(Minghui.org) Di tengah pandemi virus Corona, Partai Komunis Tiongkok (PKT) meningkatkan penganiayaan Falun Gong pada setengah tahun pertama tahun 2020, di mana tercatat 2.654 praktisi ditangkap dan 2.659 praktisi diganggu karena keyakinan mereka. Di antara praktisi ini, rumah 1.687 praktisi digeledah. Pada waktu penulisan artikel ini, 1.246 praktisi, 47% dari yang ditangkap masih dalam penahanan.

Falun Gong juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual tradisional yang berdasarkan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Latihan ini telah dianiaya Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak tahun 1999.

Meskipun kebanyakan provinsi di Tiongkok ditutup beberapa bulan di awal tahun 2020, lebih banyak praktisi yang diganggu setiap bulan pada tahun 2020 dari pada periode yang sama di tahun 2019. Juga terdapat lebih banyak praktisi yang ditangkap pada bulan Februari, Maret dan Juni tahun 2020 dibandingkan dengan tahun lalu.

Penangkapan mengakibatkan tiga praktisi meninggal dunia, termasuk seorang wanita tua berusia 68 tahun yang meninggal dunia dalam tahanan pada hari penangkapannya, seorang wanita lain meninggal dunia empat hari setelah penangkapannya, dan wanita ketiga meninggal dunia pada awal bulan Juli setelah ia dipukuli selama berjam-jam setelah penangkapannya pada akhir Juni.

Banyak praktisi lanjut usia menjadi sasaran. Lebih spesifik, 540 praktisi (10.1%) dari 5.313 praktisi yang menjadi target berusia 65 tahun atau lebih, termasuk 116 praktisi di antaranya berusia antara 65 hingga 70, 278 praktisi berusia 70an, 140 praktisi berusia 80an dan 6 praktisi berusia 90an.

Praktisi yang menjadi target berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk profesor universitas, guru, ahli komputer, akunting, insinyur, dokter, pensiunan tentara, manajer bank, dan pemilik usaha kecil.

Beberapa praktisi telah berulang kali dianiaya dalam dua dekade ini. Seorang mantan guru di Provinsi Sichuan menjalani hukuman 15 tahun dan seorang pria Beijing dipenjarakan selama 14 tahun sebelum mereka ditangkap lagi pada tahun ini. Seorang insinyur perangkat lunak ditangkap lagi tujuh bulan setelah selesai menjalani hukuman lima tahun. Seorang wanita di Provinsi Jiangxi masih diganggu setelah ia menjalankan hukuman dua tahun. Polisi memerintahkannya untuk melapor dan menulis laporan pemikirannya setiap bulan. Mereka juga mengambil sidik jari dan mencatat beberapa informasi pribadinya, termasuk ukuran sepatunya.

Sehubungan dengan penyensoran ketat di Tiongkok, jumlah Praktisi Falun Gong yang dianiaya karena keyakinan mereka selalu tidak dapat dilaporkan dengan tepat waktu, selain itu tidak semua informasi sudah tersedia.

Menjadi Target dalam Pandemi

Sehubungan banyak praktisi meningkatkan upaya mereka untuk mengungkapkan bagaimana PKT telah menggunakan taktik penutupan informasi yang sama dengan penganiayaan Falun Gong untuk menangani wabah virus corona, mereka mendapat pembalasan dari pihak berwenang.

Seorang wanita di Provinsi Hunan terpaksa meninggalkan rumah setelah pihak berwenang menemukan ia memasang poster dengan QR code yang bisa menghubungi situs web luar negeri untuk mendapatkan informasi yang tidak disensor tentang pandemi. Seorang dokter di Provinsi Ningxia ditangkap dua kali, pertama kali pada bulan Maret dan kemudian pada bulan Juni, karena membagikan materi informasi. Bahkan seorang gadis berusia sembilan tahun di Provinsi Hubei tidak luput dari gangguan setelah polisi menemukan ia memasang informasi di lingkungan tetangganya.

Seorang wanita di Provinsi Guangxi yang ditangkap pada tanggal 5 Februari pada tengah malam oleh petugas yang berpura-pura akan mengukur suhu badannya dan suaminya, wanita ini telah ditahan selama 3,5 bulan dan tidak bisa dihubungi. Keluarganya sangat khawatir dengan kesehatannya.

Penganiayaan Sebelum Tanggal Sensitif

PKT mengintensifkan penganiayaannya terhadap Falun Gong sebelum tanggal sensitif, seperti pertemuan politik terbesar (dikenal sebagai "Dua Sesi") di Beijing - Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok - yang ditunda dari bulan Maret hingga Mei, dan dua tanggal sensitif (peringatan 25 April permohonan 10.000 praktisi dengan damai dan 13 Mei, peringatan pengenalan Falun Gong kepada publik).

Sejak April, polisi di Beijing telah menggeledah banyak rumah praktisi, menginterogasi mereka, dan memaksa mereka untuk mengisi kuesioner tentang apakah mereka masih berlatih Falun Gong atau apakah mereka sebelumnya telah menandatangani pernyataan untuk melepaskan keyakinan mereka.

Karena pusat penahanan setempat menolak untuk menerima praktisi karena pandemi, sebagian besar praktisi telah dibebaskan dengan uang jaminan. Beberapa praktisi terpaksa meninggalkan Beijing dan tidak diizinkan untuk kembali sebelum akhir "Dua Sesi."

Di luar Beijing, pihak berwenang di provinsi Shandong dan Heilongjiang memposting hadiah 1.000 yuan untuk orang-orang yang melaporkan seorang praktisi Falun Gong dan 5.000 yuan untuk setiap petugas yang menangkap seorang praktisi.

Seorang warga Provinsi Xinjiang yang usianya mendekati 90 tahun ditangkap sebelum pertemuan PKT dan sejak itu ditahan dan tidak bisa dihubungi.

Seorang wanita berusia 84 tahun di Shanghai dimonitor 24 jam sehari sebelum peringatan permohonan 25 April.

Di Kabupaten Xi, Provinsi Shanxi, polisi menangkap lebih dari 100 praktisi pada tanggal 17 Mei 2020, di mana hanya beberapa hari setelah kunjungan Xi Jinping ke Kota Taiyuan di provinsi yang sama pada 11 dan 12 Mei.

Penganiayaan Diperintahkan oleh PLAC dan Kantor 610

5.313 praktisi yang ditargetkan pada setengah tahun pertama tahun 2020 berasal dari 28 provinsi dan kota. Hebei, Shandong, Liaoning, Heilongjiang, dan Sichuan adalah lima provinsi dengan paling banyak praktisi yang menjadi target.

