(Minghui.org) Sebelum Hari Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 2024, praktisi Falun Gong di 45 negara menyerahkan daftar pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Falun Gong kepada pemerintah masing-masing. Karena para pejabat ini telah berpartisipasi dalam penganiayaan selama 25 tahun, praktisi telah meminta agar mereka, beserta anggota keluarga mereka, dilarang masuk ke negara masing-masing dan aset mereka dibekukan.
Ke-45 negara ini termasuk The Five Eyes (Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Selandia Baru), seluruh 27 negara di Uni Eropa (UE) dan 13 negara di benua lain. Negara-negara UE adalah Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Belanda, Polandia, Swedia, Belgia, Irlandia, Austria, Denmark, Rumania, Republik Ceko, Finlandia, Portugal, Yunani, Hungaria, Slowakia, Bulgaria, Luksemburg, Kroasia, Lituania, Slovenia, Latvia, Estonia, Siprus, dan Malta. Ke-13 negara sisanya berada di Asia, Eropa, dan Amerika: Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Swiss, Norwegia, Liechtenstein, Israel, Meksiko, Argentina, Kolombia, Cile, Republik Dominika, dan Paraguay. Ini adalah pertama kalinya Paraguay masuk dalam daftar tersebut.
Penganiayaan PKT terhadap Falun Gong telah berlangsung selama 25 tahun dan rezim tersebut baru-baru ini meningkatkan kendalinya di luar negeri. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG), PKT membuat tujuan dalam sebuah pertemuan pada bulan Mei 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Keamanan Publik, “Memberikan perhatian khusus terhadap kerja sama antara Falun Gong dengan politisi Barat untuk memberikan sanksi kepada para pemimpin tingkat tinggi Tiongkok. Hentikan perilaku seperti itu dengan segala cara.”
Di antara para pelaku yang terdaftar adalah Gao Changsheng, wakil sekretaris Kelompok Kepemimpinan Partai dan wakil pimpinan Departemen Kehakiman Provinsi Liaoning, sekretaris Komite Partai, dan pimpinan Biro Administrasi Penjara Provinsi Liaoning.
Informasi Pelaku
Nama lengkap pelaku: Gao (marga) Changsheng (nama)
Nama dalam tulisan Mandarin: 高长生
Jenis Kelamin: Pria
Tanggal/Tahun Lahir: September 1966
Tempat Lahir: Tidak Diketahui
Jabatan atau Posisi
November 2014 – Januari 2018: Pimpinan Kantor Pengawasan Disiplin, Inspeksi dan Pengawasan Kader dari Komisi Inspeksi Disiplin Provinsi Liaoning.
Februari 2018 – Oktober 2021: anggota Komite Pengawas Provinsi Liaoning
November 2021 – Sekarang: Wakil Sekretaris Kelompok Kepemimpinan Partai dan Wakil Pimpinan Departemen Kehakiman Provinsi Liaoning, Sekretaris Komite Partai dan Pimpinan Biro Administrasi Penjara Provinsi Liaoning
Kejahatan Utama
Provinsi Liaoning merupakan salah satu provinsi dengan tingkat penganiayaan paling brutal terhadap praktisi Falun Gong. Jumlah kematian, penangkapan, dan hukuman akibat penganiayaan termasuk yang tertinggi di negara ini. Penyiksaan terhadap praktisi sangat mengerikan di banyak penjara di provinsi tersebut, seperti Penjara Wanita Provinsi Liaoning, Penjara Pertama Shenyang, Penjara Panjin, Penjara Nanguanling, Penjara Benxi, dan Penjara Dongling.
Sejak Gao Changsheng menjabat sebagai wakil pimpinan Departemen Kehakiman Provinsi Liaoning dan sekretaris Komite Partai serta pimpinan Biro Administrasi Penjara Provinsi Liaoning pada bulan November 2021, ia terus menerapkan kebijakan penganiayaan, dengan mengubah status para praktisi yang dipenjara di berbagai penjara secara paksa. Pihak berwenang juga menghasut narapidana kriminal untuk menyiksa para praktisi, sering kali dengan imbalan pengurangan masa hukuman.
