Fahui China Ι Bunga-Bunga Lotus Bermekaran Di Dalam Api
(Minghui.org)
Umur saya menginjak akhir 20-an ketika mulai berlatih Falun Gong
pada musim semi tahun 1996. Lebih dari 14 tahun saya mengikuti
permintaan Guru menyelamatkan makhluk hidup dan menjelaskan kepada
semua orang mengapa penganiayaan itu salah. Saya juga menyaksikan
usaha-usaha para praktisi membuktikan Fa.
Saya dilahirkan di dalam keluarga
intelek, dan banyak leluhur saya yang percaya pada Buddha. Saya
suka membaca. Meskipun didikan Partai Komunis China (PKC) yang saya
terima tidak mengakui adanya dewa-dewa, saya tidak setuju dan tidak
berpikir bahwa manusia hasil evolusi dari kera. Sejak SMA saya
sudah mencari arti kehidupan sebenarnya. Orang-orang yang mencari
ketenaran dan keuntungan saya pikir mereka tidak bisa melihat jauh
ke depan.
Salah seorang sepupu saya memperkenalkan Falun Dafa. Saya sangat bergairah setelah mempelajari metode kultivasi ini, sehingga hanya kultivasi yang saya lakukan untuk mengisi waktu luang saya. Begitulah, ketika penganiayaan dimulai, saya mengunjungi badan-badan pemerintah lokal melakukan klarifikasi fakta tentang Falun Dafa. Kemudian saya juga pergi ke Beijing ke instansi yang lebih tinggi berbicara tentang Falun Dafa. Berkali-kali saya ditangkap dan pernah dimasukkan ke penjara seperti para praktisi lainnya.
Menghadapi Ujian Pertama
Setelah 20 Juli 1999, penganiayaan dan pemfitnahan terhadap Falun Gong sangat mengganggu saya. Saya bicara kepada teman-teman praktisi tentang membentangkan spanduk di taman lokal pada hari tertentu. Pada hari yang ditentukan itu saya membawa spanduk dan menuju ke taman. Saya tunggu beberapa saat, tetapi tak seorangpun teman praktisi muncul. Saya putuskan memasang spanduk sendiri. Lalu saya memutar musik untuk latihan dan mulai melakukan latihan.
Banyak orang-orang berada di lapangan melakukan latihan Tai Chi, yang lainnya ada yang menari. Tidak begitu lama, datang kendaraan polisi, dan dua orang perwira polisi memaksa saya menuju ke kendaraan. Banyak orang yang menyaksikan. Ada seorang pria kira-kira berusia 50 tahunan berdiri dekat saya, hingga polisi mengira dia adalah teman praktisi saya dan juga ditangkap.
Perwira itu bertanya: “Apa kamu menderita sakit jiwa? Kamu tampaknya ingin sekali ditangkap.” Saya memberikan secarik kertas yang sudah saya beri tulisan alasan mengapa saya melakukan ini. Mereka membacanya lalu mengatakan: “Sepertinya kamu ini waras, dan yang kamu tulis itu bagus.”
Lalu mereka mulai menanyai orang yang mereka tangkap itu, tidak percaya bahwa dia hanya sedang melihat-lihat saja. Mereka tak percaya kalau saya hanya bekerja sendirian. Orang itu mengatakan tidak kenal dengan saya dan saya meyakinkan mereka. Namun kedua perwira itu tidak yakin. Sambil terisak-isak orang itu menjelaskan bahwa dia warga yang mematuhi hukum dan mendukung pemerintah. Baru perwira-perwira itu yakin dan melepaskannya
Guru mengatakan:
Salah seorang sepupu saya memperkenalkan Falun Dafa. Saya sangat bergairah setelah mempelajari metode kultivasi ini, sehingga hanya kultivasi yang saya lakukan untuk mengisi waktu luang saya. Begitulah, ketika penganiayaan dimulai, saya mengunjungi badan-badan pemerintah lokal melakukan klarifikasi fakta tentang Falun Dafa. Kemudian saya juga pergi ke Beijing ke instansi yang lebih tinggi berbicara tentang Falun Dafa. Berkali-kali saya ditangkap dan pernah dimasukkan ke penjara seperti para praktisi lainnya.
