(Minghui.org) - Salam hormat kepada Shifu,
Dan Salam hormat kepada teman – teman praktisi,

Saya adalah seorang praktisi dari Bali. Saya pertama kali mendengar nama Falun Dafa pada tahun 2002. Saat itu seorang teman yang menjadi praktisi Falun Dafa mengatakan pada saya : “Kalau kamu ingin sehat maka ikutlah berlatih Falun Dafa”. Saat itu saya tidak begitu memperhatikan ucapan teman saya tersebut. Sampai akhirnya pada tanggal 1 Pebruari 2007. Ketika saya jalan – jalan dilapangan Bajra Sandhi Denpasar, saya melihat sekelompok orang berbaju kuning sedang berlatih senam diteras timur monumen Bajra Sandhi. Saya berpikir apakah ini Falun Dafa sebagaimana yang dimaksud oleh teman saya pada tahun 2002 tersebut. Saya lalu mendekat memasuki arena orang – orang yang sedang berlatih. Saya kemudian didekati oleh salah seorang praktisi, dan ketika saya mengatakan bahwa saya berminat untuk ikut latihan, praktisi tersebut langsung melatih saya. Mulai saat itu saya lalu menekuni latihan Falun Dafa.

Nama saya : Nyoman Liper. Umur saya saat ini 63 tahun. Pendidikan saya hanya sampai di Sekolah Rakyat enam tahun, sekolah yang sederajat dengan Sekolah Dasar yang sekarang. Saya adalah pensiunan pegawai Telkom. Status saya di Telkom adalah Sopir. Status ini saya jalani sejak awal menjadi pegawai sampai dengan saya pensiun, lebih kurang selama 27 tahun. Tugas saya pada awalnya adalah melayani para karyawan yang melakukan dinas keluar kota. Kemudian oleh perusasahaan saya ditugaskan untuk melayani para pejabat Telkom, baik pejabat tertinggi di Telkom Bali maupun pejabat – pejabat Kantor Pusat yang kebetulan datang berkunjung ke Bali. Saya tidak hanya terbatas melayani pejabat-pejabat Telkom tersebut saja, tetapi juga keluarganya, istrinya, anak-anaknya dan juga orang tuanya.

Status saya sebagai sopir pejabat, menempatkan diri saya harus selalu sadar dengan status saya. Saya harus setiap saat sadar, bahwa status dan pendidikan saya rentangnya sangat jauh dengan status dan pendidikan pejabat yang saya layani. Saya harus bisa menempatkan diri agar tidak menyinggung perasaan pejabat yang saya layani. Saya harus berlaku sopan, seringkali harus ekstra sopan. Malah kadang – kadang terkesan bahwa saya sepertinya orang yang rendah diri. Selama dua puluh tujuh tahun saya harus berlaku seperti itu. Dan ternyata ini berpengaruh pada karakter saya. Saya telah terbentuk menjadi orang yang kurang percaya diri dan peragu. Karakter seperti ini juga muncul saat saya berhadapan dengan orang-orang di masyarakat luas.

Setelah saya menjadi praktisi saya berusaha agar setiap hari berlatih. Saya juga berusaha belajar Fa serajin mungkin, dan saya masuk dalam kelompok belajar Fa yang ada ditempat saya berlatih. Dari belajar berkelompok tersebut saya memperoleh pemahaman bahwa disamping kita belajar, berlatih, dan Zheng Nian, masih ada satu lagi kewajiban yang harus dijalani seorang praktisi pada masa Pelurusan Fa ini yakni melakukan klarifikasi.

Pertama kali saya melakukan klarifikasi adalah pada waktu diadakan kegiatan klarifikasi secara berkelompok. Pada kegiatan itu kami melakukan klarifikasi dari satu toko ketoko disepanjang jalan – jalan utama dikota Denpasar. Kami tidak hanya berklarifikasi memperkenalkan Falun Dafa saja, tetapi juga disertai dengan memohon dukungan dari orang – orang yang diklarifikasi. Dukungan dari mereka diwujudkan dalam bentuk tanda tangan diatas Formulir Petisi Sejuta Tanda Tangan Global. Isi petisi tersebut meminta agar rejim Komunis China menghentikan penyiksaan terhadap praktisi Falun Gong sebelum pesta Olimpiade berlangsung.

