(Minghui.org) Saya berusia 66 tahun dan berimigrasi ke Amerika Serikat tahun 2016. Saya mulai berlatih Falun Dafa, yang juga dikenal sebagai Falun Gong, tahun 1995. Selama 26 tahun terakhir berkultivasi, saya telah melewati banyak pasang surut, namun berkat perlindungan dari Guru (pencipta Falun Dafa) yang belas kasih, saya bisa tetap teguh dengan keyakinan saya dan melanjutkan perjalanan saya untuk kembali ke diri saya yang sejati.

Menjadi Praktisi Dafa

Ibu saya menjalani gastrektomi tahun 1995. Setelah operasi, ibu diberitahu bahwa dia hanya akan bisa bertahan hidup selama enam bulan. Beberapa bulan kemudian, ibu mulai berlatih Dafa. Dalam waktu kurang dari setahun, ibu pulih sepenuhnya. Meski ibu buta huruf, ibu belajar cara membaca Zhuan Falun, buku utama Falun Dafa. Menyaksikan keajaiban Dafa, kami enam bersaudara kecuali satu orang turut berlatih.

Masa kecil saya penuh dengan kesulitan. Seluruh keluarga saya hampir tidak memiliki makanan yang cukup. Saya mencangkul sayuran liar saat ada waktu. Saya mengambil kotoran ayam dan kotoran babi, lalu menyerahkannya ke tim produksi untuk mendapatkan kupon kerja, saat sistem komune rakyat masih ada.

Karena miskin dan kondisi sanitasi yang buruk, saya menderita sakit perut dan malaria sepanjang tahun. Kami tidak punya uang untuk pengobatan medis, dan hanya bisa memasak sup rumput liar untuk menenangkan rasa sakitnya.

Takut miskin lagi, saya belajar keras di sekolah dan bekerja keras siang malam setelah lulus. Kerja keras dan kurangnya istirahat sangat berdampak pada kesehatan saya. Saya menderita berbagai macam penyakit, termasuk iskemia serebral, iskemia miokard, hipoglikemia, dan ketegangan otot lumbal. Berkali-kali saya tidak bisa menaiki tangga meski masih muda.

Setelah berlatih Falun Dafa, saya memperoleh kesehatan saya kembali. Saya selalu merasa tubuh penuh dengan energi, ini membuat saya merasa sangat nyaman.

Pergolakan Keluarga

Saya memiliki keluarga yang diimpikan banyak orang. Putra dan putri saya pintar dan menggemaskan. Namun, saat anak-anak membutuhkan bimbingan di usia remaja mereka yang memberontak, suami saya berselingkuh dan menceraikan saya. Di tahun yang sama, perusahaan milik negara tempat saya bekerja mengalami reformasi dan mengubah semua karyawan menjadi pemborong. Semua jaminan tunjangan dari pemerintah menghilang, dan saya bahkan tidak bisa mendapatkan gaji penuh tepat waktu karena penggajian saya berhubungan dengan keuntungan perusahaan, yang berubah-ubah setiap waktu.

Kedua anak tinggal bersama saya setelah perceraian dan mantan suami sering kali tidak bisa memberikan tunjangan anak secara tepat waktu. Saya lalu pindah ke rumah dekat sekolah anak-anak saya. Dinding semen dan lantainya tidak bermutu. Pintu dan jendelanya tidak dicat, pegangan tangga belum terpasang. Anak-anak merasa tidak nyaman di sana dan terus-menerus bertanya kapan saya bisa merenovasi rumahnya. Karena tekanan membesarkan anak-anak serta rasa sakit dari pernikahan yang rusak, saya menjadi depresi dan bahkan memikirkan tentang bunuh diri. Saya sering meratapi ketidakadilan ini karena harus menderita sedemikian banyak.

