(Minghui.org) Guru Li, pencipta Falun Dafa, menerbitkan dua artikel baru menjelang Tahun Baru Imlek 2023: “Mengapa Ada Umat Manusia” dan “Mengapa Hendak Menyelamatkan Makhluk Hidup.” Beliau menjelaskan rahasia langit dan menyingkap pelurusan Fa di dunia manusia yang akan terjadi. Sebagai seorang praktisi Falun Dafa, saya dengan tulus berharap agar semua orang di dunia akan menghargai kedekatan mereka yang berharga dengan Dewa.
Setahun yang lalu, mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Jiang Zemin meninggal. Dia adalah penghasut penganiayaan terhadap Falun Dafa, yang masih berlanjut di bawah kepemimpinan saat ini. Seperti kata pepatah, Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan akan dibalas dengan keburukan. Penganiayaan kejam terhadap Falun Dafa dan praktisinya dalam skala nasional juga membawa konsekuensi yang menghancurkan bagi Tiongkok dan rakyatnya.
Sejumlah besar orang kehilangan nyawanya karena bencana alam atau bencana akibat ulah manusia, terutama selama pandemi COVID-19 yang mematikan (juga dikenal sebagai virus PKT), infeksi ini menyebar ke seluruh Tiongkok dan seluruh dunia. Saat ini, masyarakat Tiongkok kembali menderita infeksi varian baru. Sejumlah besar warga Tiongkok, baik tua dan muda, telah kehilangan nyawa mereka, Sedangkan krematorium dan rumah duka menjadi kewalahan. Beberapa krematorium beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan masih berupaya menghadapi meningkatnya jumlah korban jiwa.
Keluarga Saya Bergabung dalam Tuntutan Hukum Terhadap Jiang Zemin
Semua nilai budaya tradisional mendorong orang untuk bersikap baik dan benar. Salah satu contohnya adalah meningkatnya gelombang tuntutan hukum yang dimulai pada Mei 2015 terhadap Jiang Zemin, mantan pemimpin PKT dan pelaku utama yang memulai penganiayaan terhadap Falun Dafa dan praktisinya pada Juli 1999.
Saya senang melihat berita di Minghui.org pada Mei 2015 tentang praktisi Falun Dafa yang mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang. Jadi, saya juga mulai mempersiapkan tuntutan pidana terhadap Jiang.
Istri saya selesai menulis tuntutannya pada tanggal 11 Juni dan mengirimkannya ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung Tiongkok melalui pengiriman ekspres pada hari yang sama. Saya mengirimkan salinan tuntutannya ke situs web Minghui, yang segera diterbitkan dan dimasukkan dalam majalah Minghui.
Untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, saya memasukkan lebih banyak rincian dalam tuntutan hukum mengenai penganiayaan yang saya alami. Pada saat yang sama, ibu dan saudari ipar saya juga menulis tentang bagaimana penganiayaan berdampak pada mereka. Pada akhirnya, saya mengumpulkan semua tuntutan dari keluarga saya yang mendokumentasikan kejahatan Jiang menjadi satu.
Anak saya adalah mahasiswa tahun ketiga pada saat itu. Saya bertanya kepadanya apakah dia ingin ikut serta dalam tuntutan tersebut. “Tentu saja,” katanya tegas. Saya gembira sekali atas keberaniannya. Faktanya, banyak praktisi Dafa di tempat lain dijatuhi hukuman penjara secara ilegal dalam jangka panjang oleh PKT karena menuntut Jiang. Namun, anak saya tidak merasa takut dengan dampak yang mungkin terjadi pada dirinya, seperti apakah dia bisa lulus atau tidak, mendapatkan pekerjaan, dan lain-lain.
Saya mencetak tuntutan hukum, dan masing-masing dari kami menandatanganinya. Pada tanggal 27 Juni, saya mengirimkan surat tuntutan dari keluarga saya yang beranggotakan lima orang melalui kurir ekspres ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung Tiongkok.
“Bolehkah saya ikut menuntut Jiang?” seorang kolega muda, Jin Feng (nama samaran), bertanya kepada saya. Dia adalah praktisi Falun Dafa yang baru mulai berlatih dua tahun sebelumnya.