Klarifikasi dilakukan berkelompok. Masing – masing kelompok terdiri dari paling sedikit dari dua orang praktisi. Saya satu kelompok dengan seorang praktisi yang sepertinya belum begitu berpengalaman melakukan klarifikasi. Saat itulah muncul kembali karakter saya yang tidak percaya diri. Saya merasa ragu apakah saya akan mampu melakukan klarifikasi. Namun mungkin karena ada teman pendamping, akhirnya saya berpikir, saya harus menunjukkan pada teman saya, bahwa saya mampu melakukan klarifikasi. Saya menghapus keragu – raguan saya, dan dengan kemampuan yang seadanya saya melakukan klarifikasi dari satu toko ketoko yang lain.

Dengan tersendat – sendat kami berpindah dari satu toko ketoko berikutnya. Akhirnya pekerjaan klarifikasi dapat kami selesaikan. Hasilnya menurut pendapat saya tidak terlalu menggembirakan, saya merasa tidak memperoleh dukungan tandatangan yang maksimal dari orang – orang yang kami temui. Selesai berklarifikasi, saya duduk dengan hati yang tenang. Saya mengingat – ingat kembali pekerjaan klarifikasi yang baru saja selesai saya lakukan. Saya merasa telah melakukan pekerjaan yang cukup besar dalam hidup saya. Dan tiba – tiba saja saya tersadar, bahwa barusan telah terjadi keanehan yang terjadi pada diri saya. Saya ternyata mampu menghadapi orang – orang dengan hati yang ringan saat berklarifikasi. Dafa begitu agung, ia telah memberi kekuatan dan keberanian pada diri saya. Saya yakin, saya tidak akan mungkin melakukan pekerjaan semacam ini jika dilakukan sebelum saya berkultifasi Falun Dafa.

Klarifikasi berikutnya juga dilakukan secara berkelompok. Klarifikasi kali ini dilakukan pada para pejabat Pemerintah dan disertai dengan mengumpulkan tanda tangan mereka. Setiap pejabat diharapkan untuk memberikan dukungan tandatangan dalam satu formulir, tidak berkelompok seperti saat klarifikasi yang saya lakukan sebelumnya. Kami menyebut formulir petisi ini Petisi VIP. Bagi saya klarifikasi yang harus saya jalani kali ini adalah klarifikasi yang sangat luar biasa. Betapa tidak, saya diminta melakukan klarifikasi sendirian kepada para pejabat, tanpa didampingi seorang temanpun. Ya harus sendirian.

Saya betul – betul terkejut diberi tugas ini. Lebih – lebih teman – teman bercerita bahwa melakukan klarifikasi pada para pejabat sangat sulit. Sulit untuk bertemu dan juga sulit untuk mendapatkan tanda tangan. Tiba – tiba saja saya merasa diri saya menjadi kecil. Saya merasa diri saya seperti kembali menjadi sopir yang melayani pejabat. Saya merasa takut, ragu – ragu dan tidak percaya diri.

Mungkin Koordinator Klarifikasi bisa menangkap ketakutan dan keraguan yang terpancar pada wajah saya. Ia langsung mencoba memompa keberanian saya. Dan pada saat berikutnya ia menunjukkan Ceramah Shifu di New York 20 April 2003. Diceramah itu Shifu mengatakan : “Saya sering mengatakan, kita tidak mengejar perolehan atau kehilangan dalam dunia, bukankah demikian? Saya melakukan suatu hal paling mengutamakan proses, karena didalam proses tersebut dapat membuat orang-orang mengenal fakta sebenarnya, didalam proses dapat menyelamatkan orang-orang di dunia, didalam proses dapat menyingkap fakta sebenarnya”. Dari ceramah ini saya memperoleh pemahaman, bahwa dalam melakukan pekerjaan Dafa yang paling penting adalah melakukan proses atas pekerjaan itu sendiri, dan jangan terikat akan hasil dari pekerjaan tersebut. Ceramah ini tiba – tiba saja mengungkap latar belakang rasa takut yang tumbuh pada diri saya. Ya, saya sebenarnya takut karena merasa tidak akan mampu untuk memperoleh tanda tangan para pejabat. Saya kemudian berpikir, jika Shifu mengatakan yang terpenting adalah proses, lalu apa yang mesti saya takutkan?

