(Minghui.org) Selama forum di Tokyo pada Hari Hak Asasi Manusia, 10 Desember 2024, sepuluh praktisi Falun Dafa menceritakan penindasan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang mereka alami. Cheng Peiming, seorang penyintas pengambilan organ, bergabung secara daring dan menceritakan kisahnya.
Dari penangkapan ilegal hingga penahanan, dari penyiksaan hingga pengambilan organ secara paksa, para pembicara dalam forum yang diadakan di Pusat Komunitas Bunkyo, yang diselenggarakan oleh Himpunan Falun Dafa, mengatakan bahwa kejahatan kejam PKT telah menyakiti mereka dan orang-orang yang mereka cintai. Mereka berharap lebih banyak orang akan menyadari fakta-fakta ini dan bergabung dalam upaya mereka untuk mengungkap dan mengakhiri kekejaman tersebut.
Sebuah forum diselenggarakan oleh Himpunan Falun Dafa Jepang pada Hari Hak Asasi Manusia 2024.
Dipukuli, Disetrum, dan Diberi Obat Beracun
Zhou Bin dipukuli sedikitnya 100 kali selama 12 tahun dia ditahan.
Zhou Bin berkata bahwa Falun Dafa memberinya kesehatan yang baik. Karena menolak melepaskan Falun Dafa, dia ditahan dan dipukuli dengan kejam. Dia berkata, “Satu tulang rusuk di punggung bawah saya patah, dua tulang rusuk di dada retak, buah zakar kiri saya pecah, urat di ibu jari kanan saya robek, dan telinga saya terbentur, menyebabkan nanah keluar selama hampir enam bulan.”
Selain itu, Zhou juga dipaksa diambil darahnya. Saat ditahan, dia didorong ke tanah oleh para penjaga dan tulang selangka kirinya patah. Dia berkata, "Selama dua belas tahun penahanan, saya dipukuli sedikitnya seratus kali karena berlatih Falun Dafa dan tidak melepaskan keyakinan saya."
Sun Jun mengatakan dia dicekik dan istrinya diberi obat beracun secara paksa saat mereka ditahan.
Ketika istri Sun Jun melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan sewenang-wenang, para penjaga penjara mencabut semua giginya. Sun Jun berkata, "Mereka juga mencekok dengan racun. Hal ini menyebabkan kebingungan, yaitu, dia tidak dapat berpikir secara normal. Konsekuensi lainnya adalah hilangnya ingatan. Semua ingatannya hilang."
Sun juga dipenjara karena berlatih Falun Dafa. Sun berkata, “Para penjaga menutup kepala saya dengan kantong plastik, dan saya tidak bisa bernapas. Mereka juga memukul kepala dan wajah saya dengan sol sepatu bot mereka. Mereka mengurung saya di sel isolasi. Pemukulan dan jenis penyiksaan lainnya adalah hal yang biasa.”
Zhang Shuli mengatakan para penjaga sering memukulinya dengan tongkat bambu besar dan tongkat polisi, dan beberapa tongkat bambu patah. Ketika para penjaga lelah, mereka menyetrum kepalanya dengan tongkat listrik. Zhang Shuli berkata, "Akibatnya, kedua kaki saya menjadi hitam dan ungu di kedua sisi, keras seperti batu. Air seni saya berwarna merah muda karena darah."
Gong mengatakan ibunya ditahan selama 12 tahun dan ditangkap lagi pada September 2024.
Karena berlatih Falun Dafa, ibu Gong menjadi target utama polisi setempat. Dia ditahan berulang kali—totalnya 12 tahun. Gong berkata, “Karena penganiayaan ini, dia terpaksa menjauh dari rumah dan keluarga saya hancur. Ini hanyalah satu contoh. Ada banyak sekali tragedi seperti ini di seluruh Tiongkok karena penganiayaan PKT.”