Pihak berwenang di beberapa provinsi, termasuk Shandong, Jiangxi, Hebei, Liaoning, Guizhou, dan Jilin, mengganggu praktisi dalam skala besar dan mengadakan sesi pencucian otak.

Di Kota Cangzhou, Provinsi Hebei, Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC) mengeluarkan tujuh halaman dokumen rahasia tentang kampanye baru. PLAC, sebuah agen di luar hukum yang diberikan kuasa untuk mengesampingkan lembaga penegakan hukum dan kehakiman di Tiongkok, bertanggung jawab untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan penganiayaan terhadap Falun Gong.

Batas waktu 15 Juni diberikan kepada pihak berwenang untuk menemukan tempat pengadaan kelas pencucian otak. Para pemimpin agama, penasihat psikologis, dan mantan praktisi Falun Gong yang sudah berhenti berlatih di bawah tekanan direkrut sebagai pembicara.

Di Provinsi Jilin, PLAC memerintahkan penganiayaan babak baru, mengakibatkan enam praktisi ditangkap dan lebih dari 60 praktisi diganggu antara bulan Maret hingga April.

Kampanye pencucian otak dan pelecehan berskala besar ini merupakan bagian dari “kampanye zero-out” baru untuk memaksa para praktisi melepaskan keyakinan mereka.

Dilaporkan bahwa PLAC di Guizhou mengeluarkan perintah untuk "mengubah" secara keseluruhan semua praktisi antara tahun 2020 sampai tahun 2023. Perintah tersebut didasarkan pada Dokumen No. 101 yang dirilis oleh PLAC pusat di Beijing, berjudul “Hal Pengurangan Jumlah Praktisi Falun Gong.”

Dalam kebanyakan kasus, polisi dan anggota komunitas pemukiman menelepon atau mengunjungi para praktisi secara langsung. Apabila para praktisi menolak menandatangani pernyataan yang disiapkan untuk melepaskan Falun Gong, para pejabat mengancam akan mengirim mereka ke pusat pencucian otak atau mengancam akan menghalangi anak-anak mereka mencari pekerjaan atau masuk universitas. Di Provinsi Liaoning, para pejabat juga mengancam akan mengambil kembali lahan pertanian yang diberikan pemerintah, dari beberapa praktisi yang merupakan petani. Mereka yang berlatih Falun Gong sebelumnya tetapi sudah berhenti karena penganiayaan juga diganggu.

Selain PLAC, Kantor 610, organisasi seperti Gestapo yang didirikan pada 10 Juni 1999, khusus untuk menindas Falun Gong, masih memainkan peran penting dalam penganiayaan, bahkan ketika PKT mengumumkan pembubarannya pada tahun 2018.

Zhao Leji, sekretaris Komisi Sentral PKT untuk Inspeksi Disiplin, baru-baru ini mengunjungi sebuah kota dan mengungkapkan bahwa pembubaran Kantor 610 hanyalah untuk memadamkan kritik terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan PKT terhadap praktisi Falun Gong. Ia menjelaskan bahwa Kantor 610 akan melanjutkan pekerjaannya setelah diintegrasikan ke dalam sistem keamanan publik dan PLAC.

Menurut informasi yang diberikan kepada Minghui.org oleh anggota staf PLAC Provinsi Hunan, salah satu sekretaris Zhao Leji datang ke Hunan pada bulan Juni 2020 dan mendengarkan laporan yang diberikan oleh PLAC Hunan tentang kemajuan terbaru mereka dalam penganiayaan terhadap Falun Gong.

Sekretaris Zhao juga menuntut untuk berbicara dengan praktisi Falun Gong yang telah dipaksa untuk melepaskan keyakinan mereka setelah menghadiri sesi cuci otak dan memeriksa apakah mereka benar-benar melepaskan keyakinan mereka dengan sepenuh hati. Ia mengisyaratkan bahwa jika para praktisi hanya menandatangani pernyataan penolakan sebagai formalitas, maka pihak berwenang setempat perlu mengintensifkan penindasan.

Seperti yang diatur oleh PLAC Hunan, sekretaris Zhao tiba di Kota Xiangtan pada 19 Juni 2020. Sementara beberapa staf PLAC sebelumnya memberi tahu praktisi bahwa mereka masih bisa berlatih Falun Gong di rumah selama mereka tidak keluar untuk berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong, sekretaris Zhao secara langsung bertanya kepada praktisi apakah mereka masih bermeditasi di rumah, sebuah pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui situasi mereka yang sebenarnya.

Dengan pertanyaan terus-menerus dari sekretaris Zhao, seorang praktisi pria bermarga Liu menderita gangguan mental dan mengatakan ia tidak dapat mengingat apa pun. Sebelum penolakannya terhadap Falun Gong baru-baru ini, Liu telah berulang kali ditahan di pusat penahanan dan pusat pencucian otak, dan ia telah menjalani hukuman kerja paksa. Ia sebelumnya menderita gangguan mental karena disiksa di tahanan.

Pelanggaran Prosedur Hukum

Polisi melanggar prosedur hukum di setiap langkah proses penuntutan, dari menangkap praktisi yang bermeditasi di rumah hingga menggeledah rumah mereka tanpa surat perintah penggeledahan. Beberapa praktisi dibawa ke rumah sakit jiwa untuk penganiayaan lebih lanjut dan kunjungan keluarga ditolak meskipun kondisi medis mereka tidak baik.

Polisi di Provinsi Jiangsu mengawasi rumah seorang praktisi selama berhari-hari dari luar rumah praktisi ketika praktisi pergi untuk perjalanan singkat. Mereka menangkapnya segera setelah ia kembali pada 29 April. Tim petugas di Xinjiang melakukan perjalanan hampir 2.000 mil untuk menganiaya praktisi di Provinsi Hebei karena alasan yang tidak diketahui. Penangkapan seorang wanita disetujui oleh kejaksaan luar kota untuk memenuhi kuota. Polisi di Chongqing memaksa praktisi lain untuk menyediakan akun palsu untuk menuntut seorang pria berusia 75 tahun.

Penganiayaan Finansial

PKT telah mengikuti tiga kebijakan utama dalam penganiayaan terhadap Falun Gong, "merusak reputasi mereka, menghancurkan mereka secara finansial dan menghancurkan mereka secara fisik."

Selain menangkap, menghukum dan menyiksa praktisi, pihak berwenang juga menggeledah rumah mereka, menyita barang-barang berharga mereka, memaksa mereka dikeluarkan dari tempat kerja mereka atau memaksa anak-anak mereka dikeluarkan dari sekolah, atau menangguhkan uang pensiun mereka.

Pada setengah tahun pertama tahun 2020, polisi memeras atau menyita total 2.091.600 yuan dari 42 praktisi, rata-rata 49.800 yuan per orang. Dua orang praktisi, harta mereka telah diambil lebih dari setengah juta yuan selama penangkapan.