Ia juga menunjukkan ceramah yang lain, yakni ceramah Shifu di Sanfransisco 5 Nopember 2005. Disitu tertulis : “Hadapi semua yang ada di depan mata anda selayaknya orang Xiulian, maka apapun dapat berhasil dilewati (tepuk tangan). Anda seyogianya berpikir, jika seorang Dewa menghadapi masalah seperti ini bagaimana dia menyikapi? Di saat anda tidak berhasil melewati, maka anda cobalah berpikir secara demikian, anda lewati secara demikian, sikapilah secara demikian.

Cuplikan ceramah ini begitu luar biasa. Ceramah ini mampu menghapus keraguan saya dan menumbuhkan rasa percaya diri saya. Ya saya adalah orang xiulian, saya tidak semestinya berkarakter ragu dan tidak percaya diri.

Oleh koordinator klarifikasi saya diberi tugas untuk melakukan klarifikasi pada lima orang Pejabat. Hari pertama saya menghadap Kepala Kantor Keluarga Berencana dan Kepala Kantor Statistik. Saat saya datang saya tidak bisa bertemu mereka, karena mereka sedang dinas luar. Kepada Kepala Bagian Tata Usaha Kantor tersebut saya mengatakan bahwa saya akan kembali esok hari. Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Statistik malah menawarkan pada saya untuk menitipkan Brosur dan Petisi Sejuta Tanda Tangan kepadanya. Ia berjanji akan menyerahkannya jika Kepala Kantor Statistik sudah datang dari dinas luar. Saya setuju dan meyerahkan Brosur, Jurnal dan Formulir Petisi kepada beliau.

Keesokan harinya pertama – tama saya menghadap Kepala Kantor Statistik. Kepada beliau saya menguraikan apa itu Falun Dafa, bahwa Falun Dafa mampu menyehatkan tubuh dan membentuk orang menjadi baik. Saya juga menginformasikan bahwa praktisi Falun Dafa yang di China sampai saat ini masih juga ditindas, semata - mata karena Partai Komunis China merasa takut kekuasaannya akan terancam jika Falun Dafa dibiarkan terus berkembang. Saya kemudian menyampaikan permohonan pada beliau, untuk bersedia mendukung penghentian penindasan terhadap praktisi Falun Dafa di China, dengan membubuhkan tandatangan beliau pada formulir Petisi VIP.

Sambil tersenyum beliau berkata : “Saya sudah sering kali membaca tentang Falun Dafa, dan saya bersimpati dengan perjuangan anda untuk menghentikan penindasan terhadap praktisi Falun Dafa di China. Petisinya sudah saya tanda tangani kemarin dan sekarang Bapak bisa minta pada Kepala Bagian Tata Usaha saya”. Saya kaget mendengar ucapan beliau, begitu gampang beliau membubuhkan tandatangannya. Saya kemudian mengucapkan terimakasih dan mengambil Petisi tersebut. Saya melihat ke Formulir Petisi VIP, ternyata beliau juga menulis Jabatan beliau. Luar biasa.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Statistik. Beliau juga bersimpati dengan perjuangan praktisi Falun Dafa untuk menghentikan penindasan terhadap praktisi Falun Dafa di China, dan menanda tangani formalir Petisi VIP yang saya sodorkan pada beliau.