“Tentu saja bisa,” saya menyemangatinya. “Seseorang sudah lama memberi Anda buku Zhuan Falun. Jika tidak ada penganiayaan, Anda akan mulai berlatih Falun Dafa pada saat itu, dan seluruh keluarga Anda akan mendapat manfaat lebih banyak lagi. Jiang yang melancarkan penganiayaan, menyebarkan desas-desus, dan memfitnah Falun Dafa. Dia juga menipu seluruh dunia dan kejahatannya terlampau besar. Anda juga seorang korban. Tentu saja, Anda bisa menuntutnya.” Pada tanggal 25 Juni, dia mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin menggunakan nama aslinya.
Praktisi di Kota Terdekat Mulai Mengajukan Tuntutan Hukum Terhadap Jiang pada Bulan Juli
Pada tanggal 1 Juli 2015, merasa bahwa menuntut Jiang adalah sesuatu yang wajib untuk dilakukan, saya memposting berita tentang tuntutan hukum kami ke platform obrolan di internet, berharap lebih banyak orang mengetahui fakta kebenaran dan mendorong menyebarnya lebih banyak kebenaran di masyarakat. Efeknya sungguh luar biasa.
Saya bertemu Xiaolian (nama samaran) ketika saya terpaksa menjauh dari rumah pada tahun 2003, agar saya tidak ditangkap. Saya membantu keluarganya mendirikan pusat produksi materi informasi sehingga dia dapat memberikan materi Dafa kepada praktisi lain di daerahnya. Dia sekarang telah menyelesaikan studi pascasarjananya dan bekerja di kota lain.
Kedua orang tuanya adalah praktisi Falun Dafa. Setelah mereka mendengar tentang tuntutan hukum terhadap Jiang, mereka juga ingin turut melakukannya tetapi tidak tahu caranya. Xiaolian kebetulan melihat pesan yang saya bagikan dan segera menyuruh orang tuanya untuk menghubungi saya.
Pada tanggal 2 Juli, orang tuanya datang dengan kereta api untuk menemui saya. Saya mengatakan kepada mereka untuk menjelaskan secara tertulis apa yang mereka derita selama penganiayaan dan membantu mereka memasukkan konten tersebut ke dalam format Pengaduan Pidana yang diperlukan. Kami kemudian mengirimkannya ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung Tiongkok melalui pos kilat pada hari yang sama.
Pasangan tua itu menghubungi Xiaolian dan mendorongnya untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Xiaolian mengambil cuti sehari dan datang ke tempat saya dengan kereta ekspres. Dia menulis tuntutannya dan mengirimkan di hari yang sama sebelum kembali bekerja dengan kereta api malam.
Orang tua Xiaolian ingin segera kembali ke rumah untuk membantu praktisi setempat lainnya mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang, jadi saya mengantar mereka ke stasiun kereta. Sambil menunggu kereta, saya memberi tahu mereka secara singkat tentang prosedur dan format yang diperlukan, namun mereka masih ragu apakah mereka menangkap semua hal yang perlu dilakukan. Saya berbicara dengan istri saya, dan kami memutuskan untuk mengantar mereka pulang untuk membantu praktisi setempat. Pasangan tua itu sangat bahagia.
Segera setelah kami tiba di rumah mereka pada malam tanggal 4 Juli, saya menghubungi Chang, seorang praktisi yang saya kenal bertahun-tahun yang lalu. Saat itu, ia telah belajar cara mengatasi blokade internet dan mencetak materi dari web. Dia juga membantu mendirikan banyak tempat produksi materi yang dikelola keluarga yang menghasilkan informasi tentang Falun Dafa di daerah sekitarnya.
Dia segera datang dan mulai menulis tuntutannya terhadap Jiang. Sementara itu, ayah Xiaolian dan saya pergi ke desa terdekat untuk memberi tahu praktisi setempat tentang apa yang kami lakukan. Kami juga mengunjungi praktisi lain di kota, memberi tahu mereka bahwa mereka dapat menulis tuntutan mereka sendiri; jika tidak, mereka dapat datang ke rumah orang tua Xiaolian keesokan harinya, dan kami akan membantu mereka.
Saat itu sudah tengah malam ketika istri saya mengetik tuntutan Chang. Saat mengantarnya pulang, saya berkata bahwa anggota keluarganya juga dapat menuntut Jiang karena memulai penganiayaan. Putra dan suaminya mendukung kultivasi Dafa, dan mereka memiliki kesehatan yang prima. Chang memberi tahu saya bahwa putranya berada di Beijing, namun suaminya, yang melakukan pekerjaan serabutan di luar kota, kebetulan ada di rumah pada saat itu.