Menghadapi Ujian Pertama
Setelah 20 Juli 1999, penganiayaan dan pemfitnahan terhadap Falun Gong sangat mengganggu saya. Saya bicara kepada teman-teman praktisi tentang membentangkan spanduk di taman lokal pada hari tertentu. Pada hari yang ditentukan itu saya membawa spanduk dan menuju ke taman. Saya tunggu beberapa saat, tetapi tak seorangpun teman praktisi muncul. Saya putuskan memasang spanduk sendiri. Lalu saya memutar musik untuk latihan dan mulai melakukan latihan.
Banyak orang-orang berada di lapangan melakukan latihan Tai Chi, yang lainnya ada yang menari. Tidak begitu lama, datang kendaraan polisi, dan dua orang perwira polisi memaksa saya menuju ke kendaraan. Banyak orang yang menyaksikan. Ada seorang pria kira-kira berusia 50 tahunan berdiri dekat saya, hingga polisi mengira dia adalah teman praktisi saya dan juga ditangkap.
Perwira itu bertanya: “Apa kamu menderita sakit jiwa? Kamu tampaknya ingin sekali ditangkap.” Saya memberikan secarik kertas yang sudah saya beri tulisan alasan mengapa saya melakukan ini. Mereka membacanya lalu mengatakan: “Sepertinya kamu ini waras, dan yang kamu tulis itu bagus.”
Lalu mereka mulai menanyai orang yang mereka tangkap itu, tidak percaya bahwa dia hanya sedang melihat-lihat saja. Mereka tak percaya kalau saya hanya bekerja sendirian. Orang itu mengatakan tidak kenal dengan saya dan saya meyakinkan mereka. Namun kedua perwira itu tidak yakin. Sambil terisak-isak orang itu menjelaskan bahwa dia warga yang mematuhi hukum dan mendukung pemerintah. Baru perwira-perwira itu yakin dan melepaskannya
Guru mengatakan:
“Pengujian
yang dialami oleh seorang praktisi xiulian adalah pengujian yang
tak dapat ditahan oleh manusia biasa, oleh sebab itu dalam sejarah
yang dapat berkultivasi mencapai kesempurnaan tak seberapa
jumlahnya.” (“Posisi” dari Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju
II)
Mereka menahan saya selama 15
hari. Setelah pulang, saya mulai menyiapkan perjalanan ke Beijing
untuk memohon keadilan bagi Falun Dafa.
Menyaksikan Kekuatan Dafa
Saya ditangkap dan dipenjara selama tiga tahun karena tidak mau melepaskan kultivasi. Setelah dibebaskan, keluarga memutuskan pindah ke tempat lain, karena lingkungan setempat tidak toleran lagi.
Setelah pindah, saya kehilangan kontak dengan teman-teman praktisi. Saya sibuk menggemukkan diri, alih-alih belajar Fa. Kurangnya belajar Fa membawa saya pada suatu kecelakaan. Saya terjatuh, pinggang saya retak, kaki patah, dan pingsan. Ketika sadar saya sudah berada di rumah sakit. Dokter mengatakan, meski sudah dioperasi dan bisa sembuh, saya tidak akan dapat berjalan dengan normal.
Saya memaksa pulang. Di tempat tidur saya fokus belajar Fa, memancarkan pikiran lurus dan melakukan latihan hanya dengan gerakan tangan. Kurang dari sebulan saya sudah dapat turun dari tempat tidur dan melakukan gerakan dengan alat bantu. Setelah dua bulan saya dapat berjalan dan menuruni tangga. Dua tahun kemudian saya kembali normal. Sinar X menunjukkan tak ada tanda-tanda keretakan pinggang atau sambungan tulang yang salah. Sanak saudara dan teman-teman mengetahui bahwa saya tidak mendapat pengobatan dari rumah sakit dan hanya percaya dengan kekuatan Dafa.