Dafalah yang memberikan saya keberanian untuk bertahan melalui suka duka. Melalui belajar Fa, saya mengerti arti hidup serta hubungan kehilangan dan memperoleh. Saya menyadari bahwa penderitaan dalam hidup diakibatkan oleh karma. Saya tidak lagi menganggap kesulitan itu tidak adil. Saya selalu mengingatkan diri untuk bersikap dengan baik dan mengajarkan anak-anak saya untuk hidup berdasarkan prinsip “Sejati-Baik-Sabar.”

Setiap pagi, saya bangun jam 4 pagi untuk melakukan latihan dan mempersiapkan sarapan bagi anak-anak, lalu pergi bekerja setelah mereka pergi sekolah. Saya pulang ke rumah saat jam makan siang untuk membuat makan siang dan mengantarnya ke anak-anak di sekolah. Saya juga menjemput mereka sepulang sekolah. Setiap malam, saya menggunakan waktu luang berharga yang terbatas itu untuk belajar Fa dan mencetak materi klarifikasi fakta bagi praktisi setempat.

Meski saya sangat sibuk dan hanya tidur selama beberapa jam setiap hari, saya merasa tenang karena saya selalu bersama Fa sepanjang waktu.

Saya sering mengajak anak ke perpustakaan untuk membaca buku dan berpartisipasi di beberapa kegiatan sepulang sekolah tak peduli betapa sibuknya saya. Saya tidak pernah menuntut mereka memiliki nilai ujian yang tinggi, selama mereka belajar dengan tekun dan menanggapi ujian dengan serius. Saya selalu membaca rapor ujian mereka dan menuliskan beberapa kata kepada guru-guru di kertas ujian. Guru-guru terkesan dengan pendekatan saya. Saat mereka tahu saya adalah praktisi Dafa, mereka berkata akan luar biasa bila semua orang tua bekerja sama dengan upaya guru seperti yang dilakukan praktisi Falun Dafa.

Membantu Putra Saya Mengatasi Kecanduan Bermain Video Game

Perjalanan kultivasi tidak selalu mulus. Konflik yang tak terduga bisa saja muncul. Saat itu tiba, kita harus tanpa syarat mencari ke dalam untuk melihat aspek mana yang belum dilakukan dengan baik. Kisah tentang putra saya adalah contohnya.

Putra saya menjadi terobsesi dengan video game. Dia tidak langsung pulang ke rumah setelah sekolah, dan sering melewatkan makan malam. Terkadang saya harus pergi ke tempat orang berkumpul untuk bermain game untuk membawanya pulang. Saya sering menghukumnya dan memintanya untuk memikirkan kembali sikap buruknya. Saya juga membuatnya menulis ucapan penyesalan, namun disiplin ketat semacam itu hanya akan bertahan selama beberapa hari sebelum dia kembali bermain video game lagi.

Saya mencoba segala macam hal, namun tidak ada yang berhasil. Saya patah hati karena putra saya! Saat bergumul dengan tindakan hukuman, tiba-tiba saya teringat dengan ajaran Guru, “…anda perlu lebih rasional mendidik anak, baru benar-benar dapat mendidik anak dengan baik.” (Ceramah 9, Zhuan Falun)

Guru juga berkata,

Nada pembicaraan dan kebaikan hati dalam melakukan pekerjaan, ditambah dengan prinsip rasional dapat mengubah hati orang, namun dengan cara perintah selamanya tidak akan berhasil!” (“Sadar Jernih,” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju I)

Saya sadar belum mengikuti standar Dafa. Bukannya mengajari anak dengan rasional, saya menekan dan menghukumnya.

Saya mendorong putra saya untuk belajar Fa bersama saya. Saya mengajarkannya untuk mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar dan menjadi baik dalam integritas moral serta kecakapan. Saya memikirkan tentang masalah kecanduan dari sudut pandangnya, dan menyadari bahwa putra saya tidak akan bisa menyingkirkan kecanduan sekaligus. Saya membuatkan rencana baginya, dan saya mengawasi penerapannya. Dia berencana mengurangi bermain video game dari yang setiap hari menjadi seminggu sekali, lalu perlahan-lahan menjadi sebulan sekali. Saya memintanya untuk mengendalikan diri dan melawan godaan dari dunia luar. Berangsur-angsur kecanduannya melenyap dan dia akhirnya bisa melepaskan kecanduannya.