Selanjutnya saya ke Kantor Keluarga Berencana. Kepala Kantor menerima saya. Seperti biasa, saya menjelaskan Falun Dafa dan penindasan terhadap praktisi Falun Dafa di China, dan memohon dukungan tanda tangan beliau. Beliau bisa menerima apa yang saya jelaskan, tetapi beliau mengatakan bahwa tidak bisa memberi tanda tangan, karena tanda tangan beliau hanya untuk kegiatan yang berhubungan dengan kantornya saja. Saya menjawab bahwa tidak menjadi masalah, pemberian tandatangan adalah bersifat sukarela, dan saya tetap mengucapkan terimakasih atas waktu yang diluangkan beliau untuk saya.

Pejabat berikutnya yang harus saya temui adalah Camat Denpasar Barat, Kapolsek Denpasar Utara dan Danramil Denpasar Barat. Kepada bapak Camat seperti biasa saya jelaskan hal – hal yang menyangkut Falun Dafa dan saya juga mohon dukungan tandatangan beliau. Saat beliau membaca petisi, saya sempat memancarkan Zheng Nian. Tanpa saya duga beliau menandatangani Petisi. Beliau lalu menyerahkan Petisi tersebut pada saya, dan karena beliau belum mengisi nama dan Jabatan maka saya menghubungi staf beliau. Mereka lalu melengkapinya dengan nama dan Jabatan Camat dan membubuhkan stempel diatasnya.

Menemui Kapolsek saya tidak menemui kesulitan. Setelah saya menjelaskan maksud kedatangan saya, dan setelah kami berdialog, saya menyodorkan formulir Petisi VIP. Beliau membacanya dan secara spontan beliau membubuhkan tandatangannya beserta Jabatannya. Saya betul – betul kaget, beliau begitu gampang membubuhkan tandatangannya.

Selesai di Kapolsek saya melanjutkan perjalanan saya ke Koramil. Saya tidak bisa bertemu beliau karena beliau sedang dinas luar. Demikian juga hari berikutnya. Baru pada hari ketiga saya bisa bertemu dengan beliau. Beliau menyambut saya dengan begitu simpatik. Beliau mengajak saya ngobrol dengan ramah, dan setelah saya selesai menjelaskan maksud kedatangan saya beliau berkata : “Kapolsek dan Camat menelpon saya. Kami bertiga baru saja melakukan koordinasi dan menyimpulkan, bahwa untuk menandatangani petisi, kami semestinya berkonsultasi dulu kepada atasan kami masing – masing. Dan maaf saya tidak bisa memberi tanda tangan, dan sesuai dengan pesan pak Camat dan Kapolsek, mohon petisi yang ditandatangani oleh beliau dikembalikan melalui saya”. Saya kaget, saya tidak bisa berkata apa-apa, dan tidak mungkin untuk menolak permintaannya. Formulir VIP dari Camat dan Kapolsek saya serahkan pada beliau.

Keluar dari kantor Koramil, diatas sepeda motor yang saya naiki untuk pulang, saya terus menerus bertanya dalam hati. Kenapa mereka berbuat seperti itu?. Kenapa mereka begitu gampang untuk menarik kembali dukungannya pada praktisi Falun Dafa yang tertindas?. Saya akhirnya menyimpulkan, alasan satu – satunya mereka melakukan hal seperti itu adalah karena mereka manusia biasa. Ya, karena mereka manusia biasa. Manusia biasa sangat kuat keterikatannya pada nama dan kepentingan. Mereka menjadi takut tanpa alasan yang jelas, takut kalau tandatangan mereka pada Petisi bisa berdampak pada kehilangan jabatan. Ketakutan mereka demikian kuat, sampai-sampai mereka terpaksa mengingkari nuraninya.

Saya sebenarnya menyayangkan sikap mereka yang tidak konsisten dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi saya tidak terlalu mempersoalkannya. Bagi saya yang terpenting bukanlah tandatangan mereka, tetapi saya telah menjelaskan dengan panjang lebar tentang Falun Dafa dan penindasan yang terjadi di China. Saya telah melakukan proses klarifikasi sebagaimana yang diwajibkan pada saya. Seperti yang diajarkan oleh Shifu, saya telah melakukan proses dan saya tidak perlu terikat dengan hasil.

Demikian pengalaman saya, jika ada yang salah mohon diluruskan.

Denpasar, 29 Juni 2008