Belajar Menahan Kesepian
Sebelum saya sembuh total dari kecelakaan itu, saya kembali ke kota asal dan bekerja dengan teman-teman praktisi menerbitkan materi klarifikasi Falun Dafa. Dulu, ini adalah pusat produksi terbesar di wilayah kami, dengan sepuluh komputer bekerja sepanjang waktu. Pada waktu itu direkomendasikan lebih baik dibagi-bagi menjadi banyak pusat produksi kecil daripada hanya satu yang besar.
Hal itu kami diskusikan, tetapi tidak berhasil mendapatkan beberapa tempat yang lebih kecil, juga tidak ada orang lain yang bisa menangani. Akhirnya dengan beberapa teman praktisi memindahkan beberapa komputer ke tempat tinggal kami. Enam bulan kemudian, ada orang-orang yang menentang keberadaan Falun Gong menemukan pusat produksi materi yang besar, dan mereka merampas segalanya. Kami sangat kehilangan.
Saya tidak menikah, dan hidup bersama dengan orangtua. Ketika saya memproduksi materi klrarifikasi di rumah ada seorang teman praktisi memberi saya banyak sekali lem untuk dipakai menempelkan poster. Pada waktu itu Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis baru saja dipublikasikan. Saya merancang materi dengan berbagai ukuran dengan diberi lem hingga dengan mudah ditempelkan di mana saja di dalam kota. Poster-poster ini berisi informasi yang sama dengan Sembilan Komentar. Materi ini juga saya berikan kepada teman-teman praktisi di kota-kota yang dekat. Banyak orang tertarik perhatiannya melihat begitu banyak poster yang berisi tentang kejelekan Partai Komunis China (PKC). Partai menjadi panik, mencari dari rumah ke rumah, tetapi tak bisa menemukan.
Pekerjaan semacam ini saya lakukan selama dua tahun penuh. Biasanya saya bekerja sendiri, mencetak materi sambil duduk di lantai. Setiap kali menempelkan poster di tempat umum rasanya seperti melepaskan anak panah ke arah PKC.
Untuk menjaga keamanan hanya ada sedikit teman praktisi yang membantu. Hanya saya sendiri yang menyiapkan materi, dan teman-teman yang bertanggung jawab mengantarkan ke wilayah-wilayah lain. Kami tidak ingin orang lain tahu apa yang kami lakukan, karena itu kami tidak pernah menambah orang. Selama waktu itu benar-benar merupakan hari-hari kesepian. Hanya keyakinanlah yang bisa membuat kami bertahan begitu lama.
Kebijaksanaan dan Belas Kasih di Tempat Kejahatan
Di antara buku-buku yang saya baca, cerita Buddha Milarepa-lah yang paling terkesan di hati. Baru kemudian saya mengetahui bahwa orang-orang brilian dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah direncanakan dan dilaksanakan oleh Guru dan pengikut-pengikutnya. Mungkin ini adalah alasan yang paling masuk akal mengapa saya sangat terkesan. Buddha Milarepa sangat berbelas kasih, tidak hanya memaafkan dua orang yang berencana meracuninya, tapi juga memberikan penyelamatan kepada mereka. Sebagai seorang praktisi saya berharap mempunyai rasa belas kasih sebesar Milarepa.
Ketika saya berada di penjara, saya menjumpai banyak orang-orang yang ingin mencelakakan saya. Mereka adalah orang-orang dan para perwira polisi yang rusak akhlaknya, yang tidak mengetahui fakta Falun Dafa. Mereka dilatih menjadi ateis dan perhatian mereka hanyalah pada perolehan keuntungan semata. Mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa Guru berada di sini untuk menyelamatkan manusia.
Dari ketidaktahuannya itu mereka ingin mencelakakan orang lain. Saya tahu mereka sesungguhnya sedang mencelakakan diri sendiri. Namun suasana yang berbahaya ini, memberikan saya kesempatan untuk mengembangkan belas kasih saya. Saya merasakan betul bahwa mereka itu harus dikasihani, karena mereka kehilangan kesempatan untuk selamat. Hati saya yang belas kasih lambat laun mempengaruhi para pelaku kejahatan dan lingkungan. Sesuatu yang tak terbayangkan, benar-benar terjadi.