Setelah menemukan total 14.200 yuan tunai di rumah seorang wanita Shandong, seorang petugas tampak sangat bersemangat dan berteriak, "Kita mengadakan festival besar hari ini!"

***

Berikut adalah cuplikan dari beberapa kasus penangkapan dan gangguan.

Meninggal Dunia Setelah Penangkapan dan Gangguan

Wanita Hebei Meninggal Dunia Beberapa Jam Setelah Penangkapannya

Seorang wanita berusia 68 tahun di Kota Tangshan, Provinsi Hebei meninggal dunia setelah ditangkap beberapa jam dalam sweeping terhadap 36 praktisi Falun Gong setempat oleh polisi.

Sekelompok polisi dari Kantor Polisi Duanminglu di Distrik Fengrun menerobos masuk ke rumah Han Yuqin (wanita) sekitar jam 5 pagi pada tanggal 18 Juni 2020. Para polisi membawa Han ke kantor polisi, memaksanya untuk duduk di kursi logam dan memintanya untuk mengisi formulir untuk melepaskan Falun Gong. Ia menolak mematuhinya.

Ketika putri Han pergi ke kantor polisi untuk mengunjunginya sekitar pukul 10 pagi, kunjungannya ditolak. Sekitar siang hari, suami Han pergi ke kantor polisi untuk mengantarkan makan siang kepadanya. Han tidak mempunyai nafsu makan dan tidak bisa berhenti menangis. Suaminya juga memerhatikan bahwa kakinya menjadi bengkak setelah duduk di kursi logam selama berjam-jam.

Han pergi ke kamar kecil sekitar jam 4 sore. Para petugas menunggu di luar sebentar. Karena lama masih tidak keluar, mereka masuk ke dalam dan menemukan ia telah jatuh di lantai.

Polisi mengirimnya ke Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Distrik Fengrun, setelah fasilitas perawatan darurat di sebelahnya menolak menerimanya. Ia dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah itu.

Keluarga Han diberi tahu tentang kematiannya sekitar pukul 6 malam. Mereka melihat tubuhnya di rumah sakit. Rambutnya berantakan dan ada darah di hidungnya.

Keluarga Han mengatakan Han selalu menikmati kesehatan yang baik sejak mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1995. Tidak jelas apakah keluarga mereka telah meminta autopsi untuk mencari penyebab kematiannya.

Wanita Henan Meninggal Dunia di Tahanan Empat Hari Setelah Penangkapan

Zhang Zhiwen, seorang penduduk Kota Yuzhou, Povinsi Henan, berusia 60-an, ditangkap di rumahnya pada tanggal 13 Mei 2020. Petugas menyita buku-buku Falun Gong dan materi terkait miliknya.

Polisi tidak memberi tahu suami Zhang ke mana mereka membawa istrinya. Suami Zhang berhasil mengetahui pada hari berikutnya bahwa istrinya telah ditahan 15 hari di bawah penahanan kriminal di Pusat Penahanan Wanita Kota Xuchang dan ia ditangkap karena dilaporkan mendistribusikan materi Falun Gong pada Agustus lalu.

Suami Zhang pergi untuk membawakan pakaian dan insulin untuk istrinya pada tanggal 15 Mei, tetapi penjaga pusat penahanan menolak untuk menerima barang-barang itu dan mengatakan mereka akan menyediakan obat diabetes untuk Zhang.

Pada sore hari tanggal 16 Mei, Wang Xiaowei dari Divisi Keamanan Domestik Kota Yuzhou, yang berpartisipasi dalam penangkapan Zhang, memberi tahu suaminya bahwa kondisinya tidak baik.

Pada pagi berikutnya, suami Zhang menelepon Wang dan bertanya tentang situasi istrinya, suaminya hanya diberitahukan bahwa Zhang sudah meninggal dunia. Wang mengatakan bahwa mereka telah mengirim jenazah Zhang ke tempat Pemakaman Kota Xuchang tanpa memberikan informasi lebih lanjut.

Dokter Penyakit Dalam Heilongjiang Dipukul hingga Meninggal Dunia

Seorang dokter penyakit dalam berusia 66 tahun di Kota Haining, Provinsi Heilongjiang dipukuli sampai meninggal dunia oleh pihak berwenang beberapa hari setelah penangkapannya.

Wang Shukun (wanita) adalah seorang dokter penyakit dalam di Rumah Sakit Kota Hailin di Kota Hailin. Ia sudah tidak bekerja selama berbulan-bulan karena wabah virus corona. Pada akhir Juni 2020, ia menerima telepon dari Han Yan, sekretaris Partai rumah sakit, dan diberi tahu bahwa Chen Guangqun, ketua rumah sakit sedang mencarinya.

Wang berpikir bahwa rumah sakit sedang mengatur agar ia kembali bekerja. Ketika ia sampai di rumah sakit, ternyata petugas dari Kantor Polisi No. 1 Kota Hailin yang mencarinya. Para petugas berusaha memaksanya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong dan untuk mengakui bahwa suaminya, Yu Xiaopeng, juga berlatih Falun Gong.

Yu, seorang ahli bedah di rumah sakit yang sama, dipecat 29 tahun yang lalu karena menolak memalsukan catatan medis seperti yang diarahkan oleh presiden rumah sakit saat itu. Ia telah mengajukan petisi selama bertahun-tahun dan dianggap sebagai target utama oleh pihak berwenang, yang mencoba untuk melanjutkan penganiayaannya dengan mengklaim ia juga berlatih Falun Gong tetapi ia tidak pernah berlatih.

Ketika Wang menolak untuk menandatangani pernyataan, polisi memukulinya berjam-jam di rumah sakit. Mereka mengancam bahwa apabila Wang tidak menulis pernyataan, mereka akan mencari orang lain untuk menulis pernyataan atas namanya.

Wang menderita nyeri tajam di kakinya dan memohon petugas untuk melepaskannya. Mereka setuju, tetapi mengancam bahwa mereka akan mencarinya lagi beberapa hari kemudian.

Wang harus merangkak menaiki tangga untuk kembali ke unit apartemennya. Suaminya memperhatikan ada memar di tubuhnya. Lututnya patah, dan ia bermandikan keringat.

Wang tiba-tiba menderita pendarahan otak pada sore hari pada tanggal 1 Juli. Ia sangat pusing dan merasa ingin muntah. Ia meninggal dunia sekitar pukul 4:25 pagi pada tanggal 2 Juli. Tubuhnya dikremasi pada tanggal 4 Juli.

Setelah kematian Wang, polisi terus mengganggu Yu dan meminta ia tidak melaporkan hal ini ke situs web Minghui.

