(Minghui.org) Putri saya Yan adalah wanita muda yang sangat cerdas, namun, dia tidak mengerti ketika saya menjelaskan kepadanya bahwa penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok adalah salah. Saya tidak tahu kenapa. Lalu suatu hari saya membaca sebuah cerita.
Pentingnya Keteraturan
Bai Sui, Sekretariat Agung di Dinasti Qing, pernah terlibat dalam skandal selama periode Kaisar Xianfeng. Ajudannya menerima suap dan mendaftarkan seorang sarjana bermarga Luo sebagai kandidat yang lulus dalam ujian kekaisaran. Setelah penipuan ini diketahui, beberapa yang berpartisipasi di dalamnya dihukum. Kaisar memutuskan untuk mencopot Bai dari jabatannya juga karena penyimpangan yang tidak disengaja.
Tapi Su Shun, pejabat tinggi lainnya bersikeras mengeksekusi Bai. Bai selalu jujur dan sering langsung menunjuk masalah birokrasi, yang membuat kesal beberapa pejabat termasuk Su.
“Perbuatan salahnya itu tidak bisa dimaafkan; kesalahannya bisa dimengerti,” tulis kaisar dalam draf penilaiannya, yang berarti bahwa Bai mengabaikan masalah ini begitu saja.
Su bergeming (mungkin karena hubungannya yang dalam dengan keluarga kerajaan) dan berkata dengan dingin, “Kesalahannya bisa dimengerti; perbuatan salahnya itu tidak bisa dimaafkan.”
Saat Su membalikkan urutan kedua kalimat tersebut, kaisar memerintahkan agar Bai dieksekusi di Caishikou, tempat umum di mana hukuman mati biasanya dilakukan selama Dinasti Qing.
Kisah ini menunjukkan pentingnya urutan seseorang mengatakan sesuatu kepada orang lain. Itu memberi saya ide bagaimana menjelaskan penganiayaan terhadap Falun Gong kepada putri saya.
Penindasan Tanpa Dasar
Ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Gong pada tahun 1999, Yan baru berusia 13 tahun. Dia ketakutan melihat saya ditangkap dan ditahan berkali-kali karena mempertahankan keyakinan saya pada Falun Gong. Ketika polisi berulang kali datang menggeledah rumah kami, dia ketakutan dan merasa tidak berdaya. Kejadian traumatis itu membayangi pikiran mudanya, membuatnya tidak mau mempelajari apa itu Falun Gong.
Tapi Yan masih mencintai saya. Setelah saya mengajukan tuntutan pidana pada tahun 2016 terhadap mantan pemimpin puncak PKT, Jiang Zemin karena memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong, saya ditahan lagi. Setelah saya dibebaskan, Yan – saat itu sudah menikah – menjemput saya dan meminta saya untuk tinggal bersama keluarganya. “Saya akan melindungi ibu [dari penangkapan lagi],” katanya kepada saya. Tetapi setiap kali saya mencoba untuk berbicara tentang Falun Gong, dia akan mengatakan tidak – pengalaman traumatis selama bertahun-tahun dalam penganiayaan yang kejam terlalu membebaninya.
Suatu hari, sepupunya yang bekerja di departemen kepolisian setempat mengatakan kepadanya bahwa pejabat setempat sedang merencanakan penangkapan massal terhadap praktisi Falun Gong. Saat itu, saya sudah pindah kembali ke tempat saya sendiri, tidak jauh dari Yan. Dia memperingatkan saya tentang situasi ini dan meminta saya untuk tidak keluar dan mengklarifikasi fakta. Saya hendak menjelaskan kepadanya bahwa praktisi Falun Gong tidak bersalah, tetapi dia segera menghentikan saya dan berkata, “Tolong jangan membicarakan hal ini. Oke? Kalau polisi menangkap orang, berarti orang itu pasti melanggar hukum.”
Saya tiba-tiba menyadari mengapa Yan menolak mendengarkan saya berbicara tentang Falun Gong – selama ini dia mengira saya telah melanggar hukum. Jadi saya menenangkan diri dan berkata, “Yan, kamu adalah gadis yang sangat pintar. Cari saja di internet dan kamu akan menemukan bahwa 14 aliran sesat yang terdaftar oleh Kementerian Keamanan Publik tidak termasuk Falun Gong. Faktanya, Pengumuman 50 Administrasi Umum Pers dan Publikasi yang dikeluarkan pada tahun 2011 telah mencabut larangan penerbitan buku-buku Falun Gong. Oleh karena itu, penganiayaan terhadap Falun Gong adalah ilegal dan menargetkan orang yang tidak bersalah seperti ibumu.”
Saya juga meminta maaf kepadanya atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penindasannya selama ini. “Tetapi jika polisi menangkap saya lagi, saya akan menuntut mereka karena melanggar Hukum Pidana, termasuk Pasal 238 tentang penahanan ilegal, Pasal 239 tentang penculikan, Pasal 245 tentang gangguan yang tidak sah, dan Pasal 251 tentang perampasan kebebasan beragama secara tidak sah.”
Yan menatap saya dengan heran, dengan mulut ternganga, dan berkata. "Bu, kamu tahu hukum??" Saya menjawab ya karena saya telah belajar. “Jika diperlukan, saya bisa membela kasus [Falun Gong] seperti seorang pengacara,” tambah saya. Saat itu, saya merasa Guru Li (pencipta Falun Gong) berada di samping saya membantu saya. Lagi pula, di bawah pemerintahan totaliter PKT, sulit bagi warga negara biasa untuk mengetahui banyak tentang hukum.