Putri Saya Diberkati karena Pikiran Lurusnya

Saya memperlakukan kedua anak saya berdasarkan standar praktisi, dan mereka bisa merasakan kekuatan dan keindahan Dafa serta mulai berkultivasi di usia muda.

Setelah Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Dafa tahun 1999, saya ditangkap dan ditahan berulang kali. Tanggal 13 Januari 2000, belasan petugas polisi membobol masuk dan menggeledah rumah saya. Menghadapi begitu banyak orang jahat di ruangan, putra saya gemetaran di sudut ruangan dan tidak berani bersuara. Putri saya diam-diam menyembunyikan foto Guru di tas sekolahnya.

Selama dua minggu saya ditahan, putri saya membawa foto Guru bolak-balik ke sekolah setiap hari. Dia tidak mengeluarkannya dari tas sekolah sampai saya dibebaskan. Selama saya ditahan, kerabat, teman, pimpinan perusahaan, serta rekan kerja sering mendesak putri saya untuk menulis surat demi membujuk saya melepaskan keyakinan terhadap Falun Dafa. Putri saya akhirnya menuliskan surat bagi saya, dia menulis agar saya tidak perlu khawatir tentangnya dan saudara laki-lakinya, dia memberitahu saya agar tetap teguh dengan keyakinan saya. Dia berkata akan belajar dengan keras dan masuk ke universitas terbaik.

Beruntung Guru melindungi anak-anak saya dan memberikan mereka kebijakan. Putri saya bukan saja diterima di salah satu universitas terbaik, dia juga mendapat nilai terbaik di ujian masuk perguruan tinggi. Ini sangat jarang terjadi distrik sekolah kami.

Saat ada orang yang menganggap putri saya sebagai contoh klasik bagi anaknya, anak tersebut berkata bahwa putri saya memperoleh nilai yang luar biasa karena saya adalah seorang praktisi. Saya sangat gembira bagi anak tersebut, yang mengetahui faktanya. Saya juga bersyukur kepada mereka yang dengan positif menyebarkan Dafa.

Kemudian, putra saya juga diterima di universitas yang luar biasa. Guru telah memberikan kami berkah sedemikian banyak! Rasa syukur saya pada Guru tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Menjadi Baik ke Mantan Suami

Setelah bercerai, awalnya saya penuh dendam terhadap mantan suami. Saya menyalahkannya karena rasa sakit yang dia akibatkan bagi saya. Seiring saya lebih banyak berkultivasi, saya memahami pentingnya peningkatan Xinxing dan mulai bersimpati padanya. Saya merasa damai dan gembira setelah melewati kesulitan. Saya melepaskan keterikatan saya pada sentimentalitas serta memperlakukannya secara rasional dan damai. Saya harap dia juga memiliki hidup yang aman dan bahagia di masa depan.

Saya selalu mengatakan pada diri sendiri agar toleran, tak peduli betapa banyak saya dipersalahkan. Saya tidak pernah mengkritik mantan suami di hadapan anak-anak saya. Saya mencoba mempertahankan sosok suami yang bagus bagi anak-anak. Saya selalu mengingatkan anak-anak untuk membawa hadiah bagi ayah mereka setiap kali mengunjunginya.

Guru memurnikan pikiran saya dan mencerahkan kebijakan saya, membantu saya melewati banyak kesulitan dalam hidup dan tidak marah karena rasa sakit. Saya merasakan kebahagiaan dari melepaskan keterikatan dan meningkatkan taraf kondisi saya.

Kini, putri saya memiliki dua anak. Semua orang di keluarganya belatih Dafa. Saya beryukur karena Guru membimbing keluarga saya di jalur kultivasi.