Di dalam penjara saya dengan teguh menjaga pikiran lurus dan tak tergoyahkan oleh kejadian-kejadian di luar. Jika ada kesempatan saya akan berbagi pikiran lurus dengan teman-teman praktisi, dan berbincang dengan para sipir tentang apa yang benar-benar baik untuk mereka. Para sipir sering mengatakan, biasanya praktisi-praktisi berwajah serius adalah praktisi yang menolak melepaskan Falun Gong. Namun saya berbeda. Saya sering menunjukkan senyuman, karena saya yakin tak akan ada seorangpun yang dapat memaksa saya meninggalkan kepercayaan saya.
Saya menghargai orang-orang yang mempunyai kecakapan dan baik dalam pergaulan. Suatu waktu saya melihat seorang sipir mendemostrasikan kecakapan bela dirinya, saya mendekat dan berkata: “Anda seorang jagoan yang andal. Ini kecakapan yang diperlukan untuk menghadapi penjahat. Namun akan sia-sia jika digunakan untuk para praktisi yang tak ingin menyakiti siapapun.” Kebanyakan orang senang mendapat pujian. Dia memperhatikan nasehat saya, dan setelah itu sikapnya terhadap saya berubah.
Sabar, Itulah Yang Paling Efektif
Dapat menghargai dan menerima kata-kata yang baik adalah sifat pembawaan yang baik. Para sipir yang dulu pernah menyakiti saya memperhatikan bahwa saya masih bersikap sebagai teman dengan mereka. Mereka membawakan makanan untuk saya, dan saya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Saya berbincang dengan mereka, menulis surat kepada mereka, dan menganggap mereka seperti teman. Dari sikap itu lambat laun pikiran mereka berubah, mereka memandang saya bukan lagi sebagai musuh. Seiring dengan perjalanan waktu, kami benar-benar menjadi teman. Mereka tidak lagi mengawasi saya seperti sebelumnya. Bahkan mereka membiarkan saya berbicara dengan teman-teman praktisi, yang dulu sangat dilarang.
Setiap kali keluarga datang berkunjung, saya selalu diberi ijin menemui mereka. Kapten atau seorang sipir lainnya mengantarkan saya kepada mereka. Dulu, setiap usaha untuk mencegah sipir mengganggu seorang praktisi akan berakibat perpanjangan waktu hukuman. Setelah kami berteman, kepala penjara tidak lagi menambah waktu hukuman. Bahkan mereka berusaha agar saya segera dibebaskan.
Ketika sudah ada keputusan untuk bebas, banyak sipir yang berdatangan mengucapkan selamat berpisah. Mereka mengharapkan agar saya tidak kembali ke tempat seperti ini lagi, karena tempat seperti ini tidak cocok untuk para praktisi. Siapapun yang melihat ini tidak akan percaya bahwa para sipir ini adalah orang yang sama yang pernah memukuli saya hingga hilang pendengaran (sekarang sudah pulih), dan menyebabkan saya tidak dapat menggunakan kedua lengan saya lebih dari setahun karena disengat dengan tongkat listrik.
Bertahun-tahun telah berlalu, saya mencari salah seorang sipir di kota lain. Dia memperkenalkan saya dengan teman kerjanya. Saya percaya bahwa banyak sipir yang merasa sangat kagum kepada para praktisi, dan memang benar Sejati-Baik-Sabar dapat mencairkan hubungan yang buruk menjadi persahabatan, meski di dalam penjara sekalipun.
Sejalan dengan majunya pelursan Fa, banyak sipir-sipir penjara memahami fakta dan mulai melindungi para praktisi, alih-alih menganiayanya. Saya telah menjumpai orang semacam ini. Setelah kira-kira satu bulan saya berada di pusat pencucian otak, direktur pusat pencucian otak mengatakan kepada saya bahwa dia akan menolong agar saya segera dikeluarkan.
