(Minghui.org) Tahun Baru Imlek 2023 jatuh pada tanggal 22 Januari dan banyak orang mengetahuinya sebagai tahun Kelinci. Disini kami ingin membahas beberapa fakta menarik terkait hal tersebut.

Sistem zodiak Tionghoa memiliki dua komponen utama, tian gan (Batang Langit) dan di zhi (Cabang Bumi). 10 Batang Langit terkait dengan Lima Elemen, yaitu jia dan yi (kayu), bing dan di (api), wu dan ji (tanah), geng dan xin (logam), serta ren dan gui (air). 12 Cabang Bumi sesuai dengan 12 hewan, yaitu zi (tikus), chou (lembu), yin (harimau), mao (kelinci), chen (naga), si (ular), wu (kuda), wei (kambing), shen (monyet), you (ayam jantan), xu (anjing), dan hai (babi). Selain itu, setiap batang atau cabang juga termasuk yin atau yang, yang ganjil sebagai yang dan genap sebagai yin.

Tabel 1. Tabel Batang Langit (tian gan) dan Cabang Bumi (di zhi)

Kombinasi dari satu Batang Langit dan satu Cabang Bumi akan membentuk sepasang untuk mewakili satu tahun. Dimulai dengan jia zi (Batang Langit pertama dan Cabang Bumi pertama) dan diakhiri dengan gui hai (Batang Langit terakhir dan Cabang Bumi terakhir), itu berulang setiap 60 tahun, disebut sebagai siklus seksagenari.

Tahun 2023 adalah gui mao, urutan ke-40 dalam siklus. Dengan air dari Lima Elemen dan kelinci dari hewan yang bersesuaian, tahun 2023 juga dikenal sebagai tahun Kelinci Air atau Kelinci Hitam.

Ada banyak peribahasa yang terkait dengan Tahun Kelinci Hitam, seperti 
“Kelinci hitam datang untuk memberi uang, tetapi lembu pun tidak bisa bangun,” dan 
“Kelinci hitam membawa uang, mata air ganda akan menjadikan gandum sebagai kayu bakar.” 
Jadi, apa yang mereka maksud?

Kalender Matahari, Lunar, dan Lunasolar

Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita perlu mundur selangkah dan terlebih dahulu memahami kalender Tiongkok. Ada tiga jenis kalender di dunia ini: solar, lunar, dan lunasolar. Kalender matahari menggunakan posisi bumi relatif terhadap matahari untuk menentukan tahun. Karena bumi mengelilingi matahari setiap 365,242199 hari, 365 hari dianggap satu tahun dengan tahun kabisat kira-kira setiap empat tahun untuk membuat perbedaan seperti pada kalender Barat saat ini.

Kalender lunar menggunakan siklus bulan (atau fase bulan baru, penuh, dan sabit) untuk menentukan bulan. Karena setiap siklus memiliki 29,5306 hari, bahkan dengan pergantian 29 atau 30 hari dalam sebulan, hanya 354,3672 hari per 12 bulan. Ini 10,875 hari lebih pendek dari tahun matahari 365,242199. Kalender Imlek memiliki manfaat tersendiri. Misalnya, fase bulan diketahui terkait dengan fisiologi manusia, psikologi, dan masyarakat. Karena perbedaannya dengan definisi tahun (siklus bumi mengelilingi matahari), beberapa negara mengadopsi kalender lunar yang ketat karena ketidaknyamanan.

Orang-orang di Tiongkok kuno menyadari dilema ini dan mengadopsi sistem kalender lunisolar. Singkatnya, satu tahun masih ditentukan oleh siklus bumi yang mengelilingi matahari, dan satu bulan ditentukan oleh fase bulan. Bulan kabisat ditambahkan sesuai kebutuhan untuk mengatasi ketidaksesuaian sambil menjaga keharmonisan langit, bumi, dan umat manusia.

Sistem Batang Langit, Cabang Bumi, dan siklus seksagenari ditentukan selama era Kaisar Kuning sekitar 5.000 tahun yang lalu. Tetapi lebih banyak pertanyaan tetap ada. Dengan selisih 10,875 hari antara siklus matahari dan bulan, bulan kabisat terjadi kira-kira setiap tiga tahun sekali, atau dua kali setiap lima tahun sebagai patokan. Tapi bulan apa yang harus ditambahkan sebagai bulan tambahan?

Posisi Matahari

Pertanyaan ini terkait dengan komponen lain dari kalender lunisolar Tionghoa yang disebut jie qi (posisi matahari). Pada dasarnya, kita tahu setiap tahun memiliki empat musim (musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin) dan ada kegiatan yang berbeda di waktu yang berbeda, mulai dari pakaian, makanan, pertanian, dan masih banyak lagi. Apakah ada cara untuk memasukkan ini ke dalam kalender? Solusinya adalah jie qi (posisi matahari).

