(Minghui.org) Tahun ini menandai peringatan 24 tahun perlawanan damai praktisi Falun Gong terhadap penganiayaan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Praktisi di Italia melakukan aksi damai di depan kedutaan Tiongkok di Roma, ibu kota Italia, pada 21 Juli 2023. Mereka mengecam penganiayaan PKT dan menyerukan mengakhiri kebrutalan.

Anggota Parlemen Italia dan pembela hak asasi manusia mengirimi mereka surat solidaritas dan dukungan. Mereka memuji praktisi Falun Gong atas keberanian dan kegigihan mereka dalam mengungkap penganiayaan PKT secara damai.

Pejabat berikut mengirim surat (kiri ke kanan, atas ke bawah): Giulio Terzi (Ketua Komite Kebijakan Uni Eropa Senat Italia), Lucio Malan (anggota Senat), Fabio Massimo Castaldo (Anggota Parlemen Eropa, MEP, dan mantan Wakil Presiden Parlemen Eropa), Elisabetta Zamparutti (mantan anggota parlemen), Pietrangelo Massaro (Wakil Presiden dewan kota Roma), Igor Boni (Presiden Radikal Italia), Marco Cappato (mantan MEP), Giampiero Leo (Presiden Asosiasi Hak Asasi Manusia Dewan Regional Piemonte), Marco Respinti (Direktur Penanggung Jawab Bitter Winter)

Giulio Terzi, Ketua Dewan Komite Kebijakan Uni Eropa Italia, dan suratnya.

Ketua Giulio Terzi dari Ketua Dewan Komite Kebijakan Uni Eropa Italia menulis, "Dalam 24 tahun sejak tragedi terjadi pada 20 Juli 1999, praktisi Falun Gong telah mengalami penganiayaan yang mengerikan dan tanpa ampun oleh Partai Komunis Tiongkok."

Dia melanjutkan, “Selama lebih dari 20 tahun, PKT telah melecehkan dan menganiaya Falun Gong, sebuah kelompok damai. Nilai-nilai yang selalu diwujudkan oleh praktisi Falun Gong adalah kekuatan damai dan keberanian untuk menentang penganiayaan PKT, yang merupakan kontra-penganiayaan yang efektif terhadap genosida yang kejam.”

Dia menyimpulkan, “Praktek kriminal pengambilan organ telah memicu genosida ini, seperti yang dibuktikan oleh Pelapor Khusus PBB untuk Penyiksaan. Kami mengecam keras penganiayaan Beijing. Nilai-nilai perdamaian, kebaikan, dan toleransi yang ditunjukkan oleh anda [praktisi Falun Gong] diakui secara luas!”

Anggota Dewan Lucio Malan dan suratnya.

Anggota Dewan Italia Lucio Malan menyatakan dalam suratnya, “Terima kasih atas kesaksian dan ketekunan anda. Kita harus berterima kasih atas prinsip Sejati, Baik, Sabar yang diwujudkan dalam Falun Dafa.”

Dia melanjutkan, “Orang-orang perlu memahami apa yang sedang terjadi, mulai dari pengambilan organ hidup hingga penjualan mayat. Kita tidak boleh tinggal diam, kita harus bersatu melawan rezim Partai Komunis Tiongkok yang tidak menghormati hak asasi manusia.”

Fabio Massimo Castaldo, mantan Wakil Presiden Parlemen Eropa

Fabio Massimo Castaldo, mantan Wakil Presiden Parlemen Eropa, menyatakan dalam suratnya, “Hari ini, Himpunan Falun Dafa Italia mengadakan aksi duduk damai di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Roma untuk mengenang praktisi Falun Gong yang dianiaya di Tiongkok dan meninggal karena penganiayaan brutal oleh PKT. Saya mendukung tindakan mereka, saya akan terus mengikuti dan mendukung mereka, dan saya akan membela hak-hak ini seperti biasa.”

Mantan Anggota Parlemen Menyerukan PKT untuk Menghentikan Penganiayaan

Elisabetta Zamparutti, mantan Anggota Parlemen.

Elissabetta Zamparutti, mantan Anggota Parlemen, menulis, “Harap diingat hari ini, 20 Juli 1999, pemerintah Komunis Tiongkok mulai menganiaya secara brutal kepercayaan spiritual ini. Bagi saya, ini berarti membangkitkan kekuatan besar dari semangat kebaikan. Mereka [praktisi Falun Gong] dapat mengubah segalanya, bahkan mengubah kejahatan menjadi kebaikan. Mereka menyerukan kepada pemerintah Tiongkok untuk menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong, mengakui keyakinan mereka, dan memberi mereka kebebasan.”