Putranya Masih Dipenjara Karena Keyakinannya, Wanita berusia 84 tahun Meninggal Dua Bulan Setelah Gangguan Polisi

Sementara putranya masih menjalani hukuman lima tahun karena berlatih Falun Gong, Fu Shuqin yang berusia 84 tahun, yang hidup sendiri, meninggal dunia dua bulan setelah ia diganggu oleh polisi karena keyakinannya yang sama dengan putranya.

Fu Shuqin

Tiga petugas mengganggu Fu, dari Kota Yingkou, Provinsi Liaoning pada bulan April 2020. Fu memberitahukan mereka bahwa ia berlatih Falun Gong sebelum penganiayaan dimulai dan sebagai hasilnya banyak penyakitnya, termasuk masalah jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi, semua sembuh. Polisi berusaha memaksanya untuk berhenti berlatih Falun Gong dan mencoba menipunya untuk menandatangani tiga pernyataan yang disiapkan untuk melepaskan Falun Gong, tetapi Fu menolak untuk mematuhi.

Sebelum gangguan pada bulan April, polisi dan bahkan keluarganya telah mencoba menekan Fu untuk membujuk putranya, Jin Fuzhang, untuk melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Jin ditangkap pada 28 Juni 2016 dan kemudian dijatuhi hukuman lima tahun. Fu membela putranya dan bersikeras bahwa ia tidak melakukan kesalahan apa pun dalam mempertahankan Falun Gong.

Gangguan terbaru membuat Fu trauma. Ia terus menutup gordennya dan meminta teman-temannya untuk tidak mengunjunginya dalam waktu dekat. Ia juga kehilangan nafsu makan dan kesulitan berjalan. Kesehatannya menurun setiap hari dan meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 2020.

Selama periode ini, menantu perempuannya menelepon Penjara Dalian beberapa kali dan meminta agar otoritas penjara mengizinkan Jin mengunjungi ibunya yang sakit parah, tetapi tidak berhasil.

Tragedi Keluarga

Pria Beijing Diganggu oleh Polisi Saat Berduka atas Meninggalnya Istri dan Ayahnya

Yang Yuliang (pria) dan putrinya Yang Dandan berusia 24 tahun, ditahan pada tanggal 27 April 2020 selama beberapa hari.

Penangkapan Yang terjadi hanya lima hari setelah istrinya, Gao Yan meninggal dunia setelah menderita penganiayaan selama beberapa dekade. Pasangan itu pada suatu waktu dipaksa tinggal jauh dari rumah selama sepuluh tahun. Hanya dua hari setelah mereka kembali, polisi menangkap pasangan itu dan menghukum mereka dua tahun kerja paksa.

Saat ditahan, pasangan itu menjadi sasaran penyiksaan biadab dan pencucian otak yang bertujuan memaksa mereka untuk melepaskan Falun Gong. Yang menderita beberapa kegagalan organ dan Gao menderita tekanan darah tinggi yang menetap dan gangguan endokrin.

Pihak berwenang terus mengganggu pasangan itu setelah mereka dibebaskan, yang akhirnya menyebabkan kematian Gao yang tragis pada usia 49 tahun.

Hanya dua minggu sebelum kematian Gao, ayah Yang meninggal pada tanggal 7 April.

Gao Yan

Penahanan Wanita Shanghai selama Berbulan-Bulan karena Keyakinannya Membuat Anak Perempuannya yang Cacat Trauma

Enam petugas menerobos masuk ke rumah You Jia, seorang wanita penduduk Shanghai, pada tanggal 29 Mei 2020, dan menangkapnya karena mendistribusikan materi informasi tentang Falun Gong. Petugas menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku Falun Gong, sebuah laptop, sebuah printer dan sejumlah kertas cetak. You berpakaian baju tidur ketika polisi masuk ke rumahnya. Petugas tidak mengizinkannya mengganti pakaian saat mereka membawanya pergi.

Ketika suami You dan pengacara mereka pergi ke Kantor Polisi Zhoujiadu pada malam hari untuk meminta pembebasannya, mereka diberi tahu bahwa You sudah dipindahkan ke Pusat Penahanan Pudongxinqu.

Anak perempuan You berusia 15 tahun penderita autis dan sindrom DiGeorge (kelainan kromosom yang langka, ditandai dengan kehilangan segmen kecil pada kromosom 22), yang bergantung pada ibunya. Remaja itu tidak bisa tidur di malam hari dan terus bertanya di mana ibunya. Ayahnya, yang harus bekerja untuk menghidupi keluarga, berjuang untuk merawatnya tanpa bantuan dari orang di sekitarnya (orang tuanya tinggal di luar kota, dan ibu mertuanya masih dalam pemulihan akibat operasi kanker paru-paru).

You dibebaskan pada 28 Juni setelah penahanan selama satu bulan.

Wanita Shanxi Ditangkap, Ibunya Meninggal Tiga Hari Kemudian

Li Xiuying, 55 tahun dari Kota Jincheng, Provinsi Shanxi, ditangkap di rumahnya pada 11 Maret 2020. Polisi menggeledah rumahnya dan menyita dua komputernya, sebuah printer dan beberapa buku Falun Gong.

Ibu dari Li berusia 85 tahun, begitu ketakutan sehingga tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar selama penggerebekan polisi. Ia jatuh sakit setelah penangkapan Li dan meninggal tiga hari kemudian. Polisi terus mengganggu dan mengintimidasi suami Li pada tanggal 21 Maret.

Li ditahan di pusat pencucian otak yang terletak di sebuah hotel selama sebulan. Para penjaga berusaha memaksanya untuk melepaskan Falun Gong. Mereka mengancam akan memaksa sekolah putrinya untuk mengeluarkan putrinya jika ia tidak mematuhi.

Hidup dalam Bahaya

Suami dalam Kondisi Kritis di Penahanan di Tiongkok karena Keyakinannya, Istri di New York Meminta Pembebasannya

Wang Jing (wanita), seorang praktisi Falun Gong di New York, menyerukan pembebasan suaminya yang sedang berjuang melawan penyakit gagal jantung dan gagal ginjal di rumah sakit setelah penangkapannya di Tiongkok.

Ren Haifei, pria berusia 45 tahun, ditangkap di apartemen yang ia sewa di Kota Dalian, Provinsi Liaoning pada tanggal 26 Juni karena berlatih Falun Gong. Agen dari Kantor Polisi Ganjingzi melakukan penangkapan. Ketika keluarganya menelepon untuk menanyakan status Ren, wakil kepala Huang Xian menolak memberikan informasi. Keluarga itu kemudian mencoba menghubungi Wang Xiaoxu (tidak ada hubungan dengan Wang), seorang petugas yang terlibat dalam penangkapan. Wang juga tidak memberikan informasi dan malah mengutuk keluarga itu.

