(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa (Falun Gong) sebelum Partai Komunis Tiongkok (PKT) memulai penganiayaan pada bulan Juli 1999. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, saya telah berkultivasi dengan mantap di bawah perlindungan dan bimbingan Guru. Saya sangat bersyukur atas Dafa dan penyelamatan Guru yang penuh belas kasih.

Saya ingin menceritakan beberapa pengalaman kultivasi saya dan berharap ini dapat menjadi laporan kemajuan kepada Guru dan bisa berbagi dengan rekan-rekan praktisi. Mohon tunjukkan jika ada yang tidak sejalan dengan Fa.

Menahan Penyakit yang Menyakitkan

Saya adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan sering minum obat serta disuntik. Ketika masih di sekolah dasar, saya menderita penyakit kulit yang mengganggu saya selama beberapa dekade. Lepuhan gatal pertama kali muncul di tangan dan kaki saya. Lepuhan tersebut terbuka dan berdarah, lalu kulit terkelupas selapis demi selapis. Rasanya sangat menyakitkan. Saya mencoba berbagai pengobatan, tetapi tidak ada yang berhasil.

Saya juga mengalami sembelit parah. Kaki saya mati rasa dan seluruh tubuh saya gemetar karena kelelahan dan rasa sakit ketika saya mencoba buang air besar. Saking parahnya, terkadang saya berharap bisa mati sambil berkata pada diri sendiri, “Biarkan saya mati saja. Saya tidak tahan lagi.” Ibu saya tidak tega melihat saya menderita. Dia mencoba mengeluarkan feses dengan jarinya, tetapi malah menyebabkan kulit saya berdarah dan rasa sakit yang luar biasa. Suatu Malam pada Tahun Baru Imlek, keluarga saya berkumpul untuk merayakannya tetapi saya menderita sendirian di kamar mandi.

Selama tahun pertama kuliah, saya mulai mengalami masalah perut yang semakin parah. Hanya beberapa suap makanan saja membuat saya merasa kembung dan memicu produksi asam lambung berlebih. Saya mencoba berbagai pengobatan tetapi tidak ada yang berhasil. Untuk mengalihkan perhatian saya dari rasa sakit dan ketidaknyamanan, ibu saya menggendong saya dan mengajak saya berjalan-jalan. Melihat betapa banyak waktu dan energi yang dihabiskan orang tua saya untuk merawat saya, kerabat saya menjuluki saya “Xiao Duo (Si Kecil yang Berlebihan)”. Tak lama setelah lulus dan mulai mengajar, suatu pagi saya pingsan di kantor. Rekan kerja saya panik dan menelepon orang tua saya. Ibu saya datang dan membawa saya ke rumah sakit.

Mereka Baik dan Terhormat

Dua rekan kerja saya sangat menonjol dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya dengan perilaku dan etos kerja mereka. Sebelum setiap hari raya besar, sekolah kami membeli truk-truk berisi hasil bumi atau daging musiman untuk dibagikan kepada para karyawan. Semua orang berebut mendapatkan bungkusan yang lebih besar dan lebih baik. Jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka marah dan mengeluh. Beberapa bahkan menjadi begitu marah hingga terlibat pertengkaran sengit.

Namun, kedua rekan kerja ini tidak bersaing atau berdebat. Mereka akan berkata, “Itu terlalu banyak untuk keluarga saya. Saya tidak masalah dengan yang lebih kecil.” Atau mereka hanya akan dengan sabar menunggu sampai semua orang mendapatkan pilihan mereka, lalu mereka akan mengambil sisanya. Saya mengagumi karakter mereka yang luar biasa, yang sangat berbeda dari yang lain. Mereka baik dan terhormat.

Mereka memberi tahu saya bahwa mereka berlatih Falun Dafa. Saya mengenal mereka lebih baik dan mengetahui bahwa keduanya dulunya memiliki kesehatan yang buruk. Salah seorang dari mereka menderita tumor hati dan yang lainnya menderita berbagai penyakit tetapi keduanya pulih melalui kultivasi. Saya iri pada mereka karena mereka sehat dan energik.