Selama di tahanan, ibunya disetrum dengan tongkat listrik, digantung, dan dipukuli. Sun bercerita, “Dia juga dikirim ke rumah sakit jiwa dan disuntik paksa dengan obat-obatan yang tidak diketahui. Akibatnya, seluruh tubuhnya lemah dan dia tidak dapat mengangkat kepalanya.” Sayangnya, dia ditangkap lagi pada September 2024 dan saat ini ditahan.
Penindasan yang terus berlanjut membuat anak-anak trauma. Zhang Yiwen mengatakan ibunya ditangkap dan ditahan beberapa kali dalam 25 tahun terakhir karena berlatih Falun Dafa. Zhang Yiwen berkata, “Sejak saya berusia 9 tahun, waktu yang dihabiskan ibu bersama saya hanya kurang dari 5 tahun.”
Liu Yue juga bersaksi bahwa adik perempuannya ditahan. Selain dipaksa bekerja di penjara, para praktisi juga dibunuh untuk diambil organnya. Liu berkata, "Penindasan tersebut tidak hanya mendatangkan bencana yang tak berkesudahan bagi rakyat Tiongkok, tetapi juga mencelakakan dunia."
Kentaro Inagaki, presiden Himpunan Falun Dafa Jepang
Kentaro Inagaki adalah presiden Himpunan Falun Dafa Jepang. Dia berharap lebih banyak orang akan mengetahui tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan PKT terhadap praktisi di Tiongkok. “Kita semua harus berpikir: apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikan ini dan mencegahnya terjadi lagi di masa mendatang? Saya juga berharap kita dapat memberi tahu orang-orang di sekitar kita tentang apa yang sedang terjadi dan mengungkap kekejaman ini.”
Korban Pengambilan Organ dan Dokter Bersaksi
Cheng Peiming, seorang penyintas pengambilan organ yang saat ini tinggal di AS, bergabung dalam forum tersebut melalui panggilan video dan menceritakan pengalamannya. Saat ditahan di Penjara Daqing, Provinsi Heilongjiang, dia dikirim ke Rumah Sakit Daqing Keempat, tempat sebagian hatinya diangkat. Itu terjadi pada 16 November 2004. Setelah melarikan diri ke AS, dia menjalani sejumlah pemeriksaan fisik yang memastikan bahwa sebagian hati dan paru-parunya telah diangkat.
Seorang dokter yang terlibat dalam pemeriksaan juga bergabung dalam panggilan video tersebut. Melalui sinar-X, MRI, dan CT scan, para dokter menemukan paru-paru kiri Cheng terangkat dan setengah dari lobus bawah kiri telah dipotong untuk mengangkat hati. Dokter tersebut menjelaskan, “Salah satu karakteristik hati adalah dapat beregenerasi. Setelah satu bagian diangkat, bagian yang tersisa akan tumbuh untuk menggantikan bagian yang hilang. Kita dapat melihat bahwa dua lobus hati telah beregenerasi. Dua lobus hati tumbuh ke kiri dan lobus kanan tumbuh ke bawah.”
Peserta: Kejahatan yang Tidak Bisa Kita Abaikan
Mantan anggota parlemen Hirosato Nakatsugawa
Hirosato Nakatsugawa, mantan anggota parlemen, mengatakan PKT dikenal karena pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Tiongkok. Hirosato Nakatsugawa berkata, "Namun, ini juga mempengaruhi negara lain dan kita semua. Korban pelanggaran hak asasi manusia juga termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas. Dengan kata lain, sebagai manusia, ini adalah hak dasar kita.
Kita sama sekali tidak bisa mengabaikan kejahatan ini” seraya menambahkan bahwa kita harus menghentikan kejahatan ini agar tidak berlanjut.
Sawaoka, yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional Jepang, menangis saat mendengar tragedi ini. Sawaoka berkata, “Meskipun saya telah membaca dan mendengar tentang penganiayaan yang dialami praktisi Falun Dafa, ini adalah pertama kalinya saya mendengar kesaksian dari para saksi. Uraian yang gamblang ini mengejutkan – kejahatan ini memang tidak manusiawi.” Dia mengatakan akan melakukan yang terbaik untuk membantu mengakhiri ini.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2024 Minghui.org