Suami saya sangat sehat selama bertahun-tahun karena berlatih Falun Gong. Saya tidak bisa membayangkan betapa ia telah menderita selama dua minggu terakhir ini,” kata Wang pada saat rapat umum di depan Konsulat Tiongkok di New York menyerukan pembebasan suaminya. “Ada banyak kisah mengerikan tentang praktisi [Falun Gong] yang ditahan. Suami saya tidak bersalah dan ia harus dibebaskan sekarang.”

Wang Jing

Petugas dari Kantor Polisi Ganjingzi di Kota Dalian merampas uang tunai 500.000 yuan dan perlengkapan komputer senilai lebih dari 200.000 yuan dari apartemen Ren. Mereka juga menemukan mobilnya dan merampas 50.000 yuan uang tunai yang ditemukan di dalam kendaraan.

Petugas polisi tidak menunjukkan identitas selama penangkapan. Ren kemudian ditahan di Pusat Penahanan Yaojia di Dalian, di mana ia melakukan mogok makan untuk memprotes penangkapan ini.

Ditangkap di Tengah Malam, Wanita Guangxi Ditahan Incommunicado selama Lebih Dari Tiga Bulan

Seorang penduduk Kota Guilin, Provinsi Guangxi telah ditahan incommunicado (tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan pihak luar) selama lebih dari tiga setengah bulan karena keyakinannya pada Falun Gong. Keluarganya sangat khawatir dengan kesehatannya.

Zhao Renyuan dan suaminya, Xie Jianxin, ditangkap pada tengah malam pada tanggal 5 Februari 2020. Polisi mengetuk pintu mereka dan mengaku sebagai petugas pemeriksa suhu badan. Xie mengirim pesan kepada seorang saudaranya tentang situasi tersebut dan mengatakan ia tidak membuka pintu. Ketika saudaranya melihat pesan pada pagi berikutnya dan menelepon Xie, pasangan itu sudah ditangkap.

Xie dan Zhao saat ini masing-masing ditahan di Kamar 201 ruang tahanan ke-2 dan Kamar 301 ruang tahanan ke-1, di Pusat Penahanan No. 2 Kota Guilin. Polisi tidak mengizinkan keluarga mereka menelepon atau mengunjungi mereka.

Dalam beberapa bulan terakhir, keluarga pasangan itu telah menulis surat kepada Xie dan Zhao. Xie telah membalas surat setiap bulan, tetapi keluarga belum mendengar kabar dari Zhao setelah satu-satunya surat yang dikirim Zhao pada tanggal 18 Maret.

Keluarga pasangan itu telah menelepon pusat penahanan untuk menanyakan tentang situasi Zhao. Para penjaga menjawab bahwa Zhao tidak mau menulis surat atau mereka tidak tahu tentang situasinya, dan dengan cepat memutuskan telepon sebelum selesai pembicaraan.

Pengacara Zhao pergi ke pusat penahanan pada tanggal 18 Juni untuk mendapatkan tanda tangan Zhao pada dokumen Surat Kuasa. Para penjaga menolak kunjungan dengan alasan epidemi virus corona dan juga menolak untuk menyampaikan surat pengacara kepada Zhao.

Sepupu Zhao, yang tinggal di kota yang sama dengan pasangan itu, menulis surat ke pusat penahanan pada tanggal 22 Juni dan meminta Zhao diizinkan untuk menghubungi keluarganya kembali. Ia belum menerima jawaban apa pun pada saat penulisan artikel ini.

Adik perempuan Zhao menghubungi pusat penahanan pada tanggal 29 Juni dan bertanya apakah Zhao sakit atau mengalami kecelakaan. Seorang penjaga pria menjawab, "Kami punya dokter di sini." Ketika adik perempuan itu terus bertanya apa yang terjadi, penjaga itu mengatakan semuanya baik-baik saja dan kemudian menutup telepon.

Adik perempuan Zhao menelepon kembali dan seorang penjaga wanita mengangkat telepon. Ia berkata kepada saudara perempuan Zhao, “Orang yang baru saja anda bicara dengannya, berbicara dengan tidak masuk akal. Kakak anda baik-baik saja. Kami sangat sibuk sekarang dan tidak punya waktu untuk berbicara dengan anda.” Ia menutup telepon dan tidak ada yang mengangkat telepon lagi ketika adik perempuan itu menelepon lagi.

Keluarga Zhao sekarang sangat khawatir apakah Zhao mengalami situasi medis dalam tahanan.

Wanita yang Terkena kanker Ditolak oleh Penjara untuk Pembebasan Bersyarat Medis, Keluarganya Diganggu dan Rumah Digeledah

Seorang wanita berusia 68 tahun yang menderita kanker saat menjalani hukuman karena keyakinannya pada Falun Gong, telah ditolak pembebasan bersyarat medis. Polisi menggeledah rumah Shen Jinyu pada tanggal 17 Maret 2020 dan menyita ponsel milik suaminya dan putrinya yang lebih tua. Putrinya yang lebih muda telah dipaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan karena keyakinan mereka yang sama.

Shen Jinyu

Shen (wanita), dari Kabupaten Yanqi, Provinsi Xinjiang, ditangkap pada tanggal 18 September 2016, karena mendistribusikan materi informasi Falun Gong pada tetangga di provinsi Gansu. Ia kemudian dijatuhi hukuman empat tahun oleh Pengadilan Chengqu pada tanggal 23 Agustus 2017.

Kurang dari empat bulan setelah dikirim ke Penjara Lanzhou di Gansu, fibroid rahimnya yang sudah sembuh dengan berlatih Falun Gong kambuh lagi. Ia juga mengalami penurunan daya penglihatan yang signifikan. Ia pingsan dua kali saat mandi. Rumah sakit penjara mengonfirmasi bahwa ia menderita kanker rahim pada tahun 2019. Keluarga Shen meminta pembebasannya dengan persyaratan medis, tetapi ditolak oleh penjara dan pihak berwenang lokal.

Pada tanggal 17 Maret, polisi menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku Falun Gong dan barang-barang pribadi lainnya. Ponsel dan kartu identitas suami dan putrinya yang lebih tua disita. Sejak itu, putri bungsunya, Liu Zhenling, terpaksa tinggal jauh dari rumah.

Kantor jaminan sosial di Kabupaten Yanqi menahan uang pensiunnya lebih dari 100.000 yuan, mengutip peraturan baru bahwa Praktisi Falun Gong tidak akan mendapat manfaat pensiun saat menjalani hukuman karena keyakinan mereka.

