(Minghui.org) Ada sebuah pepatah di Tiongkok Kuno: “Tiga kaki di atas kepala ada dewa.”

Bagi orang-orang Tiongkok yang telah diajari atheisme selama beberapa tahun, pepatah ini sama sekali tidak dapat dimengerti; Tuhan ada di mana? Bagaimana Tuhan bisa mengetahui apa yang saya pikirkan? Saya tidak bisa melihat Tuhan, dan ilmu pengetahuan tidak bisa mengkonfirmasi keberadaannya juga, maka Tuhan itu tidak ada.

Tetapi apakah benar-benar seperti itu?

Ji Xiaolan, seorang sarjana yang berpengaruh dari Dinasti Qing dan dikenal sebagai “anak ajaib,” mempunyai “kemampuan gaib” ketika ia masih kecil ia bisa melihat pada malam hari. Bahkan setelah dewasa, ia bisa melihat melalui “mata ketiganya” dari waktu ke waktu.

Ji adalah pemimpin redaksi Siku Quanshu, koleksi buku paling besar dalam sejarah Tiongkok, selama lebih dari sepuluh tahun. Pada tahun-tahun kemudian, ia menulis 25 jilid Yuewei Caotang Note, yang prestisius seperti Liao Zhai Zhi Yi, yang dikenal sebagai Strange Stories from a Chinese Studio, yang merupakan sebuah koleksi dari cerita pendek dari zaman awal Dinasti Qing, kebanyakan mengenai cerita rubah, roh, hantu, dan goblin.

Berikutnya adalah satu cerita dari Yuewei Caotang Notes:

Suatu malam, seorang sarjana sedang melewati Kuil Yuedi. Meskipun dua pintu gerbang merah kuil tertutup, ia melihat sebuah bentuk badan keluar dari kuil dan secara instinktif mengetahui bahwa ia telah bertemu dengan roh.

Ia membungkuk pada roh, memanggilnya “Yang bijaksana dan mulia.” Roh membantunya bangun dan mengatakan bahwa ia tidaklah “Bijaksana dan mulia” tetapi seorang penjaga sebuah cermin untuk “Platform Cermin Kanan,” dan ia baru saja mampir untuk mengantar sebuah dokumen.

Cermin apa yang anda jaga?” Tanya sarjana. “Apakah itu ‘cermin karma’ yang sering dikatakan orang-orang?”

Seperti itu, tetapi disebut “Cermin Hati,” roh itu menjawab.

Cermin Karma bisa mengungkapkan hal baik atau jahat yang telah dilakukan orang-orang, tetapi tidak bisa melihat apa yang terjadi di hati orang, separti perubahan halus dalam perasaan, yang mungkin bisa menyembunyikan banyak niat yang bersifat rahasia,” jelas roh. “Beberapa orang bisa terlihat sangat baik dan cantik pada permukaan tetapi menyimpan niat buruk di dalam hati mereka. Kejahatan tersembunyi di dalam hati sulit ditangkap oleh Cermin Karma yang biasa.

Sejak Dinasti Song, moral masyarakat telah merosot lebih jauh, tetapi kebusukan ini ditutupi dengan penipuan dengan cara yang lebih halus dan canggih. Beberapa orang telah melakukan hal yang jahat dalam kehidupan mereka, tetapi mereka masih bisa menipu orang lain dan lolos dari semuanya.

Maka dewa di surga memutuskan untuk memindahkan ‘Cermin Karma’ ke platform kiri untuk merekam kejahatan, sementara sebuah ‘Cermin Hati’ ditambahkan di platform kanan untuk merekam gambar orang munafik,” roh itu melanjutkan.

Dengan fungsi kedua cermin, dunia batin manusia sepenuhnya terlihat: ada orang yang berpegang teguh pada pandangan iblis, yang menyimpang dan konyol, yang hatinya hitam pekat, berbelit seperti kait, kotor dan dekil, jahat dan curang, licik dan licin, cerdik dan busuk, tidak loyal dan pemberontak, berlidah tajam dan kejam, bengis dan ganas, yang tidak berhenti untuk mendapatkan promosi dan keuntungan dengan mengorbankan orang lain, dan lebih buruk lagi, ada orang yang ingin terlibat dalam pengejaran nafsu berahi.

Tetapi, ketika anda melihat mereka di permukaan, mereka tampil bermartabat dan sopan, dan anda akan beruntung menemukan satu atau dua orang dari ribuan orang dengan sebuah hati murni sebening Kristal,” kata roh ini kepada sarjana.

Tugas saya adalah untuk mengamati dan mencatat apa yang terjadi pada hati manusia dan melaporkan kepada Dewa Gunung Tai setiap tiga bulan. Catatan ini akan digunakan sebagai bukti untuk memutuskan nasib mereka. Semakin tinggi status seseorang, semaking tinggi tuntutannya, dan orang-orang yang melakukan dengan cara sembunyi dan menjilat, semakin berat hukumannya. Ingatlah bahwa anda harus jujur dan tulus. Sikap yang jahat dan licik hanya akan mendatangkan hukuman yang lebih besar!”

Sarjana itu membungkuk pada roh dengan hormat dan berkata, “Saya akan ingat. Terima kasih!”