Selain kesehatan yang baik, kinerja kedua rekan kerja ini di tempat kerja bahkan lebih mengesankan. Guru-guru lain secara rutin memarahi, mengkritik, dan mencemooh murid-murid mereka. Beberapa bahkan menggunakan hinaan, mempermalukan, dan hukuman fisik untuk mendisiplinkan murid-murid. Saya juga bersikap tenang di depan murid-murid saya tetapi ternyata itu tidak efektif dalam hal manajemen kelas.

Namun, kedua rekan kerja praktisi itu selalu tersenyum. Mereka tidak mengkritik atau mencemooh murid-murid mereka, tetapi murid-murid mereka selalu berperilaku baik dan mendapat nilai bagus. Anak-anak menyukai dan menghormati guru-guru ini dan orang tua memercayai mereka. Kepala sekolah kami memuji mereka. Saya berpikir, “Wah! Falun Dafa luar biasa. Bisakah saya menghasilkan murid-murid terbaik tanpa berteriak atau memukul?” Saya penasaran dengan latihan ini dan ingin mencobanya. Dengan bantuan rekan kerja, saya mulai berlatih Falun Dafa.

Guru Memberi Saya Perut Baru

Pertama kali membuka buku Zhuan Falun, saya benar-benar terpikat dan membacanya dari awal hingga akhir. Seiring saya terus belajar Fa, saya memahami dari mana manusia berasal dan memahami tujuan hidup. Saya memahami tujuan hidup yang sebenarnya adalah untuk kembali ke jati diri dan kembali ke rumah di langit. Saya mulai mempraktikkan prinsip-prinsip Dafa, Zhen Shan Ren (Sejati-Baik-Sabar), dalam kehidupan sehari-hari dan memegang teguh standar yang tinggi. Setiap kali konflik muncul, saya mencari ke dalam untuk memeriksa diri sendiri dan memperbaiki diri. Seiring karakter saya perlahan membaik, tubuh saya mengalami perubahan yang luar biasa.

Suatu hari, setelah makan siang di kantin sekolah, banyak rekan kerja saya mengalami gejala keracunan makanan. Mereka muntah atau diare, atau keduanya, dan beberapa bahkan demam. Ketika yang lain bertanya tentang hal itu keesokan harinya, saya tidak tahu karena saya baik-baik saja. Saya makan di kantin seperti orang lain. Bahkan, saya mungkin makan siang lebih banyak hari itu. Jika ini terjadi sebelum saya mulai berlatih Dafa, saya akan menjadi orang pertama yang sakit. Saya tahu bahwa Guru memberi saya perut yang baru.

Selain masalah perut saya, sembelit kronis dan masalah kulit yang membandel saya pun sembuh. Saya tidak pernah membayangkan dalam sejuta tahun bahwa kulit saya bisa terlihat begitu sehat dan halus. Saya berusia 26 tahun tetapi sering disangka sebagai siswa SMP. Perubahan saya adalah bukti kekuatan Dafa yang luar biasa, dan disaksikan oleh teman-teman dan keluarga saya, dan semua orang di sekitar saya.

“Saya Berkultivasi Fa Lurus, Tidak Ada yang Boleh Mengganggu”

Saya menghadapi ujian berat segera setelah saya mulai berlatih. Orang tua saya beragama Buddha tetapi berlatih sejenis qigong. Mereka dengan keras menentang saya berlatih Falun Dafa. Mereka mencoba meyakinkan saya untuk berhenti dan mengatakan bahwa tidak boleh ada dua latihan dalam satu keluarga. Ketika saya menolak, mereka menjadi agresif dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika saya tidak berhenti berlatih Falun Dafa.