Dilaporkan bahwa Pengadilan Menengah Kota Jiayuguan meminta keluarganya untuk membayar 2.000 yuan sebagai imbalan atas pembebasannya lebih awal. Tidak jelas apakah mereka mematuhinya.

Berulang Kali Dianiaya

Setelah Dipenjara 12 Tahun karena Keyakinannya, Pria Ningxia Ditangkap Lagi

Seorang penduduk Kota Yinchuan di Daerah Otonomi Ningxia Hui ditangkap pada tanggal 5 Juni 2020, karena berlatih Falun Gong ketika mengunjungi keluarganya di Kota Guyuan di provinsi yang sama yang jaraknya sekitar 200 mil.

Ma Zhiwu, pria berusia 50 tahun, melakukan mogok makan di Pusat Penahanan Kota Guyuan untuk memprotes penganiayaan dan dikirim ke rumah sakit untuk dicekok paksa makan. Keluarganya berulang kali pergi ke kantor polisi dan pusat penahanan untuk menuntut pembebasannya, tetapi tidak berhasil.

Kejaksaan setempat baru-baru ini menyetujui penangkapannya dan ia sekarang menghadapi tuduhan karena keyakinannya.

Ma, seorang pria yang bekerja sebagai masinis kereta api. Ia berlatih Falun Gong pada bulan Mei 1998. Setelah rezim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap keyakinannya pada tahun 1999, ia telah berulang kali ditangkap dan ditahan selama 12 tahun.

Ma pertama kali dikenakan kerja paksa selama tiga tahun, tidak lama setelah ditangkap pada bulan September tahun 1999 karena membela Falun Gong. Karena ia melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan ilegal, pengadilan setempat menjatuhkan hukuman enam tahun penjara pada saat baru saja menjalani dua tahun dari tiga tahun masa kerja paksanya.

Penjaga penjara pernah mengikatnya ke “ranjang kematian,” dengan empat anggota badannya direntangkan dengan ketat dalam posisi elang merentang lebih dari 40 hari. Ia juga dipaksa meminum obat-obatan tak dikenal dengan bangkai lalat di dalamnya. Ia merasa tubuhnya terbakar di dalam setelah itu, dan tidak dapat berdiri atau berjalan selama enam bulan.

Istri Ma hamil mengandung putri mereka ketika ia pertama kali ditangkap pada tahun 1999. Gadis kecil itu tumbuh tanpa kehadiran ayahnya. Ia ditahan polisi pada tanggal 20 November 2001, ketika berusia dua tahun, karena polisi mencoba menggunakannya untuk memaksa ibunya melepaskan Falun Gong.

Ketika Ma dibebaskan pada bulan Februari 2008, putrinya sudah berusia 8 tahun. Tetapi hanya dua tahun kemudian, Ma ditangkap lagi pada tanggal 12 September 2010 dan dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara. Ia menderita penyiksaan brutal, termasuk pemukulan, duduk di kursi kecil selama berjam-jam setiap hari selama 1,5 tahun, kekerasan seksual, dan pembekuan. Ginjal kirinya terluka. Tulang rusuknya patah. Urinnya terdapat darah. Kakinya bengkak, memar, dan ia tidak bisa berdiri.

Selama masa penahanannya, ayah Ma meninggal dunia pada tahun 2010 karena tekanan mental akibat mencemaskan Ma.

Pihak berwenang terus-menerus mengganggu Ma sejak ia dibebaskan pada tanggal 12 Maret 2014. Tepat sebelum peringatan permohonan bersejarah oleh Praktisi Falun Gong pada tanggal 25 April dan pengenalan Falun Gong kepada publik pada tanggal 13 Mei tahun ini, polisi dan anggota staf komunitas pemukiman mengganggu Ma di rumahnya.

Nyaris Tidak Selamat dalam Penyiksaan Penjara Selama Satu dekade, Wanita Jilin Ditangkap Lagi

Baru saja selamat dari penyiksaan di penjara selama satu dekade pada beberapa tahun yang lalu, seorang wanita berusia 49 tahun di Kota Shulan, Provinsi Jilin baru-baru ini ditangkap lagi karena tidak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong.

Song Yanqun sebelum penganiayaan

Song Yanqun setelah sepuluh tahun di penjara karena keyakinannya

Sekelompok petugas mengetuk pintu Song Yanqun (wanita) pada tanggal 26 Maret 2020. Berpura-pura melakukan sensus, mereka menipu Song untuk membuka pintu.

Para petugas mengatakan kepada Song bahwa suratnya kepada Perdana Menteri PKT Li Keqiang, di mana ia menuntut agar PKT menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong, telah dikembalikan oleh Beijing dan Kantor Banding Nasional telah memerintahkan mereka untuk menangkap Song.

Song berkata kepada polisi, “Saya hanya mencari keadilan untuk keyakinan saya. Saya tidak melakukan kesalahan, tetapi saya disiksa sampai hampir mati di penjara. Saya masih menderita banyak masalah kesehatan sekarang dan tidak bisa hidup normal. Apa salah saya menulis surat kepada perdana menteri?”

Meskipun polisi tidak segera menangkapnya, mereka kembali sore itu dan membawa Song ke kantor polisi setempat. Buku-buku Falun Gong dan barang-barang berharga lainnya disita. Song saat ini ditahan di Pusat Penahanan Kota Jilin.

Ayahnya meminta pembebasannya di kantor polisi. Ia mengatakan kepada polisi bahwa penyiksaan selama satu dekade yang diderita putrinya di penjara telah menyebabkan banyak kehancuran pada fisik dan mentalnya. Ia mengatakan bahwa meskipun bertahun-tahun telah berlalu sejak ia kembali ke rumah, ia masih belum pulih dari trauma. Ia mengatakan putrinya menyampaikan kepadanya bahwa menulis surat banding membantu meringankan rasa sakit di hatinya dan ia menulis surat setiap hari, terkadang bergadang menulis surat sepanjang malam.

Polisi menyampaikan turut simpati kepada Song, tetapi mereka juga memberitahukan ayahnya bahwa perintah untuk menangkapnya datang dari atas dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga mengungkapkan bahwa pihak berwenang berencana untuk menghukumnya lagi.

Tujuh Bulan Setelah Menjalankan Lima Tahun Hukuman karena Keyakinannya, Insinyur Perangkat Lunak Ditangkap dan Menghadapi Hukuman Penjara Lagi

Hanya tujuh bulan setelah Wang Yifan selesai menjalani hukuman lima tahun karena berlatih Falun Gong, ia ditangkap dan sekarang menghadapi hukuman lagi karena meningkatkan kesadaran tentang keyakinannya.

