bawah ketiak kiri saya telah membesar hingga sebesar payudara saya. Kaki saya juga tidak bisa digerakkan dan membalikkan tubuh juga sulit. Untungnya, melalui latihan Falun Gong dan membaca buku-buku Falun Gong, saya segera sembuh dan tumornya hilang dengan sendirinya.

Laporan terkait:

Tiga Warga Shandong Dijatuhi Hukuman yang Sama dalam Persidangan Ulang Kasus Mereka karena Berlatih Falun Gong

Distrik Laishan, Provinsi Shandong: 29 Praktisi Falun Gong Ditangkap dalam 12 Bulan

Yantai, Provinsi Shandong: 13 Warga Ditangkap karena Keyakinan Mereka, 10 dari Mereka Menghadapi Persidangan