Setiap tahun bumi mengelilingi matahari dalam lingkaran 360 derajat. Itu dapat dibagi menjadi 24 bagian dengan 15 derajat di antaranya. Itu berarti 6 posisi matahari per musim, atau dua posisi matahari per bulan Barat. Istilah khusus diberikan untuk setiap periode yang menjelaskan waktu dalam setahun, cuaca (baik di langit maupun di bumi), apa yang harus dilakukan di darat, dan lebih banyak lagi untuk perencanaan di sebagian besar wilayah Belahan Bumi Utara.

Tabel 2. Posisi Matahari (jie qi) dalam penanggalan Tionghoa

Terlepas dari kerumitannya, seperti yang terlihat pada Tabel 2 di atas, sistem jie qi (posisi matahari) telah terbentuk sepenuhnya 2.000 tahun yang lalu pada masa Dinasti Han. Seperti yang terlihat pada Tabel 2, seperti banyak hal lainnya, masing-masing posisi matahari juga milik yin atau yang dengan yang ganjil sebagai yang dan genap sebagai yin. Diputuskan bahwa, jika satu bulan hanya memiliki posisi matahari yang tetapi bukan yang yin, itu akan menjadi bulan kabisat yang ditambahkan ke bulan sebelumnya.

Misalnya, setelah Tahun Baru Imlek 2023 pada tanggal 22 Januari (kalender matahari Barat, sama seperti di bawah), adalah bulan Januari li chun dan gu yu, serta jing zhe dan chun fen di bulan Februari Tiongkok. Tetapi bulan berikutnya hanya memiliki qing ming, sehingga menjadi bulan kabisat (yaitu, bulan kabisat Februari Tiongkok) sebelum bulan Maret Tiongkok dimulai.

Kabisat Februari relatif jarang terjadi, terjadi sekitar 19 tahun sekali, misalnya pada tahun 1985, 2004, dan 2023. Karena panjangnya (384 hari dalam 13 bulan), tahun 2023 Tiongkok memiliki dua li chun (Awal Musim Semi), sedangkan tahun 2024 berikutnya tidak ada li chun.

Ada berbagai peribahasa yang berhubungan dengan lompatan Februari. Misalnya, 
“Mata air ganda dalam kabisat Februari membawa musim semi dingin dan kekeringan musim gugur” dan 
“Dengan dua mata air dalam setahun, tanah dipandang sebagai emas”.

Di Mu Jing (Sutra Ibu Bumi) memiliki deskripsi tahun gui mao sebagai berikut, 
“Di tahun gui mao, ada kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur; 
Banyak hujan dan hujan es di musim semi dan musim panas, diikuti oleh kekeringan di musim gugur. 
Daerah Yan dan Zhao (Tiongkok utara) memiliki pertumbuhan murbei dan rami (untuk pakaian) yang baik,
sementara tanah Wu (hilir Sungai Yangtze) menikmati panen padi. 
Banyak orang sakit dengan ternak yang penuh wabah, 
dan cabang murbei yang telah kosong tidak ada daun untuk ulat sutera. 
Wanita pemanen ulat sutera sedih, memegang keranjang mereka dengan air mata: 
panen sutra dari kerja keras berakhir dengan hasil yang sedikit.

Era Khusus

Bersamaan dengan peribahasa Tahun Kelinci Hitam di awal artikel ini, nampaknya masih banyak ketidakpastian dalam waktu dekat. Memang benar bahwa banyak orang – termasuk warga Tionghoa – sekarang lebih kaya dari sebelumnya, dan bahkan memanjakan diri dengan harta benda.

Namun tanpa landasan moral yang memadai, semua kerja keras bisa jadi sia-sia saat terjadi bencana seperti kekeringan, kedinginan, wabah penyakit, resesi, dan lain-lain. Melihat sekeliling di dunia ini, orang mungkin menemukan kebrutalan dan kebohongan dari Partai Komunis Tiongkok (PKT), pandemi selama tiga tahun, dan tsunami COVID baru-baru ini di Tiongkok bisa menjadi peringatan untuk refleksi yang sangat dibutuhkan.

Semua umat manusia telah mengejar kesehatan dan kebahagiaan. Namun, kekayaan jangka pendek tidak selalu berarti keamanan, kemakmuran, dan stabilitas jangka panjang. Hanya dengan menghargai nilai-nilai moral, bertindak berdasarkan hati nurani kita, dan menolak rezim totaliter seperti PKT, kita dapat melanjutkan peradaban ribuan tahun dan mewariskannya kepada generasi mendatang tanpa penyesalan.