Dalam tiga tahun terakhir, delapan praktisi disiksa hingga meninggal di penjara atau meninggal tidak lama setelah dibebaskan. Beberapa menjadi cacat karena penyiksaan atau menderita gangguan mental.
Penjara Pertama Kota Shenyang
Penjara Pertama Kota Shenyang telah digunakan sebagai basis utama untuk penganiayaan dan para praktisi disiksa secara brutal di semua divisi penjara. Di “divisi keamanan tinggi,” para praktisi menjadi sasaran berbagai metode penyiksaan, termasuk: dicekok paksa dengan tinja dan air seni; bangku harimau ; disemprot merica di mata; menggores tulang rusuk; memecahkan kaleng di jari kaki mereka (yang dapat mematahkan kuku kaki dalam satu pukulan); duduk di bangku kecil yang tidak bisa bergerak selama 16 jam sehari; larangan tidur; tidak diperbolehkan menggunakan kamar mandi; disiram air mendidih; digantung di pergelangan tangan; disetrum, terutama pada bagian sensitif seperti alat kelamin; membekukan testis dengan es batu; dan dipaksa mendengarkan pidato memfitnah Falun Gong dengan headphone bervolume tinggi.
Liu Dianyuan (pria), warga Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning, dijatuhi hukuman 11,5 tahun penjara pada tahun 2016 saat berusia 78 tahun karena berlatih Falun Gong. Meskipun kesehatannya sangat buruk, Penjara Pertama Kota Shenyang tetap menerimanya. Kondisinya terus menurun dan ia meninggal di penjara pada tanggal 10 Februari 2024, pada Hari Tahun Baru Imlek di usia 86 tahun.
Penjara Dongling
Di Penjara Dongling, metode penyiksaan yang umum digunakan meliputi: larangan tidur; pukulan, tendangan, dan tamparan; sengatan listrik dengan tongkat listrik, termasuk sengatan listrik pada penis praktisi yang dililitkan dengan kawat logam; mencabut bulu kemaluan; menusukkan batang bambu ke penis praktisi; menuangkan air es ke atas praktisi, sering kali saat cuaca dingin; serta menuangkan air seni dan kotoran pada praktisi.
Banyak praktisi yang tadinya sehat, menderita penyakit fisik akibat penyiksaan yang mereka alami dan meninggal tak lama kemudian. Ketika mereka dalam kondisi kritis akibat penyiksaan yang dialami, Tian akan memerintahkan bawahannya untuk merahasiakan informasi tersebut dari keluarga praktisi agar penganiayaan tersebut tidak terungkap ke publik.
Penjara Wanita Provinsi Liaoning
Divisi ke-12 di Penjara Wanita Provinsi Liaoning dikenal sebagai area pelatihan intensif dan pemasyarakatan dan secara khusus ditunjuk untuk menganiaya praktisi Falun Gong. Para narapidana, atas perintah para penjaga, tidak hanya menyiksa praktisi tetapi juga menambahkan obat-obatan yang tidak diketahui ke dalam makanan praktisi.
Para praktisi tidak diperbolehkan membawa apa pun ke dalam penjara saat mereka masuk penjara. Pertama-tama mereka dikirim ke Divisi ke-2 untuk menjalani sesi cuci otak. Jika menolak untuk meninggalkan keyakinan, mereka akan dikirim ke Divisi ke-12 tiga bulan kemudian.
Setelah praktisi dikirim ke Divisi ke-12, anggota keluarga mereka tidak dapat memperoleh informasi apa pun tentang mereka. Mereka juga tidak diizinkan untuk dikunjungi oleh keluarga. Dua narapidana ditugaskan untuk mengawasi satu praktisi. Para praktisi dibawa ke sebuah ruangan untuk disiksa. Metode penyiksaan tersebut meliputi larangan tidur, tidak diberi makan atau tidak diizinkan menggunakan kamar kecil, dipaksa berdiri selama berjam-jam, dipukul, dihina, dipaksa menonton video yang memfitnah Falun Gong, dipaksa menulis pernyataan jaminan dan laporan pemikiran, serta dipaksa mengatakan hal-hal yang memfitnah Falun Gong. Tujuan dari metode-metode ini adalah untuk memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka.