Dulu, untuk minta tolong kepada direktur harus menyerahkan uang ribuan yuan. Ketika saya mengatakan terus terang bahwa saya tidak akan berhenti berkultivasi, dia merasa khawatir ada kemungkinan saya harus masuk penjara, katanya: “Saya tidak minta kepada kamu uang atau berbuat sesuatu untuk saya. Yang saya minta hanyalah tetap tutup mulut, jangan sampai berakhir di penjara. Mengapa kamu tidak dapat melakukannya?”
Jawab saya: “Jika saya tidak terus terang menolak untuk meninggalkan latihan, itu artinya saya tidak jujur.” Dia berkata, “Kamu seorang yang paling baik yang saya kenal di antara para praktisi, dan kamu saya perlakukan seperti anak saya sendiri. Saya tidak ingin melihat kamu di penjara. Itulah mengapa saya minta kamu tutup mulut.”
Jelas sekali bahwa orang-orang ini masih mempunyai perasaan belas kasih dan mereka menghormati para praktisi. Atas bimbingan Guru saya tidak masuk penjara, malah pulang ke rumah. Direktur itu mengatakan kepada saya, bahwa dia tidak mengerti mengapa dia mempunyai perasaan khawatir tentang kemungkinan saya masuk penjara. Menurut pikiran saya bagian dari pribadi dia yang mengetahui fakta ingin membangun hubungan baik dengan para praktisi, dengan demikian dia mempunyai harapan untuk bisa selamat. Tentu saja sisi manusianya tidak mengerti hal ini.
Saya teringat kembali pada hari-hari awal penganiayaan ada seorang perwira polisi yang kira-kira berumur 40 an mendatangi saya. Dia membuka borgol saya sambil berkata: “Saya hanya ingin mendengar pandanganmu tentang sesuatu.” Saya jawab: “Tentu saja boleh.” Lanjutnya: “Saya mempercayai kamu. Tetapi ini berarti nanti akan banyak perwira polisi yang berakhir di neraka. Saya yakin kamu dapat berkultivasi hingga menjadi Buddha. Nama saya XXX. Saya harap kamu dapat selalu mengingat saya.”
Ketika terpikir peristiwa yang sudah lama itu, air mata saya meleleh. Saya tak pernah membenci siapapun, termasuk orang-orang yang menganiaya saya. Saya berharap orang-orang jahat itu mau mencari fakta dan menjadi orang yang baik, meski di bawah kekuasaan PKC sekalipun.
Bunga-Bunga Lotus Bermekaran Di dalam Api
Ketika penganiayaan dimulai, tak terhitung jumlahnya para praktisi bergerak maju mempertahankan keagungan Dafa dan Guru. Seperti berjalan masuk ke dalam api, tak seorangpun praktisi yang memikirkan apakah bisa pulang. Sungguh, di dalam api itulah bunga-bunga lotus bermekaran. Hari ini fase terburuk dari penganiayaan telah lewat.
Saya berada di jalan kultivasi dan membantu Guru meluruskan Fa selama 14 tahun. Dengan bimbingan Guru saya yakin para praktisi menciptakan kemuliaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di alam semesta ini. Saya yakin kejahatan akan musnah. Marilah kita hargai misi kita dan jalur yang penuh pergolakan yang telah kita lewati, selamatkan lebih banyak makhluk hidup di fase terakhir pelurusan Fa ini, dan pulang ke rumah bersama Guru.
Heshi!
Menyaksikan Kekuatan Dafa
Saya ditangkap dan dipenjara selama tiga tahun karena tidak mau melepaskan kultivasi. Setelah dibebaskan, keluarga memutuskan pindah ke tempat lain, karena lingkungan setempat tidak toleran lagi.
Setelah pindah, saya kehilangan kontak dengan teman-teman praktisi. Saya sibuk menggemukkan diri, alih-alih belajar Fa. Kurangnya belajar Fa membawa saya pada suatu kecelakaan. Saya terjatuh, pinggang saya retak, kaki patah, dan pingsan. Ketika sadar saya sudah berada di rumah sakit. Dokter mengatakan, meski sudah dioperasi dan bisa sembuh, saya tidak akan dapat berjalan dengan normal.