Yang mengejutkan saya, suaminya datang kepada saya pagi-pagi sekali pada keesokan harinya dengan membawa kartu identitasnya. Dia tidak takut untuk menuntut Jiang dan langsung menandatangani serta membubuhkan sidik jari untuk tuntutan tersebut.
Mulai pagi hari tanggal 5 Juli, rekan-rekan praktisi terus berdatangan untuk meminta bantuan dalam tuntutan hukum mereka. Ada di antara mereka yang bisa menulis, jadi setelah mereka mengerti bagaimana caranya, mereka pulang ke rumah untuk menulis tuntutan mereka. Mereka kembali dengan membawa draf dan kopian kartu identitas mereka, serta menandatangani dan membubuhkan sidik jari pada tuntutan mereka sendiri setelah diketik. Kemudian, mereka mengirimkannya melalui kantor pos setempat.
Sedangkan bagi mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan praktisi lanjut usia yang tidak bisa menulis, istri saya menuliskan apa yang ingin mereka katakan. Sepasang suami istri berusia 60-an ingin menuntut Jiang atas nama putri mereka, yang kehilangan nyawanya akibat penganiayaan, meninggalkan seorang gadis kecil.
Seorang praktisi telah menulis tuntutannya dan hendak mengirimkannya melalui pos. Saya mengatakan kepadanya bahwa anggota keluarganya juga dapat ikut serta dalam tuntutan hukum terhadap Jiang. Dia berkata bahwa putrinya sangat mendukung latihannya dan dia akan menanyakan pada putrinya apakah dia ingin menandatanganinya sebelum dia mengirimkan surat tersebut.
Keesokan harinya, dia membawa salinan kartu identitas putrinya dan surat tuntutan yang ditandatangani dan disertai sidik jari putrinya. Dia mengatakan kepada saya bahwa putrinya setuju untuk melakukan tuntutan hukum dengan sangat gembira. Suaminya juga bersedia untuk menuntut Jiang, namun ketika dia mendengar bahwa kartu identitas diperlukan, dia ragu karena dia sering bepergian antar provinsi, dan hal ini mungkin menimbulkan masalah baginya. Pada akhirnya dia tidak menandatangani, tapi kami semua memahami pilihannya dan sangat berterima kasih atas dukungannya terhadap tuntutan hukum kami terhadap Jiang.
Praktisi lain berusia 60-an juga menulis tuntutan terhadap Jiang, dan dia menggugat Jiang bersama putra dan menantunya.
Pada malam harinya, kami mulai mengetik semua tuntutan yang tersisa dari rekan-rekan praktisi. Istri saya belum pernah mengetik sebanyak itu sebelumnya, dan saya tidak terlalu mahir mengetik. Jadi sepanjang malam kami mengetik, tanpa merasa lelah.
Dua praktisi setempat sangat bersemangat untuk membantu orang lain. Putra mereka pandai mengetik dan tahu banyak tentang komputer. Setelah saya menjelaskan kepadanya apa yang perlu dilakukan, dia dengan senang hati membantu. Saat itu, saya merasa cukup lega karena semuanya sudah siap untuk membantu praktisi setempat dalam mengajukan tuntutan hukum.
Lebih Banyak Praktisi Mengajukan Tuntutan Hukum dari Juli hingga Oktober
Setelah kembali ke rumah, kami mulai mendorong praktisi setempat untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Seorang praktisi berkata dia tidak akan menuntut Jiang karena dia tidak berkultivasi dengan baik. Saya menyemangatinya, dan pada akhirnya, dia juga setuju untuk mengajukan tuntutan.
Ketika istri saya berbicara dengan dua praktisi lainnya, pasangan tersebut mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk menulis tuntutannya. Tanggal 11 Juli, sang suami datang ke tempat saya dan menyelesaikan menulis tuntutannya. Dia pulang ke rumah dan mendorong istrinya untuk melakukan hal yang sama. Keesokan harinya, mereka berdua datang dengan membawa KTP dan melengkapi surat tuntutan.
Sang suami agak ragu saat akan mengirimkannya ke kantor pos. Ada beberapa kasus di tempat lain di mana praktisi ditahan secara ilegal oleh polisi ketika mereka hendak menyampaikan tuntutan hukum mereka.
Istri saya menawarkan diri untuk pergi bersamanya, dan mereka mengirimkan tuntutan melalui pos. Sang suami merasa bahagia dan tidak merasa takut sama sekali. Dia datang ke tempat saya lagi keesokan harinya dan membantu praktisi lain mengirimkan surat tuntutan.