Wang, pria berusia 36 tahun adalah seorang insinyur perangkat lunak yang bekerja di Kota Tangshan, Provinsi Hebei. Ia dijatuhi hukuman lima tahun oleh Pengadilan Kota Tangshan pada tahun 2015 setelah dilaporkan karena menerobos penyensoran internet di sebuah kafe internet.

Setiap kali orang tua Wang melakukan perjalanan 500 mil untuk datang ke Penjara No. 2 Jidong, permintaan untuk mengunjungi putra mereka ditolak pada sidang pertama. Mereka harus memohon kepada penjara berulang kali sebelumnya dan akhirnya mendapat persetujuan untuk mengunjungi putranya.

Setelah Wang dibebaskan pada Mei 2019, ia tinggal bersama orang tuanya, yang tinggal di Kota Rushan, Provinsi Shandong.

Hanya tujuh bulan kemudian, ia ditangkap lagi karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di pasar petani. Polisi menggeledah rumah orang tuanya dan menahannya di tempat penahanan kriminal.

Menuduh Wang sebagai pelanggar yang berulang kali, polisi segera menyerahkan kasusnya ke Kejaksaan Kota Rongcheng pada Maret 2020. Beberapa hari kemudian, jaksa penuntut mendakwanya dan memindahkan kasusnya ke Pengadilan Kota Rongcheng.

Wang disidangkan secara rahasia oleh Pengadilan Kota Rongcheng pada tanggal 15 Mei 2020. Ia saat ini ditahan di Pusat Penahanan Kota Rushan.

Setelah Dipenjara Selama Delapan Tahun, Wanita Hunan Ditangkap Sekali Lagi

Sekelompok polisi menerobos masuk ke rumah Lu Mengjun (wanita) pada tanggal 2 Juni 2020 dan menangkapnya karena keyakinannya pada Falun Gong. Mereka menyita printernya, beberapa materi informasi Falun Gong, serta uang tunai 1.000 yuan. Keluarganya ditolak untuk mengunjunginya dan mereka juga tidak diberi tahu di mana Lu Mengjun ditahan.

Lu berusia 58 tahun, dan adik perempuannya, Lu Yingjun, keduanya warga Kota Xiangtan, Provinsi Hunan, mulai berlatih Falun Gong pada tahun 2003. Rematik Lu Mengjun dan penyakit asma berat yang diderita saudara perempuannya sembuh dengan cepat.

Karena berbicara terus terang mengenai Falun Gong, Lu Mengjun berulang kali ditangkap dan dihukum dua kali dengan total delapan tahun. Adik perempuannya terpaksa tinggal jauh dari rumah selama tiga tahun setelah melarikan diri dari penangkapan pada tanggal 4 Juni 2007. Ayah mereka yang berusia 80 tahun juga dipaksa bersembunyi untuk menghindari gangguan polisi. Tekanan mental dari penganiayaan memberikan pengaruh buruk pada adik perempuan Lu. Ia meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 2011, hanya beberapa bulan setelah ia kembali ke rumah. Ia meninggalkan seorang putra balita.

Lansia Juga Tidak Terhindar

Enam Wanita, Sebagian Besar Berusia 80-an, Diganggu dan Menghadapi Penuntutan

Enam wanita dari Kota Maanshan, Provinsi Anhui, semuanya berusia antara 77 dan 86 tahun, ditangkap dan rumah mereka digeledah pada tanggal 24 dan 25 April 2020.

Xie Kuaiji, wanita berusia 84 tahun, tidak ditahan karena keluarganya keberatan. Lima lainnya, Zhou Chunying, wanita berusia 86 tahun; Wang Suhua, wanita berusia 84 tahun; Shen Xuemei, wanita berusia 84 tahun; Chen Xiufang, wanita berusia 83 tahun; dan Ji Yinzhu, wanita berusia 77 tahun dibawa ke kantor polisi setempat dan diinterogasi.

Polisi mengatakan bahwa mereka telah mengawasi praktisi ini sejak bulan Maret 2020 setelah merekam mereka membagikan materi Falun Gong. Mereka ditanya dari mana mendapatkan materi Falun Gong.

Meskipun lima praktisi dibebaskan pada malam hari penangkapan mereka, polisi memerintahkan mereka untuk kembali ke kantor polisi pada hari berikutnya untuk diinterogasi lebih lanjut. Polisi sedang mempersiapkan untuk menyerahkan kasus mereka ke kejaksaan untuk dituntut.

Wanita berusia 78 tahun dalam Penahanan Kriminal karena Mendistribusikan Informasi

Seorang wanita berusia 78 tahun telah berada dalam penahanan kriminal di Pusat Penahanan Kabupaten Yanshan setelah penangkapannya pada tanggal 30 Juni 2020, karena meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan terhadap Falun Gong.

Dong Yunxian, wanita dari Kota Wenshan, Provinsi Yunnan, ditangkap ketika membagikan materi informasi tentang Falun Gong sekitar jam 9 pagi pada tanggal 30 Juni 2020. Lebih dari 10 polisi, agen dari Kantor 610 dan beberapa anggota komunitas pemukiman menggeledah rumahnya satu jam kemudian. Dua komputer, dua printer, buku-buku Falun Gong, dan materi lainnya disita. Dong kemudian dibawa kembali ke Kantor Polisi Wolong dan diinterogasi.

Keluarga Dong pergi untuk mencari pembebasannya keesokan paginya. Polisi menolak permintaan mereka dan menyuruh mereka kembali pada jam 3 sore. Ketika mereka kembali pada sore hari, mereka diberitahukan bahwa Dong telah ditahan di bawah penahanan kriminal.

Wanita Beijing Ditangkap, Polisi Mengancam Putrinya untuk Mengawasinya

Xu Fengmei (wanita), seorang penduduk Beijing berusia 68 tahun, dihentikan oleh petugas di sebuah stasiun bus dalam perjalanan pulang pada tanggal 6 Juni 2020, setelah dicurigai berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Polisi menggeledah tasnya dan tidak menemukan materi yang berhubungan dengan Falun Gong. Mereka mengikuti sampai rumahnya dan menggeledah rumahnya tanpa surat perintah. Komputer dan buku-buku Falun Gong miliknya disita.

Polisi selanjutnya membawa Xu ke kantor polisi setempat. Ketika ia menolak untuk menjawab pertanyaan mereka selama interogasi, polisi secara verbal melecehkannya. Mereka juga tidak memberikan makanan atau minuman kepadanya, juga tidak mengizinkannya pergi ke kamar kecil.

Beberapa jam kemudian, Xu mulai mengalami gejala tekanan darah tinggi. Polisi membawanya ke rumah sakit, di mana dokter merekomendasikan agar ia segera dirawat. Tetapi polisi mengabaikannya dan membawa Xu ke Pusat Penahanan Distrik Daxing, yang menolak menerimanya karena hipertensi. Xu dibebaskan dengan uang jaminan pada malam hari tanggal 7 Juni. Putrinya, diancam saat menjemputnya.