Saya memaksa pulang. Di tempat tidur saya fokus belajar Fa, memancarkan pikiran lurus dan melakukan latihan hanya dengan gerakan tangan. Kurang dari sebulan saya sudah dapat turun dari tempat tidur dan melakukan gerakan dengan alat bantu. Setelah dua bulan saya dapat berjalan dan menuruni tangga. Dua tahun kemudian saya kembali normal. Sinar X menunjukkan tak ada tanda-tanda keretakan pinggang atau sambungan tulang yang salah. Sanak saudara dan teman-teman mengetahui bahwa saya tidak mendapat pengobatan dari rumah sakit dan hanya percaya dengan kekuatan Dafa.
Belajar Menahan Kesepian
Sebelum saya sembuh total dari kecelakaan itu, saya kembali ke kota asal dan bekerja dengan teman-teman praktisi menerbitkan materi klarifikasi Falun Dafa. Dulu, ini adalah pusat produksi terbesar di wilayah kami, dengan sepuluh komputer bekerja sepanjang waktu. Pada waktu itu direkomendasikan lebih baik dibagi-bagi menjadi banyak pusat produksi kecil daripada hanya satu yang besar.
Hal itu kami diskusikan, tetapi tidak berhasil mendapatkan beberapa tempat yang lebih kecil, juga tidak ada orang lain yang bisa menangani. Akhirnya dengan beberapa teman praktisi memindahkan beberapa komputer ke tempat tinggal kami. Enam bulan kemudian, ada orang-orang yang menentang keberadaan Falun Gong menemukan pusat produksi materi yang besar, dan mereka merampas segalanya. Kami sangat kehilangan.
Saya tidak menikah, dan hidup bersama dengan orangtua. Ketika saya memproduksi materi klrarifikasi di rumah ada seorang teman praktisi memberi saya banyak sekali lem untuk dipakai menempelkan poster. Pada waktu itu Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis baru saja dipublikasikan. Saya merancang materi dengan berbagai ukuran dengan diberi lem hingga dengan mudah ditempelkan di mana saja di dalam kota. Poster-poster ini berisi informasi yang sama dengan Sembilan Komentar. Materi ini juga saya berikan kepada teman-teman praktisi di kota-kota yang dekat. Banyak orang tertarik perhatiannya melihat begitu banyak poster yang berisi tentang kejelekan Partai Komunis China (PKC). Partai menjadi panik, mencari dari rumah ke rumah, tetapi tak bisa menemukan.
Pekerjaan semacam ini saya lakukan selama dua tahun penuh. Biasanya saya bekerja sendiri, mencetak materi sambil duduk di lantai. Setiap kali menempelkan poster di tempat umum rasanya seperti melepaskan anak panah ke arah PKC.
Untuk menjaga keamanan hanya ada sedikit teman praktisi yang membantu. Hanya saya sendiri yang menyiapkan materi, dan teman-teman yang bertanggung jawab mengantarkan ke wilayah-wilayah lain. Kami tidak ingin orang lain tahu apa yang kami lakukan, karena itu kami tidak pernah menambah orang. Selama waktu itu benar-benar merupakan hari-hari kesepian. Hanya keyakinanlah yang bisa membuat kami bertahan begitu lama.
Kebijaksanaan dan Belas Kasih di Tempat Kejahatan
Di antara buku-buku yang saya baca, cerita Buddha Milarepa-lah yang paling terkesan di hati. Baru kemudian saya mengetahui bahwa orang-orang brilian dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah direncanakan dan dilaksanakan oleh Guru dan pengikut-pengikutnya. Mungkin ini adalah alasan yang paling masuk akal mengapa saya sangat terkesan. Buddha Milarepa sangat berbelas kasih, tidak hanya memaafkan dua orang yang berencana meracuninya, tapi juga memberikan penyelamatan kepada mereka. Sebagai seorang praktisi saya berharap mempunyai rasa belas kasih sebesar Milarepa.