Mereka menendang pintu rumah saya dan berteriak-teriak dengan marah di lorong ketika saya belajar Fa atau melakukan latihan. Seolah-olah dirasuki setan, ibu saya yang lembut dan penuh kasih berubah total. Wajahnya memerah dan matanya melotot. Dia melempar dan menghancurkan barang-barang rumah tangga dan mengancam akan merobek buku-buku Dafa saya. Ketika saya tetap tidak terusik, dia menggertakkan giginya dan bergumam dengan nada mengancam, “Kamu mau berlatih? Langkahi mayat saya!”

Saya tahu bahwa itu adalah gangguan iblis dari dimensi lain yang menghalangi saya berkultivasi. Ini adalah ujian untuk melihat apakah saya bisa tetap teguh. Awalnya, saya menahan tangis setiap kali ibu saya mengamuk. Kemudian, saya menyadari, “Saya seharusnya tidak pasif. Saya sedang berkultivasi Fa yang lurus, tidak ada yang boleh mengganggu.” Saya perlu menjelaskan kepada orang tua saya bahwa saya serius dan bertekad untuk berkultivasi Dafa. Tidak ada yang bisa mengubah pikiran saya.

Saat orang tua saya mencoba menekan saya untuk melepaskan keyakinan saya, saya berkata kepada mereka, “Kalian berdua tahu seperti apa kesehatan saya sebelumnya. Setelah saya mulai berlatih Falun Dafa, semua penyakit saya sembuh. Kalian telah menyaksikannya. Apa salahnya mempraktikkan Zhen Shan Ren (Sejati-Baik-Sabar) dan menjadi orang baik?

“Para biksu Buddha pada masa Shakyamuni melepaskan semua keinginan duniawi, nama, dan kepentingan pribadi. Mereka bahkan meninggalkan kehidupan berkeluarga dan berkultivasi di pegunungan dan hutan. Saya seorang praktisi Dafa. Saya juga bisa melepaskan semuanya. Penentangan kalian tidak akan mengubah pikiran saya. Saya akan berlatih Falun Dafa apa pun yang terjadi. Jika saya tidak bisa berlatih di sini, saya akan pergi. Saya tidak peduli jika saya tunawisma. Saya bisa melepaskan apa pun, tetapi saya tidak akan pernah berhenti berlatih Falun Dafa.” Melihat betapa teguhnya tekad saya, orang tua saya akhirnya mengalah dan tidak lagi mengganggu saya. Mereka bahkan mengingatkan saya untuk berhati-hati dan menjaga keselamatan setelah penganiayaan dimulai. Sebagai balasannya, keluarga saya mendapatkan manfaat yang luar biasa dari latihan saya.

Putra Saya

Melalui belajar Fa, saya memahami bahwa sebagai praktisi Dafa, keluarga, teman, rekan kerja, dan semua orang di sekitar kita adalah makhluk hidup yang perlu diselamatkan. Mereka masing-masing memainkan peran yang berbeda dalam hidup kita karena takdir pertemuan mereka yang unik dengan kita. Anak-anak kita adalah praktisi kecil yang telah diatur oleh Guru untuk hadir dalam hidup kita dan memperoleh Fa melalui kita.

Putra saya tidak pernah suka ketika orang lain bergosip di sekitarnya, bahkan saat dia masih bayi. Begitu orang-orang mulai mengeluh atau membicarakan orang lain di belakang mereka, dia menjadi sangat kesal. Ketika orang-orang hanya berkunjung atau mengobrol biasa, dia merasa puas dan bermain sendiri dengan tenang. Sepertinya, sisi yang mengerti dari dirinya menghindari kontaminasi oleh pikiran dan konsep negatif dari dunia manusia. Itu juga caranya mengingatkan kita untuk tidak bergosip.

Ketika dia baru mulai berbicara, dia sering bertanya, “Bu. Buku Dafa. Bacalah!” Permintaan sederhana ini seringkali membuat saya menitikkan air mata dan mengingatkan saya akan tanggung jawab khusus saya dalam mengajar dan membimbingnya. Saya tidak boleh mengecewakannya karena dia datang kepada saya karena takdir pertemuan yang suci. Ini juga berarti bahwa dia meminta saya untuk belajar Fa dengan tekun, bukan mencari kenyamanan dan bermalas-malasan.