Tidak seperti beberapa daerah sekitar dimana kantor pos setempat diawasi dan dikendalikan oleh polisi rahasia PKT, kantor pos setempat kami tidak pernah menimbulkan masalah bagi kami, sehingga banyak praktisi dari daerah pedesaan sekitar datang untuk mengirimkan surat tuntutan mereka ke kantor pos setempat.
Ada seorang praktisi yang pernah dipenjara secara ilegal pada periode yang sama dengan saya. Setelah saya memberi tahu dia tentang tuntutan hukum terhadap Jiang, seluruh keluarganya, termasuk ibu, adik perempuan, dan saudara iparnya mengajukan tuntutan pidana.
Praktisi setempat, Shenglian (nama samaran) juga datang ke tempat saya untuk menulis tuntutan hukum. Dia dan kakak perempuannya termasuk kelompok praktisi pertama yang pergi ke Lapangan Tiananmen untuk memohon keadilan bagi Falun Dafa. Keduanya dijatuhi hukuman penjara secara ilegal dan sangat menderita selama dipenjara. Dia dan ayahnya (bukan praktisi) ingin mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin. Karena kakak perempuannya dipenjara lagi secara ilegal pada saat itu, kami membantunya menyusun pengaduan dan meminta pengacaranya untuk membawanya untuk ditandatangani.
Seorang praktisi di daerah kami adalah penduduk kelahiran Shandong, dimana penganiayaannya sangat parah. Terinspirasi oleh gelombang tuntutan hukum terhadap Jiang, dia kembali ke kampung halamannya untuk membantu praktisi setempat melakukan hal yang sama. Tak lama kemudian, ia kembali membawa tujuh tuntutan hukum yang mewakili 15 orang. Salah satunya berasal dari keluarga beranggotakan enam orang, dan setiap tuntutannya dipenuhi dengan kejujuran dan keberanian.
Pada tanggal 22 Juli, ketujuh pengaduan berhasil dikirim ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung melalui kurir ekspres. Hari itu menandai tahun ke-16 sejak PKT mulai menganiaya Dafa pada tahun 1999.
Pada Juli dan Agustus 2015, kami mengirimkan 27 tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin atas nama 43 peserta. Benar-benar saat yang tak terlupakan. Banyak praktisi berbagi pengalaman mereka dan menuntut Jiang atas kejahatan kejinya. Kami saling menyemangati dan meningkatkan kultivasi sebagai satu tubuh.
Pada Oktober 2015, kami membantu praktisi mengumpulkan 11 tuntutan pidana lagi. Salah satunya berasal dari keluarga beranggotakan tiga orang. Istrinya juga berasal dari Shandong dan menghabiskan lima tahun di Penjara Wanita Jinan hanya karena berlatih Falun Dafa.
Dalam pengaduannya, dia menggambarkan bagaimana dia dan keempat saudara kandungnya ditangkap secara ilegal oleh polisi dan diseret ke setiap desa di sekitarnya dalam parade “mempermalukan di depan publik” di sepanjang jalan. Putranya baru berusia 12 tahun saat itu, ketika dia melihat ibunya di program berita TV, diborgol dan dipaksa berparade di jalan, dia menangis dalam kesedihan yang luar biasa.
Praktisi Melanjutkan Tuntutan Hukum Setelah Tahun 2016
Pada September 2016, praktisi Honglian (nama samaran) datang menemui saya. Dia dan suaminya telah menderita berkali-kali karena penganiayaan. Suaminya Jinlong (nama samaran) merasa agak tertekan setelah terakhir kali dia dibebaskan dari penjara dan belum mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Jadi, kami berempat membentuk kelompok belajar Fa di tempat saya, dan kami belajar Fa bersama.
Sebulan kemudian, Jinlong mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dalam berkultivasi dan dengan dorongan kami. Dia juga menulis tuntutan pidana terhadap Jiang dan mengirimkannya ke Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung. Sejak itu, dia merasa bahagia dan lebih percaya diri serta memiliki pikiran lurus.
Jinlong memberi tahu saya bahwa dia mengenal dua praktisi lain yang belum mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Kami pergi menemui pasangan itu. Istrinya adalah seorang praktisi baru yang pernah menderita kanker. Jinlong adalah koleganya dan mendorong dia untuk berlatih Falun Dafa. Kankernya sembuh setelah dia berlatih. Belakangan, kami mengetahui bahwa suaminya telah menghadiri dua sesi ceramah yang diajarkan langsung oleh Guru Li, pencipta Falun Dafa. Suaminya juga telah dijatuhi hukuman penjara secara ilegal.