Ketika saya berada di penjara, saya menjumpai banyak orang-orang yang ingin mencelakakan saya. Mereka adalah orang-orang dan para perwira polisi yang rusak akhlaknya, yang tidak mengetahui fakta Falun Dafa. Mereka dilatih menjadi ateis dan perhatian mereka hanyalah pada perolehan keuntungan semata. Mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa Guru berada di sini untuk menyelamatkan manusia.
Dari ketidaktahuannya itu mereka ingin mencelakakan orang lain. Saya tahu mereka sesungguhnya sedang mencelakakan diri sendiri. Namun suasana yang berbahaya ini, memberikan saya kesempatan untuk mengembangkan belas kasih saya. Saya merasakan betul bahwa mereka itu harus dikasihani, karena mereka kehilangan kesempatan untuk selamat. Hati saya yang belas kasih lambat laun mempengaruhi para pelaku kejahatan dan lingkungan. Sesuatu yang tak terbayangkan, benar-benar terjadi.
Di dalam penjara saya dengan teguh menjaga pikiran lurus dan tak tergoyahkan oleh kejadian-kejadian di luar. Jika ada kesempatan saya akan berbagi pikiran lurus dengan teman-teman praktisi, dan berbincang dengan para sipir tentang apa yang benar-benar baik untuk mereka. Para sipir sering mengatakan, biasanya praktisi-praktisi berwajah serius adalah praktisi yang menolak melepaskan Falun Gong. Namun saya berbeda. Saya sering menunjukkan senyuman, karena saya yakin tak akan ada seorangpun yang dapat memaksa saya meninggalkan kepercayaan saya.
Saya menghargai orang-orang yang mempunyai kecakapan dan baik dalam pergaulan. Suatu waktu saya melihat seorang sipir mendemostrasikan kecakapan bela dirinya, saya mendekat dan berkata: “Anda seorang jagoan yang andal. Ini kecakapan yang diperlukan untuk menghadapi penjahat. Namun akan sia-sia jika digunakan untuk para praktisi yang tak ingin menyakiti siapapun.” Kebanyakan orang senang mendapat pujian. Dia memperhatikan nasehat saya, dan setelah itu sikapnya terhadap saya berubah.
Sabar, Itulah Yang Paling Efektif
Dapat menghargai dan menerima kata-kata yang baik adalah sifat pembawaan yang baik. Para sipir yang dulu pernah menyakiti saya memperhatikan bahwa saya masih bersikap sebagai teman dengan mereka. Mereka membawakan makanan untuk saya, dan saya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Saya berbincang dengan mereka, menulis surat kepada mereka, dan menganggap mereka seperti teman. Dari sikap itu lambat laun pikiran mereka berubah, mereka memandang saya bukan lagi sebagai musuh. Seiring dengan perjalanan waktu, kami benar-benar menjadi teman. Mereka tidak lagi mengawasi saya seperti sebelumnya. Bahkan mereka membiarkan saya berbicara dengan teman-teman praktisi, yang dulu sangat dilarang.
Setiap kali keluarga datang berkunjung, saya selalu diberi ijin menemui mereka. Kapten atau seorang sipir lainnya mengantarkan saya kepada mereka. Dulu, setiap usaha untuk mencegah sipir mengganggu seorang praktisi akan berakibat perpanjangan waktu hukuman. Setelah kami berteman, kepala penjara tidak lagi menambah waktu hukuman. Bahkan mereka berusaha agar saya segera dibebaskan.
Ketika sudah ada keputusan untuk bebas, banyak sipir yang berdatangan mengucapkan selamat berpisah. Mereka mengharapkan agar saya tidak kembali ke tempat seperti ini lagi, karena tempat seperti ini tidak cocok untuk para praktisi. Siapapun yang melihat ini tidak akan percaya bahwa para sipir ini adalah orang yang sama yang pernah memukuli saya hingga hilang pendengaran (sekarang sudah pulih), dan menyebabkan saya tidak dapat menggunakan kedua lengan saya lebih dari setahun karena disengat dengan tongkat listrik.