Xu Xiuyun (wanita) dari Kota Fushun diberi obat bius dalam waktu lama; Jiang Wei (wanita) dari Kota Chaoyang sering dipaksa berdiri selama berjam-jam dan dipukuli, dianiaya, dan diberi obat bius oleh para narapidana, yang menyebabkannya menjadi sangat lemah. Beberapa praktisi dikurung dalam sel isolasi. Beberapa praktisi meninggal beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian setelah dibebaskan, karena obat-obatan yang tidak diketahui.
Para penjaga atau narapidana segera memberi obat-obatan yang tidak diketahui kepada praktisi jika mereka pingsan karena penyiksaan. Obat-obatan juga ditambahkan ke makanan mereka. Praktisi yang membuang makanan (dengan obat-obatan di dalamnya) dihukum jika mereka ketahuan oleh para penjaga atau narapidana. Telah dilaporkan bahwa para penjaga di Divisi ke-11 sedang melakukan “eksperimen obat-obatan” pada para praktisi.
Beberapa praktisi yang diberi obat tersebut menderita kehilangan ingatan, merasa bingung, atau mengalami gejala yang mirip dengan diabetes dan penyakit jantung koroner.
Jia Guiqin (wanita) bukan lagi wanita yang dikenal keluarganya saat ia keluar dari Penjara Wanita Provinsi Liaoning pada tanggal 24 April 2023. Setelah menjalani hukuman 13 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, wanita yang dulunya sehat di Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning itu menjadi bungkuk dan tidak dapat lagi mengenali suaminya. Seorang penjaga penjara terdengar berkata, “Sungguh ajaib bahwa wanita tua ini selamat selama bertahun-tahun di penjara.”
Namun, Jia tidak ingat banyak tentang apa yang dialaminya. Ia jarang berbicara setelah kembali ke rumah. Ketika ia membuka mulutnya, yang ada hanyalah ingatannya yang samar-samar tentang cobaan berat yang dialaminya. Keluarganya mendengar ia berkata, “Saya tidak diizinkan tidur karena saya menolak melepaskan Falun Gong...tiga atau empat orang mengikuti saya dan tidak mengizinkan saya berbicara...saya tidak mau minum obat apa pun tetapi dipaksa. Saya koma setelah minum obat dan dilarikan ke rumah sakit...”
Jia mengalami kesulitan tidur dan juga mengeluh sakit kepala. Ia meninggal enam bulan kemudian pada tanggal 28 Oktober 2023, di usia 74 tahun.
Tidak lama setelah Sui Boqin (wanita) dimasukkan ke Penjara Wanita Kedua Provinsi Liaoning pada bulan April 2023, seorang penjahat terpidana, Luan Ling, meninju kepalanya, menyebabkan wajahnya memar di mana-mana. Luan juga menendang tubuh bagian bawahnya, menyebabkan bengkak dan memar yang parah. Pada kesempatan lain, Luan memukul kepalanya dengan sikat sepatu. Sui berdarah deras, menodai pakaiannya.
Luan menyeret selimut Sui ke kamar mandi dan membiarkannya basah dengan air kotor di lantai. Ia kemudian menuangkan air dingin ke selimut sebelum memindahkannya kembali ke dalam sel. Ia menyambar pakaian hangat Sui dan membuangnya. Sui tidak punya pilihan lain selain tidur di bawah selimut yang dingin dan basah pada malam hari.
Ketika Sui memprotes kekerasan dan pelecehan tersebut, Luan mengatakan bahwa ia melakukan apa yang diperintahkan pemerintah kepadanya. Ia pernah memukul kepala praktisi lain dengan baskom dan mencambuk praktisi dengan gantungan baju.