Tidak Memiliki Rasa Takut
Ketika saya terus berbicara dengan Yan tentang fakta Falun Gong di kemudian hari, dia tidak lagi melawan. Lambat laun dia menerima dan mengetahui mengapa PKT menganiaya praktisi yang tidak bersalah. Ketika saya mendesak kerabat kami untuk mundur dari organisasi PKT, Yan tidak menghentikan saya lagi. Dia juga mengingatkan saya untuk memancarkan pikiran lurus untuk menentang penganiayaan.
Budaya tradisional Tiongkok sangat mendalam dan kita bisa belajar banyak dari itu. Saya mendapat inspirasi dari kisah kuno yang disebutkan di awal artikel. Hanya dengan mengubah urutan penalaran – berbicara tentang fakta hukum terlebih dahulu dan kemudian fakta Falun Gong – saya dapat membuat terobosan dalam usaha saya untuk mengklarifikasi fakta kepada putri saya sendiri.
Prosesnya juga sangat membantu saya. Saat berbicara dengan putri saya tentang hukum, saya merasa ketakutan yang telah mengganggu saya selama bertahun-tahun tiba-tiba hilang sama sekali. Menengok ke belakang, saya menyadari bahwa saya juga telah mengakui penindasan PKT selama ini. Begitu saya jelas tentang hak hukum saya sebagai warga negara, saya tahu bahwa PKT telah melanggar hukum dalam menganiaya praktisi Falun Gong. Dengan pemahaman ini, rasa takut saya akan dianiaya hilang seketika.
Selama kampanye “Sapu bersih” (bertujuan untuk memaksa semua praktisi melepaskan keyakinan mereka) dan pelecehan oleh polisi pada bulan-bulan menjelang Kongres Nasional PKT ke-20 pada Oktober 2022, saya baik-baik saja meskipun saya masuk dalam daftar hitam polisi. Saya sangat berterima kasih atas perlindungan Guru Li.
Prosedur Hukum
Ada istilah hukum yang disebut "pelanggaran hukum acara." Pasal 238 KUHAP menentukan bahwa putusan awal harus dicabut jika pengadilan tingkat pertama “melanggar ketentuan undang-undang ini tentang sidang terbuka.” “melanggar sistem penolakan,” atau “menghilangkan atau membatasi hak berperkara suatu pihak dan dapat berdampak pada keadilan suatu persidangan.” Demikian pula, putusan asli dapat dibatalkan jika "komposisi organisasi persidangan melanggar hukum" atau "pelanggaran lain dari prosedur litigasi menurut undang-undang yang mungkin memengaruhi keadilan suatu persidangan."
Misalnya, Pengadilan Zhoukou Provinsi He'nan menerbitkan putusan tingkat kedua dari kasus litigasi administratif di situs web Dokumen Penghakiman Tiongkok pada 3 Juli 2020. Ketika Departemen Kepolisian Kabupaten Luyi memproses kasus perjudian, petugas polisi yang menulis laporan penangkapan memiliki kartu polisi yang telah kadaluarsa. Putusan awal dengan demikian dibatalkan.
Faktanya, ada banyak jenis pelanggaran hukum acara ketika praktisi Falun Gong ditangkap di Tiongkok. Misalnya, praktisi sering tidak diberi tahu tentang hak-hak mereka dan hakim serta jaksa penuntut yang seharusnya menolaknya tidak melakukannya. Selain itu, polisi sering menginterogasi praktisi lebih lama dari waktu yang diperbolehkan secara hukum, dan mereka sering mendapatkan pengakuan melalui penyiksaan. Semua ini dapat membatalkan hukuman penjara terhadap praktisi.
Selain itu, Pasal 91 KUHAP jelas menyatakan bahwa seseorang tidak boleh ditahan di rumah tahanan lebih dari 37 hari, selama waktu itu polisi harus mendapat persetujuan surat perintah penangkapan dari kejaksaan. Informasi tersebut berguna dalam membantu kami menyelamatkan praktisi dan menghentikan polisi dari pelanggaran hukum acara.
Dalam satu kasus pidana baru-baru ini, terdakwa menerima hukuman mati. Dalam bandingnya, pengacaranya menunjukkan bahwa sidang pengadilan melanggar hukum acara dan putusan asli dibatalkan. Dalam kasus lain, Zhang Yuhuan dari Provinsi Jiangxi diinterogasi dengan penyiksaan selama 6 hari enam malam, selama itu polisi juga membawa anjing serigala untuk menggigitnya. Dia dipenjara dengan sewenang-wenang selama 26 tahun sampai dia dibebaskan. Dia dibebaskan pada Agustus 2020.
Benar bahwa PKT jarang mengikuti hukum, tetapi masih menggunakan hukum untuk mengkriminalisasi siapa pun yang ingin disingkirkannya. Ada banyak sekali contoh praktisi Falun Gong yang dianiaya, jadi pengetahuan tentang Hukum Acara Pidana akan membantu membela diri.
Sebagai contoh, ketika seorang praktisi yang ditahan menunjukkan selama interogasi bahwa petugas yang menginterogasi sedang memaksakan pengakuan, petugas tersebut segera berhenti berbicara. Ada banyak situasi seperti ini dan kita dapat berbuat lebih baik untuk menentang penganiayaan dan menyelamatkan orang.
Di atas adalah pendapat pribadi saya. Harap tunjukkan sesuatu yang tidak pantas.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org