(Minghui.org) Setelah seorang guru sekolah dasar ditangkap karena keyakinannya pada Falun Gong, orang tua siswa mengajukan petisi kepada pihak berwenang untuk membebaskannya. Orang tua ini kemudian menjadi sasaran karena mendukung praktisi Falun Gong.

Liu Kai (wanita), 50, adalah guru wali kelas dari kelas empat di Sekolah Dasar Eksperimen Baishan di Distrik Hunjiang, Kota Baishan, Provinsi Jilin. Dia berlatih Falun Gong, latihan jiwa-raga berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar, pada 1997 atas rekomendasi orang tua siswa.

Dia menjadi lebih teliti di tempat kerja dan kelasnya sering mendapat peringkat di antara yang terbaik secara akademis. Dia juga mengajari siswanya penting untuk menjadi orang baik dan tidak pernah menerima hadiah dari orang tua mereka [catatan: sangat umum bagi orang tua di Tiongkok untuk memberi hadiah kepada guru anak-anak mereka dengan imbalan perlakuan yang lebih baik]. Dia mendapat kepercayaan dan rasa hormat dari orang tua siswanya.

Liu ditangkap di rumahnya oleh Fan Jialiang dan petugas lainnya dari Kantor Keamanan Domestik Kota Baishan pada 19 Agustus 2022. Kasus Liu diteruskan ke Kejaksaan Kabupaten Jiangyuan di Kota Baishan pada 12 November 2022. Pada awal April 2023, kejaksaan membebaskan dia dengan jaminan dan mengatakan kepadanya bahwa mereka telah merekomendasikan hukuman penjara satu tahun terhadapnya. Tidak jelas apakah dia diadili pada saat penulisan artikel ini.

Setelah mengetahui penangkapannya, orang tua siswa menandatangani petisi yang menyerukan pembebasannya segera agar dia dapat mengajar anak-anak mereka lagi. Petisi tersebut diserahkan kepada kepala jaksa dari Kejaksaan Kabupaten Jiangyuan. Keesokan harinya, kepala kejaksaan meminta stafnya memanggil setiap orang tua yang menandatangani petisi dan menanyakan apakah mereka telah menandatangani secara sukarela. Mereka semua mengatakan ya, dan beberapa orang tua menelepon kembali setelah itu, mendesaknya untuk membebaskan Liu.

Pada 19 April 2023, Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC) Distrik Hunjiang memerintahkan Direktur Biro Pendidikan Distrik Hunjiang untuk menekan kepala sekolah Liu mengumpulkan informasi rinci tentang orang tua yang mengajukan petisi, seperti apakah mereka bekerja dan siapa atasan mereka. Kepala sekolah diberi waktu satu hari untuk menyelesaikan tugas dan menyerahkan informasi-informasi itu ke PLAC. Menurut orang dalam, PLAC berencana menargetkan setiap orang tua yang mendukung Liu, seorang praktisi Falun Gong.

Penganiayaan Sebelumnya

Liu telah berulang kali menjadi sasaran selama 24 tahun terakhir karena memegang teguh keyakinannya. Dia pergi ke Beijing mengajukan permohonan bagi Falun Gong setelah penganiayaan dimulai pada Juli 1999. Dia ditangkap dan didenda 2.000 yuan oleh polisi yang bekerja di Penghubung Kota Baishan di Beijing. Setelah itu, sekolahnya sering membatasi kebebasan pribadinya dan Departemen Kepolisian Hongqi melecehkannya di tempat kerja selama hari-hari sensitif (seperti pertemuan politik rezim komunis atau hari peringatan terkait dengan Falun Gong).

Pada 23 Januari 2001, rezim komunis membuat rekayasa bakar diri di Lapangan Tiananmen dan mengklaim bahwa pelaku bakar diri adalah praktisi Falun Gong [padahal sebenarnya tidak satupun dari mereka]. Biro Pendidikan Kota Baishan memerintahkan setiap sekolah di bawah pengawasannya untuk menyebarkan propaganda kepada fakultas, anggota staf, dan siswanya. Liu memberi tahu siswanya bahwa Falun Gong melarang pembunuhan, termasuk bunuh diri. Dia juga menunjukkan banyak kejanggalan dalam tipuan itu.

Kepala sekolah mencopot jabatan guru wali kelasnya (yang kemudian diangkat kembali) dan menurunkannya untuk bekerja di toko makanan ringan sekolah. Kepala sekolah dan direktur biro pendidikan juga terus mendesaknya untuk melepaskan keyakinannya.

Liu ditangkap pada Juni 2001 karena menyebarkan materi yang mengungkap penganiayaan terhadap Falun Gong. Petugas yang menangkap termasuk Geng Lidong dan lainnya dari Departemen Kepolisian Kota Linjiang di Provinsi Jilin. Mereka juga memeras lebih dari 10.000 yuan darinya.

Setelah Liu dibebaskan 15 hari kemudian, Kantor 610 Distrik Hunjiang memaksanya menghadiri banyak sesi cuci otak. Setiap kali, mereka memeras banyak uang dari sekolahnya untuk menutupi biaya menjalankan sesi cuci otak. Administrator sekolah menyalahkan Liu karena membuat mereka bermasalah dan beberapa kali mencabut kualifikasinya untuk mengajukan penghargaan atas kinerjanya.

Liu pergi ke Beijing pada Oktober 2001 dan membentangkan spanduk Falun Gong di Lapangan Tiananmen. Dia ditangkap oleh petugas dari Kantor Polisi Qianmen dan dibawa ke Pusat Penahanan Distrik Dongcheng, di mana dia melakukan mogok makan sebagai protes dan dicekok paksa makan.

Dia dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita Tiantanghe di Beijing pada 24 Januari 2001. Selama penahanannya di sana, dia dipaksa menonton propaganda yang memfitnah Falun Gong dan mengalami berbagai bentuk pelecehan. Dia pernah dilarang tidur selama lima hari berturut-turut dan akibatnya dia pingsan. Dalam satu tahun berikutnya, dia hanya diperbolehkan tidur sangat sedikit setiap malam. Dia berjuang untuk tetap berpikiran jernih karena kurang tidur jangka panjang. Sekolah menangguhkan 16 bulan gajinya untuk membayar denda.

Pada 2008, petugas Chen Hongchao dari Departemen Kepolisian Hongqi masuk ke rumahnya dan menyita komputer, camcorder dan buku-buku Falun Gong. Mereka mengincarnya atas nama menjaga stabilitas menjelang Olimpiade Beijing. Mereka membawanya ke Kamp Kerja Paksa Wanita Heizuizi.

Pada 2010, Kantor 610 Distrik Hunjiang memerintahkan sekolahnya untuk mengirimnya ke Pusat Pendidikan Hukum Kota Changchun, sebuah pusat pencucian otak yang disamarkan.

Informasi kontak pelaku:

Chen Zhongzhu, direktur Komite Urusan Politik dan Hukum Distrik Hunjiang (yang sering menganiaya praktisi Falun Gong): +86-13304493496