Para penjaga memaksa Sui untuk melakukan kerja keras di siang hari. Sementara para narapidana ditawari sarapan dan makan siang di bengkel, Sui tidak diizinkan mengambil makanan dari kafetaria dan ia hanya bisa makan malam setelah kembali ke selnya. Tubuhnya dengan cepat menjadi kurus kering.
Para penjaga mengizinkan narapidana lain untuk duduk dan mengerjakan tugas yang diberikan di bengkel, tetapi Sui harus berdiri selama lebih dari sepuluh jam di siang hari dan menyelesaikan jatah kerjanya. Setelah kembali ke selnya di malam hari, ia harus berdiri selama dua atau tiga jam lagi sebagai hukuman karena menolak melepaskan Falun Gong. Kaki dan telapak kakinya menjadi sangat bengkak akibat berdiri dalam jangka waktu lama.
Para penjaga tidak menyediakan kebutuhan sehari-hari untuk Sui dan juga melarang orang lain berbagi barang dengannya. Ia juga tidak diizinkan untuk membeli kebutuhan pokok. Ia harus mengambil tisu atau kertas toilet yang hancur dari tempat sampah untuk membersihkan diri saat ia butuh di kamar kecil.
Sui juga dilarang mandi sejak ia masuk penjara. Bau yang dikeluarkannya menjadi tidak sedap setelah beberapa bulan dan teman-teman satu selnya bahkan kesulitan makan saat ia ada di dekatnya.
Beberapa Kasus Kematian
Kasus 1. Dua Tahun Setelah Istrinya Meninggal, Pria Liaoning Meninggal Saat Menjalani Hukuman Penjara Sepuluh Tahun
Setelah kehilangan orang tua dan istrinya akibat penganiayaan terhadap Falun Gong, Yin Guozhi (pria) meninggal pada tanggal 22 Mei 2022, saat menjalani hukuman penjara 10 tahun karena menjunjung tinggi keyakinannya pada Falun Gong. Ia berusia 56 tahun.
Yin dari Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning, ditangkap pada tanggal 26 September 2019, setelah apartemen sewaannya terbakar dan polisi datang untuk menyelidiki kecelakaan tersebut. Penangkapan dilakukan setelah ia menghabiskan sepuluh tahun dalam pelarian untuk bersembunyi dari polisi. Ia ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Jianping dan dipukuli oleh para tahanan.
Pengadilan Kabupaten Jianping diam-diam menjatuhkan hukuman sepuluh tahun kepada Yin. Mereka tidak memberi tahu keluarganya tentang status kasusnya sampai ia dikirim ke Penjara Jinzhou.
Tak lama setelah Yin dijatuhi hukuman, istrinya, Fu Jinghua, yang juga mengungsi, meninggal di tempat sewanya pada tanggal 31 Desember 2019, setelah mengalami penganiayaan selama bertahun-tahun karena keyakinan mereka yang sama pada Falun Gong.
Seorang kerabat Yin dikunjungi oleh dua penjaga penjara dan seorang pejabat desa pada tanggal 8 Maret 2022. Mereka mengatakan bahwa Yin menderita kanker paru stadium lanjut dan harus memakai oksigen di rumah sakit. Keluarganya diperintahkan untuk menanggung biaya pengobatannya. Meskipun tidak jelas apakah keluarganya mematuhi perintah tersebut, Yin meninggal dua bulan kemudian pada tanggal 22 Mei.
Kasus 2. Pria Liaoning Meninggal Dunia Saat Menjalani Masa Hukuman 7 Tahun
Putri Di Yongchi tiba-tiba menerima telepon dari Penjara No. 1 Shenyang di Provinsi Liaoning pada tanggal 17 Desember 2022, dan diberi tahu bahwa ayahnya telah meninggal setelah rumah sakit gagal menyelamatkannya.