Bertahun-tahun telah berlalu, saya mencari salah seorang sipir di kota lain. Dia memperkenalkan saya dengan teman kerjanya. Saya percaya bahwa banyak sipir yang merasa sangat kagum kepada para praktisi, dan memang benar Sejati-Baik-Sabar dapat mencairkan hubungan yang buruk menjadi persahabatan, meski di dalam penjara sekalipun.
Sejalan dengan majunya pelursan Fa, banyak sipir-sipir penjara memahami fakta dan mulai melindungi para praktisi, alih-alih menganiayanya. Saya telah menjumpai orang semacam ini. Setelah kira-kira satu bulan saya berada di pusat pencucian otak, direktur pusat pencucian otak mengatakan kepada saya bahwa dia akan menolong agar saya segera dikeluarkan.
Dulu, untuk minta tolong kepada direktur harus menyerahkan uang ribuan yuan. Ketika saya mengatakan terus terang bahwa saya tidak akan berhenti berkultivasi, dia merasa khawatir ada kemungkinan saya harus masuk penjara, katanya: “Saya tidak minta kepada kamu uang atau berbuat sesuatu untuk saya. Yang saya minta hanyalah tetap tutup mulut, jangan sampai berakhir di penjara. Mengapa kamu tidak dapat melakukannya?”
Jawab saya: “Jika saya tidak terus terang menolak untuk meninggalkan latihan, itu artinya saya tidak jujur.” Dia berkata, “Kamu seorang yang paling baik yang saya kenal di antara para praktisi, dan kamu saya perlakukan seperti anak saya sendiri. Saya tidak ingin melihat kamu di penjara. Itulah mengapa saya minta kamu tutup mulut.”
Jelas sekali bahwa orang-orang ini masih mempunyai perasaan belas kasih dan mereka menghormati para praktisi. Atas bimbingan Guru saya tidak masuk penjara, malah pulang ke rumah. Direktur itu mengatakan kepada saya, bahwa dia tidak mengerti mengapa dia mempunyai perasaan khawatir tentang kemungkinan saya masuk penjara. Menurut pikiran saya bagian dari pribadi dia yang mengetahui fakta ingin membangun hubungan baik dengan para praktisi, dengan demikian dia mempunyai harapan untuk bisa selamat. Tentu saja sisi manusianya tidak mengerti hal ini.
Saya teringat kembali pada hari-hari awal penganiayaan ada seorang perwira polisi yang kira-kira berumur 40 an mendatangi saya. Dia membuka borgol saya sambil berkata: “Saya hanya ingin mendengar pandanganmu tentang sesuatu.” Saya jawab: “Tentu saja boleh.” Lanjutnya: “Saya mempercayai kamu. Tetapi ini berarti nanti akan banyak perwira polisi yang berakhir di neraka. Saya yakin kamu dapat berkultivasi hingga menjadi Buddha. Nama saya XXX. Saya harap kamu dapat selalu mengingat saya.”
Ketika terpikir peristiwa yang sudah lama itu, air mata saya meleleh. Saya tak pernah membenci siapapun, termasuk orang-orang yang menganiaya saya. Saya berharap orang-orang jahat itu mau mencari fakta dan menjadi orang yang baik, meski di bawah kekuasaan PKC sekalipun.
Bunga-Bunga Lotus Bermekaran Di dalam Api
Ketika penganiayaan dimulai, tak terhitung jumlahnya para praktisi bergerak maju mempertahankan keagungan Dafa dan Guru. Seperti berjalan masuk ke dalam api, tak seorangpun praktisi yang memikirkan apakah bisa pulang. Sungguh, di dalam api itulah bunga-bunga lotus bermekaran. Hari ini fase terburuk dari penganiayaan telah lewat.
Saya berada di jalan kultivasi dan membantu Guru meluruskan Fa selama 14 tahun. Dengan bimbingan Guru saya yakin para praktisi menciptakan kemuliaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di alam semesta ini. Saya yakin kejahatan akan musnah. Marilah kita hargai misi kita dan jalur yang penuh pergolakan yang telah kita lewati, selamatkan lebih banyak makhluk hidup di fase terakhir pelurusan Fa ini, dan pulang ke rumah bersama Guru.
Heshi!
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org