Sekarang setelah dia lebih besar, putra saya dan saya menjadi tim yang hebat dalam membagikan brosur klarifikasi fakta. Ketika kami bertemu orang-orang di masa lalu, saya akan mengamati mereka dan menilai apakah mereka terlihat seperti orang baik, jika demikian, saya akan berbicara kepada mereka tentang Dafa dan menawarkan brosur kepada mereka. Namun, putra saya tidak mendiskriminasi siapa pun. Tanpa rasa takut, dia membagikan brosur Dafa dengan cara yang jujur dan bermartabat.

Ketika saya memberikan brosur kepada seorang pria, dia enggan menerimanya. Namun, ketika putra saya mengulurkan brosur itu dengan hormat menggunakan kedua tangannya, saya tahu bahwa dia tersentuh. Pria itu mengambil brosur itu dan menyimpannya dengan hati-hati. Putra saya juga membagikan banyak brosur kepada anak-anak seusianya. Dia bagaikan cermin yang di dalamnya saya melihat keterikatan saya pada rasa takut, bias diskriminatif, dan upaya egois saya untuk melindungi diri dan reputasi saya. Saya tahu bahwa hal-hal ini tidak mencerminkan jati diri saya yang sebenarnya dan saya harus menyingkirkannya. Setiap hari, saya berusaha untuk berkultivasi dengan tekun bersama praktisi kecil ini.

Mengatasi Kebencian terhadap Suami

Suami saya sering bepergian untuk bekerja sehingga dia jarang di rumah. Ketika putra saya masih kecil, saya biasanya mengurus anak dan rumah sendirian. Meskipun keluarga saya membantu, itu tetap saja berat bagi saya. Saya membencinya dan sering kali mempermasalahkannya karena hal-hal sepele. Saya merasa bahwa dia berutang budi kepada saya dan saya ingin mengendalikannya. Melalui belajar Fa dan introspeksi, saya menemukan banyak keterikatan, termasuk sentimentalitas saya yang berlebihan terhadap suami. Ini bukanlah cara seorang kultivator seharusnya bersikap. Saya menuntut orang lain untuk memperlakukan saya dengan cara tertentu, tetapi begitu saya harus berbuat lebih banyak untuk mereka, saya malah mengeluh. Saya merasa getir dan iri. Bukankah ini keegoisan? Bukankah ini sepenuhnya bertolak belakang dengan prinsip alam semesta Sejati-Baik-Sabar?

Saya seorang praktisi Dafa. Saya seharusnya tidak mencari keuntungan kecil di dunia manusia ini. Mengapa saya masih berpegang teguh pada pikiran-pikiran kotor ini? Saya bersyukur kepada Guru karena telah mengatur kesempatan ini dan membantu saya menemukan keterikatan saya. Saya perlu berusaha melepaskannya agar saya dapat meningkatkan diri dan menjadi seorang kultivator Falun Dafa sejati.

Menengok kembali perjalanan kultivasi saya selama lebih dari 20 tahun terakhir, saya tidak akan mencapai kemajuan tanpa Guru yang dengan penuh kasih mengawasi dan membimbing saya. Karena pelurusan Fa akan segera berakhir, di masa krusial penyelamatan makhluk hidup ini, sebagai seorang praktisi, saya tidak bisa egois bersembunyi di rumah dan menikmati manfaat yang saya peroleh dari Dafa. Saya harus lebih tekun mengultivasi diri dan berusaha sebaik mungkin untuk mengklarifikasi fakta dan membantu Guru menyelamatkan makhluk hidup. Saya berharap dapat membantu lebih banyak orang memahami kebohongan PKT dan memilih masa depan yang cerah bagi diri mereka sendiri.

Terima kasih, Guru.