Di (pria), seorang pensiunan insinyur pembangkit listrik berusia 69 tahun di Kota Huludao, Provinsi Liaoning, menjalani hukuman penjara tujuh tahun karena keyakinannya pada Falun Gong. Ia meninggal hanya 1,5 tahun sebelum masa hukumannya berakhir.
Kasus 3: Seorang Pria Penderita Kanker Meninggal Beberapa Hari Setelah Ditolak Izinnya untuk Berobat, Masih Terbelenggu Saat Meninggal
Teng Yuguo (pria), warga Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, ditangkap pada tanggal 13 Oktober 2020 dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Yuhong sekitar bulan Februari 2021. Ia menderita kanker usus besar dan inkontinensia sekitar bulan Mei 2022 saat ditahan di Penjara Dongling. Meskipun kondisinya demikian, otoritas penjara menolak untuk membebaskannya dengan alasan kesehatan. Ia sangat lemah sehingga tidak memiliki kekuatan untuk duduk. Ia juga tidak bisa buang air besar.
Teng meninggal dunia pada usia 67 tahun pada tanggal 2 Desember, di bawah pengawasan ketat. Setelah meninggal, para penjaga tidak mengizinkan keluarganya untuk mendekati jenazahnya atau memakaikan pakaian kepadanya. Mereka menyewa sebuah perusahaan untuk mengurus jenazahnya. Di bawah pengawasan ketat, jenazah Teng dibawa ke rumah duka dan dikremasi pada tanggal 4 Desember.
Istrinya tidak dapat tidur selama berhari-hari dan sering menangis. Ia mengatakan begitu memejamkan mata, ia melihat suaminya yang kurus kering, masih terborgol dan terbaring sekarat di ranjang rumah sakit yang dijaga ketat.
Kasus 4: Pria Berusia 51 Tahun Meninggal Empat Bulan Setelah Menjalani Hukuman 4,5 Tahun
Zhao Changfu (pria), berusia 51 tahun di Kota Lingyuan, Provinsi Liaoning, meninggal pada tanggal 18 Juli 2023, empat bulan setelah ia selesai menjalani hukuman 4,5 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong.
Hukuman penjara bagi Zhao bermula dari penangkapannya pada tanggal 22 Agustus 2018. Kejaksaan dua kali mengembalikan kasusnya ke polisi dengan alasan bukti yang tidak mencukupi. Namun, polisi memalsukan lebih banyak bukti dan meyakinkan kejaksaan untuk mendakwanya pada tanggal 9 Mei 2019. Pengadilan setempat menjatuhkan hukuman 4,5 tahun penjara dengan denda 2.000 yuan beberapa minggu setelah sidang rahasia pada tanggal 5 Juni 2019.
Zhao mengalami penyiksaan brutal sejak hari penangkapannya, dan kesehatannya menurun drastis. Ia dirawat di rumah sakit beberapa kali selama masa penahanannya, tetapi pihak berwenang tidak pernah menyetujui permintaan keluarganya untuk membebaskannya dengan alasan kesehatan agar bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Kondisi Zhao memburuk pada akhir tahun 2021. Ia menjadi buta pada satu mata, dan penglihatannya kabur pada mata lainnya. Ia hanya bisa melihat benda dalam jarak sekitar satu meter dengan satu mata. Kakinya bengkak parah, dan betisnya mengeluarkan cairan. Dua rumah sakit lain di Shenyang lebih siap untuk menangani kondisinya, tetapi pihak berwenang hanya mengizinkannya untuk menggunakan Rumah Sakit No. 4 Kota Shenyang, yang saat itu sedang penuh sesak. Saat Zhao sedang menunggu tempat tidur, kondisi matanya semakin memburuk. Ia kemudian diizinkan untuk menjalani operasi mata di Rumah Sakit Mata He dengan biaya sendiri.
Setelah tempat tidur tersedia di Rumah Sakit No. 4 Kota Shenyang sekitar bulan April 2021, Zhao dirawat di sana, tetapi segera setelah kondisinya membaik, pihak berwenang memindahkannya ke Rumah Sakit Penjara Xinkang, tempat ia menjalani sisa hukuman penjaranya.