Kami memberi tahu mereka tentang banyaknya tuntutan hukum terhadap Jiang, dan istrinya mengatakan mereka harus ikut menuntutnya. Dia menulis tuntutannya malam itu juga. Suaminya tidak melihat pentingnya melakukan hal tersebut pada saat itu. Namun setelah kami menyampaikan pemikiran kami kepadanya, dia juga mengirimkan tuntutan pidana terhadap Jiang ke departemen yang ditunjuk.
Dia kemudian memberi tahu kami bahwa dia agak khawatir ayahnya tidak akan mengerti apa yang mereka lakukan. Namun yang sangat mengejutkannya adalah ayahnya, yang tinggal jauh di Xinjiang, sebuah wilayah di Tiongkok Utara, sangat mendukung dan membantunya menemukan bukti-bukti seperti putusan pengadilan yang melanggar hukum.
Pada musim semi tahun 2017, praktisi di pedesaan melanjutkan belajar Fa bersama. Pada Juni, kami pergi untuk belajar Fa, dan dua praktisi memberi tahu kami bahwa sebagian besar pengikut Falun Dafa di desa mereka tidak mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang. Kami mencoba mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut, namun hanya menemui sedikit keberhasilan.
Setelah belajar Fa, kami berbagi pemahaman tentang pentingnya menentang penganiayaan, memberantas kejahatan dari Kantor 610, serta menuntut biang kejahatan Jiang Zemin. Setiap orang dipenuhi pikiran lurus. Ketika saya bertanya apakah mereka ingin menuntut Jiang, mereka semua menjawab ya, tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya.
Saya menawarkan diri untuk datang dan membantu pada Sabtu pagi berikutnya dan meminta mereka untuk membawa salinan kartu identitas dan bukti penahanan ilegal, kerja paksa, dan sebagainya.
Pada tanggal 10 Juni, saya dan tiga praktisi muda pergi ke desa dengan membawa tiga laptop. Praktisi setempat juga ada yang datang, dan kami membagi mereka menjadi tiga kelompok untuk menyusun tuntutan mereka. Tiga kelompok itu bekerja dengan sangat baik. Saat makan siang, ketiga praktisi muda telah mengetik dan mencetak tujuh atau delapan tuntutan pidana terhadap Jiang. Setelah rekan praktisi menandatangani dan membubuhkan sidik jarinya, mereka pergi ke kantor pos terdekat dan mengirimkannya.
Dalam perjalanan pulang, mereka sangat gembira dan berseru dengan lantang, “Falun Dafa baik,” dan “Sejati-Baik-Sabar baik!” Mereka juga menyanyikan lagu-lagu Falun Dafa.
Saya sangat senang mendengar bahwa mereka pulang ke rumah dengan selamat dan penuh kebahagiaan. Dengan berlinang air mata, saya mengatupkan kedua telapak tangan dan berterima kasih kepada Guru Li atas anugerah belas kasihnya.
Saat saya menulis artikel berbagi pengalaman ini, saya tidak dapat menahan tangis rasa syukur yang mendalam kepada Guru. Meskipun aktivitas tuntutan terhadap Jiang di desa itu terlambat dua tahun, hal ini sangat membantu anggota keluarga dan kerabat praktisi dalam mengurangi rasa takut dan meningkatkan pikiran lurus mereka. Lingkungan kultivasi di desa itu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Epilog
Tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin melonjak delapan tahun lalu, pada Mei 2015. Pengikut Dafa tidak menunjukkan rasa takut terhadap penganiayaan. Lebih dari 200.000 orang berpartisipasi dalam tuntutan hukum terhadap Jiang, dan 4 juta orang melaporkan pelaku kejahatan yang menganiaya praktisi Falun Dafa.
Tahun lalu, pada puncak pandemi setelah kematian Jiang, banyak orang lanjut usia yang meninggal adalah anggota PKT. Saat ini, gelombang baru virus COVID-19 telah menyebar ke seluruh Tiongkok. Rumah sakit anak-anak di beberapa kota besar penuh sesak dengan anak-anak yang sakit, dan beberapa pasien telah kehilangan nyawanya.
Saya mendorong mereka yang belum membaca artikel terbaru Guru Li, “Mengapa Ada Umat Manusia” dan “Mengapa Hendak Menyelamatkan Makhluk Hidup” dengan tulus dan memilih masa depan yang cerah bagi diri anda sendiri.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2024 Minghui.org