Wakil Presiden Dewan Kota Roma: Saya Berdiri Bersama Praktisi Falun Gong

Wakil Presiden Dewan Kota Roma Pietrangelo Massaro.

Wakil Presiden Dewan Kota Roma Pietrangelo Massaro menulis dalam suratnya, “Pagi ini, saya berpartisipasi dalam aksi damai yang diadakan oleh Himpunan Falun Dafa Italia di dekat Kedutaan Besar Tiongkok di Roma untuk mengenang para praktisi Falun Gong yang disiksa dan dibunuh di Tiongkok pada 24 tahun terakhir.”

Ia melanjutkan, “Falun Gong didasarkan pada prinsip Sejati, Baik, Sabar dan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental orang sambil menghormati budaya tradisional Tiongkok. Namun, terlepas dari dasar yang baik ini, praktisi Falun Gong bersaksi bahwa mereka telah menjadi sasaran pengawasan jangka panjang, pelecehan seksual dalam tahanan, atau pengambilan organ saat masih hidup. Selain itu, mereka tidak dijamin haknya untuk membela diri melawan ketidakadilan.”

Dia menyatakan, “Saya telah mendukung upaya untuk mengakhiri penganiayaan bersama dengan praktisi Falun Gong selama lebih dari sepuluh tahun, dan saya berharap pemerintah Italia dapat menjadi suara dari tuntutan ini di forum internasional yang tepat sehingga kebebasan berkeyakinan akhirnya dapat tercapai, dihormati di Tiongkok dan hak asasi manusia dapat dijamin tanpa pelanggaran dalam bentuk apa pun.”

Igor Boni, Presiden Radikal Italia.

Igor Boni, Presiden Radikal Italia, menulis, “Kami mengecam agresi berkelanjutan rezim PKT terhadap minoritas, oposisi, jurnalis, dan pemikir bebas serta pelanggaran yang diderita oleh mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Falun Gong. Kami yakin bahwa demokrasi dunia perlu membentuk koalisi besar melawan rezim totaliter.”

Marco Cappato, mantan anggota Parlemen Eropa.

Marco Cappato, mantan anggota Parlemen Eropa, menulis, "Saya mendukung hak Anda untuk memperjuangkan kebebasan berkeyakinan, yang berharga tidak hanya bagi praktisi Falun Gong tetapi juga bagi seluruh warga dunia."

Giampiero Leo, Presiden Asosiasi Hak Asasi Manusia Dewan Regional Piemonte.

Giampiero Leo menunjukkan bahwa PKT menganiaya Falun Gong, sebuah gerakan yang pada dasarnya hanya mengusulkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan manfaat, dan [penganiayaan] tidak masuk akal.

Dalam suratnya, Leo juga menulis, “Kita harus mengungkapkan solidaritas dan simpati kita kepada praktisi Falun Dafa, dengan hormat dan tegas menuntut agar segala bentuk pelecehan terhadap mereka dihentikan. Ini bukan hanya penghormatan terhadap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.”

Marco Respinti, Direktur Penanggung Jawab Bitter Winter, sebuah majalah tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia.

Dalam suratnya Marco Respinti, Direktur Penanggung Jawab Bitter Winter, menulis, “Dua puluh empat tahun yang lalu, pada 20 Juli 1999, PKT memulai penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong, dan mereka disandera oleh PKT. Sejak saat itu, perburuan yang benar-benar, terus menerus, meresap, dan tanpa akhir telah dimulai, tidak meninggalkan siapa pun, tanpa keberatan.

Dia melanjutkan, “Falun Gong selalu menjadi sasaran gangguan PKT, penangkapan yang tidak masuk akal, penahanan pada batas ketahanan manusia, penghinaan, penyiksaan, dan pembunuhan politik. Mereka juga menjadi korban pengambilan organ secara paksa yang memicu pasar transplantasi organ yang sangat menguntungkan. Hari ini, di Tiongkok, penjarahan dengan kekerasan semacam ini belum berhenti.”

Dia berkata sayangnya, penganiayaan terhadap Falun Gong belum berakhir, seperti yang ditunjukkan dalam laporan yang terus kami terima. Dia meminta organisasi internasional dan pemerintah untuk memperhatikan pembantaian korban yang tidak bersalah.

Ia menyimpulkan, “Proses penghentian penganiayaan ini harus dipercepat secepatnya. Saya dengan tulus berharap para pengikut Falun Gong dapat mengembalikan senyum mereka sesegera mungkin.”