Ke mana pun ia dibawa, baik ke berbagai fasilitas penahanan atau rumah sakit, Zhao selalu diberi sejumlah besar suntikan atau pil, yang memiliki efek samping yang parah dan menyebabkan kerusakan pada tubuhnya. Seorang narapidana pernah melihat seorang perawat memberinya sejumlah besar pil dan memeriksanya setelah perawat itu pergi. Ia memberi tahu Zhao untuk tidak meminum pil tertentu karena ia pernah melihat sebelumnya dan tahu itu tidak baik untuk Zhao. Narapidana ini dulunya adalah seorang jaksa dan memiliki pengetahuan mendalam tentang bagaimana rezim tersebut menerapkan pemberian obat secara paksa sebagai sarana untuk menganiaya orang.
Setelah Zhao dibebaskan pada tanggal 21 Februari 2023, ia tidak pernah pulih, dan juga trauma karena takut istrinya, yang juga seorang praktisi Falun Gong, akan ditangkap lagi. Ia ditangkap bersamanya pada tanggal 22 Agustus 2018, tetapi dibebaskan lebih cepat, pada tanggal 30 Januari 2019. Sebelumnya, ia telah ditangkap beberapa kali selama bertahun-tahun, juga karena berlatih Falun Gong. Penderitaan fisiknya sendiri dan kecemasan tentang kesejahteraan istrinya akhirnya merenggut nyawanya pada tanggal 18 Juli 2023.
Kasus 5. Pria Berusia 78 Tahun Dibebaskan dari Penjara dalam Kondisi Kritis, Meninggal Tujuh Bulan Kemudian
Wang Zhongsheng (pria), mantan dosen senior di Kabupaten Xinbin, Provinsi Liaoning, jatuh ke dalam kondisi kritis saat menjalani hukuman empat tahun karena berlatih Falun Gong. Ia dibebaskan enam bulan lebih awal, pada tanggal 30 April 2024, namun meninggal tujuh bulan kemudian pada tanggal 16 November. Ia berusia 78 tahun.
Wang ditangkap dan rumahnya digeledah pada tanggal 1 November 2020. Ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan denda 4.000 yuan pada tanggal 26 April 2021.
Setelah Wang dibawa ke divisi ketiga Penjara Dongling, ia dipaksa duduk di bangku kecil selama berjam-jam dengan kondisi tidak bisa bergerak, yang menyebabkan bokongnya mengalami luka dan infeksi parah. Karena kondisi Wang terus memburuk, ia dibawa ke rumah sakit penjara untuk dirawat. Penjara membebaskannya pada tanggal 30 April 2024, enam bulan sebelum tanggal pembebasannya yang dijadwalkan.
Karena tekanan mental akibat penganiayaan, Wang berjuang untuk pulih setelah kembali ke rumah. Ia terjatuh pada bulan Oktober 2024 dan mengalami patah tulang paha. Ia meninggal beberapa minggu kemudian pada tanggal 16 November.
Istrinya, Wang Guilan, juga berulang kali menjadi sasaran karena berlatih Falun Gong. Ia meninggal dunia akibat penganiayaan tersebut pada bulan Desember 2019.
Kasus 6. Pria Berusia 66 Tahun Meninggal Saat Menjalani Hukuman 11 Tahun karena Menuntut Mantan Diktator Rezim Komunis
Yan Xuguang (pria), warga Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning, meninggal pada tanggal 16 Oktober 2024, saat menjalani hukuman 11 tahun penjara karena menggugat Jiang Zemin, mantan pemimpin rezim komunis Tiongkok yang memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong. Ia berusia 66 tahun.
Kembali pada bulan Mei 2015, Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan menerima semua kasus yang diajukan kepada mereka. Hal ini memicu gelombang tuntutan hukum pidana dari praktisi Falun Gong di seluruh dunia terhadap peran penting Jiang Zemin untuk memulai penganiayaan.
Satuan tugas dibentuk di Kota Chaoyang untuk mengadili praktisi Falun Gong yang menggugat Jiang. Lebih dari 300 praktisi ditangkap di Chaoyang pada tanggal 9 November 2015. Yan ditangkap oleh polisi saat mengendarai sepeda motor di jalan. Polisi menemukannya dengan cara melacak ponselnya.
Li Chao, pimpinan Biro Keamanan Publik Kota Chaoyang, memerintahkan kejaksaan dan pengadilan setempat untuk mempercepat proses penuntutan terhadap praktisi. Yan (pria), yang merupakan koordinator sukarelawan praktisi lokal, ditentukan sebagai target utama.
Di Pusat Penahanan Kota Chaoyang, Yan terjangkit penyakit menular. Meskipun kondisinya serius, polisi menolak melepaskannya dan memindahkannya ke Divisi Medis Pusat Penahanan Provinsi Liaoning. Mereka secara ketat mengontrol informasi mengenai kondisi medis Yan dan keberadaannya. Ketika keluarganya berhasil mengetahui tentang situasinya dan menanyai polisi tentang hal itu, polisi tidak menjawab secara langsung tetapi bertanya bagaimana mereka mengetahui situasinya.
Yan, saat ditahan di Divisi Medis Pusat Penahanan Provinsi Liaoning.
Pengadilan Distrik Shuangta menggelar sidang kasus Yan pada tanggal 19 Agustus 2016. Pengacaranya mengajukan pembelaan tidak bersalah untuknya. Meskipun jaksa Bao Lei dari Kejaksaan Distrik Shuangta gagal menghadirkan bukti apa pun yang menunjukkan bagaimana Yan telah melanggar hukum, ketua hakim Zhang Xiaohua tetap menjatuhkan hukuman 11 tahun penjara kepadanya. Ia kemudian dipindahkan ke divisi untuk orang tua dan orang sakit di Penjara Pertama Shenyang.
Ketika keluarga Yan berkunjung pada bulan Oktober 2023, ia masih dalam keadaan baik. Mereka tidak berkunjung selama setahun setelah itu. (Tidak jelas apakah mereka sendiri yang tidak dapat berkunjung, atau apakah penjara menolak kunjungan keluarganya.) Pada tanggal 12 Oktober 2024, mereka tiba-tiba menerima telepon dari penjara, yang mengatakan bahwa Yan dalam kondisi kritis. Ketika keluarganya bergegas ke Rumah Sakit Kesepuluh Shenyang, Yan sudah tidak sadar.
Penjara menyetujui pembebasan bersyarat medis Yan dua hari kemudian. Ia dibawa kembali ke Kota Chaoyang dengan ambulans dan dirawat di Rumah Sakit Tuberkulosis Chaoyang. Ia meninggal dua hari kemudian pada tanggal 16 Oktober.
Beberapa Kasus Penyiksaan
Kasus 1. Zhang Chuanwen (wanita) Kehilangan Empat Gigi dan Mengalami Syok Setelah Dipukuli Secara Brutal di Penjara
Zhang Chuanwen (wanita) dari Kabupaten Qingyuan, Provinsi Liaoning dimasukkan ke Penjara Wanita Provinsi Liaoning di Shenyang pada tanggal 26 Juli 2023 untuk menjalani hukuman 3,5 tahun. Seorang informan mengungkapkan bahwa ia ditempatkan di Divisi 12 pada tanggal 1 Agustus 2023. Para penjaga dan narapidana di sana tidak mengizinkannya tidur dan memerintahkannya untuk tetap berdiri dan menonton video yang memfitnah Falun Gong. Ia menolak untuk patuh dan dipukuli serta dimaki-maki. Ia kehilangan empat gigi dan mengalami syok akibat pemukulan tersebut. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter mendiagnosis ia menderita penyakit jantung.
Namun, para penjaga tidak memberi tahunya tentang diagnosisnya dan membawanya kembali ke penjara tanpa memberi perawatan medis lebih lanjut kepadanya. Selama tiga bulan berikutnya, ia hanya diizinkan tidur selama dua atau tiga jam setiap hari, dan sisa waktunya dihabiskan dengan duduk di bangku kecil dengan kondisi tidak bisa bergerak.
Ketika keluarga Zhang akhirnya diizinkan untuk mengunjunginya secara virtual pada akhir Oktober 2023, ia tidak berani memberi tahu mereka tentang pelecehan yang dialaminya. Ia dipindahkan ke Divisi 5 pada akhir Desember 2023. Para penjaga di sana memaksanya untuk melakukan kerja keras selama berjam-jam setiap hari. Ia merasa pusing dan sesak di dadanya. Ketua tim Wang Zhuo dan An Xinlei melecehkannya secara verbal, dan para narapidana yang mengawasinya menyingkirkan kasurnya dan tidak mengizinkannya untuk duduk.
Kasus 2. Kunjungan Keluarga untuk Wang Jinfeng (wanita) Ditolak Selama Lebih dari Sembilan Bulan di Penjara
Wang Jinfeng, warga Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, berusia 64 tahun, telah menjadi korban berbagai bentuk penganiayaan sejak ia masuk penjara pada bulan Maret 2023 untuk menjalani hukuman empat tahun karena keyakinannya pada Falun Gong. Para penjaga penjara sengaja membatasi makanannya setiap hari. Ia menjadi kurus kering dan berada dalam kondisi yang tidak menentu. Keluarganya tidak diperbolehkan berkomunikasi dengannya selama lebih dari sembilan bulan.
Setelah Wang ditempatkan di Tim Empat Divisi Sepuluh, para penjaga memerintahkan para narapidana untuk menyiksanya dalam upaya membuatnya melepaskan keyakinannya. Para narapidana pernah menutup mulutnya dengan lakban dan ia hampir mati lemas.
Pada bulan September 2023, Wang menolak untuk memenuhi permintaan yang tidak masuk akal di akhir hari kerja dan dua narapidana memegang erat lengannya sementara narapidana ketiga menjambak rambutnya dan menarik kepalanya ke atas. Narapidana keempat mengutuk tiga narapidana pertama karena telah menyiksanya. Lu Wei, kepala Bangsal Sepuluh, melihat apa yang terjadi tetapi ia malah mencaci-maki Wang, tapi bukan mendisiplinkan ketiga narapidana tersebut.
Karena Wang tetap teguh dalam keyakinannya, para penjaga tidak mengizinkannya berkomunikasi dengan keluarganya atau membeli kebutuhan sehari-hari. Untuk menghukumnya lebih lanjut, mereka mulai membatasi konsumsi makanannya sekitar tiga atau empat bulan yang lalu. Kadang-kadang mereka bahkan tidak memberinya makanan apa pun kepadanya.
Kasus 3. Guo Peilu (wanita) Menjadi Korban Penyiksaan Berdiri dan Cuci Otak
Guo Peilu dipindahkan ke divisi ke-12 di Penjara Wanita Provinsi Liaoning enam hari setelah ia masuk pada tanggal 28 Maret 2023. Ia dimasukkan ke dalam sel isolasi, di mana dua hingga empat orang narapidana bergantian memaki dan melecehkannya secara verbal. Mereka menyuruhnya berdiri diam selama berjam-jam dan tidak mengizinkannya pergi ke kamar mandi. Ia dipaksa menonton video yang memfitnah Falun Gong dan tidak diizinkan tidur atau memejamkan mata. Ketika ia tidak dapat berdiri lagi, para narapidana menopangnya dan memaksanya untuk terus menonton video tersebut. Ia mengalami syok akibat pelecehan tersebut, dan kakinya bengkak parah. Ia pernah memiliki lima ribu yuan di rekening penjaranya, tetapi uang itu lenyap.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2025 Minghui.org