Polisi menuntut agar putri Xu mengawasinya dengan saksama dan mencegahnya keluar rumah, atau polisi akan memaksa pemilik rumah untuk menghentikan penyewaan rumah kepada mereka atau meminta tempat kerjanya memecatnya.

Polisi kembali ke rumah Xu pada tanggal 8 Juni, mengambil fotonya dan mengancamnya lagi untuk tidak keluar rumah. Mereka mengatakan akan mengirim beberapa orang untuk mengawasinya.

Wanita Tua Enam Puluh Lima Tahun Ditahan di Rumah Sakit Jiwa, Menghadapi Persidangan

Seorang wanita berusia 65 tahun di Kota Foshan, Provinsi Guangdong ditangkap pada tanggal 17 Maret 2020 karena keyakinannya pada Falun Gong. Putrinya Li Yanqun setelah lebih dari dua bulan baru mengetahui bahwa Li telah dikirim ke Rumah Sakit Rakyat No. 3 di Foshan, sebuah rumah sakit jiwa terkenal di wilayah tersebut.

Putri Li mengatakan kepada koresponden Minghui bahwa ia pergi ke rumah ibunya pada 18 Maret, menemukan selembar pita segel polisi di pintu. Ia menggunakan kunci cadangannya untuk masuk dan menemukan tempat itu dalam kondisi kacau. Ia segera tahu bahwa ibunya telah ditangkap lagi karena menolak untuk melepaskan Falun Gong.

Saat mencari ibunya, putri Li dirujuk ke dua kantor polisi setempat dan dua pusat penahanan lokal, tidak ada yang memberitahukan persis lokasi penahanan ibunya.

Putri Li menyewa dua pengacara yang berbeda, tetapi tidak ada pengacara yang berhasil membuat janji dengan dua pusat penahanan, yang menyangkal telah menahan Li. Setelah permintaan pengacara berulang kali, pihak berwenang akhirnya mengungkapkan bahwa Li saat ini ditahan di rumah sakit jiwa, tetapi masih menolak kunjungan keluarganya.

Ketika menanyakan tentang status kasus Li di Kejaksaan Distrik Chancheng pada tanggal 27 Mei, putrinya menemukan bahwa jaksa penuntut telah menerima pengajuan polisi atas kasusnya pada tanggal 29 April. Putri Li kemudian mengetahui bahwa jaksa penuntut mendakwa Li pada tanggal 5 Juni 2020 dan meneruskan kasus itu ke pengadilan setempat segera setelahnya. Li sedang menghadapi persidangan karena keyakinannya.

Praktisi lain, Deng Meizhen, wanita berusia 78 tahun, ditangkap di rumah Li pada tanggal 17 Maret.

Kekerasan Polisi saat Penangkapan

Gigi Veteran Berusia 73 Tahun Dirontokkan Polisi

Karena menyebarkan informasi tentang sebuah pemberitahuan yang dikeluarkan oleh biro publikasi Tiongkok bahwa larangan penerbitan buku-buku Falun Gong telah dicabut, Cheng Defu, seorang veteran berusia 73 tahun di Chongqing, ditangkap pada tanggal 7 Maret 2020.

Sekelompok petugas menerobos masuk ke rumah Cheng. Ketika Cheng mencoba menghentikan mereka, seorang petugas berpakaian sipil menekannya ke lantai dan memborgolnya. Ia juga menampar wajah Cheng. Tidak ada petugas yang menunjukkan identitas atau surat perintah penggeledahan mereka.

Sementara beberapa petugas membawa Cheng ke kantor polisi setempat, petugas lain menggeledah rumahnya. Uang tunai 3.300 yuan, sebuah komputer, sebuah pemutar media, empat salinan pemberitahuan di atas, dan bahkan kaca pembesar, disita.

Di kantor polisi, polisi memborgol Cheng pada kursi interogasi logam dan mempertanyakan mengapa ia berbicara dengan staf komunitas pemukiman tentang pemberitahuan di atas.

Ketika Cheng pergi ke kamar kecil, petugas berpakaian sipil yang sama yang memukulnya di rumahnya menampar wajahnya lagi hingga dua giginya rontok.

Petugas juga menginjak buku-buku Falun Gong dan duduk di atas foto pencipta Falun Gong yang disita dari rumah Cheng.

Enam Praktisi Falun Gong di Heilongjiang Ditangkap karena Meminta Pembebasan Rekan Praktisi

Enam praktisi Falun Gong di Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang ditangkap karena meminta pembebasan seorang praktisi lokal yang ditahan karena membagikan informasi tentang keyakinan mereka. Lima dari enam praktisi ditahan selama sepuluh hari.

Zhang Jun, pria berusia 67 tahun, pergi ke kota terdekat Xinglong untuk mendistribusikan materi informasi tentang Falun Gong pada malam hari tanggal 9 April 2020. Ia diikuti oleh seorang petugas, kemudian dilaporkan ke Kantor Polisi Kota Xinglong.

Yang Chunlai, kepala kantor polisi, memerintahkan petugasnya untuk mencari Zhang di sekitar kota. Mereka menangkapnya dan menyita mobilnya.

Keluarga Zhang dan enam praktisi Falun Gong pergi ke kantor polisi pada sore berikutnya untuk meminta pembebasannya. Meskipun polisi setuju untuk membebaskan Zhang, mereka menangkap enam praktisi itu dan menyita mobil minivan yang mereka pinjam dari seorang teman. Polisi menggeledah van dan menemukan beberapa materi Falun Gong.

Polisi menampar wajah pengemudi bernama Sun Tienong (pria) begitu keras sehingga ia merasa sangat pusing dan pingsan.

Ketika Li Yan (pria) mencoba menghentikan polisi untuk memukuli Sun, petugas menyeretnya ke sebuah ruang tanpa CCTV dan memukulinya. Mereka memborgolnya dan menekannya ke lantai. Seorang petugas menginjak dan memutar wajah dan kepalanya. Petugas lain menendang punggungnya.

Setelah seorang praktisi bermarga Zhang (tidak ada hubungan dengan Zhang Jun) dibebaskan sekitar siang hari, lima praktisi yang tersisa, termasuk Sun (pria), Li (pria), Yu Shufan (wanita), Gao Yabin (wanita), dan Xu Shufeng (wanita), diinterogasi dan dianiaya secara verbal oleh kepala polisi bernama Yang.

Yang mengancam para praktisi untuk tidak lagi datang ke Kota Xinglong untuk mendistribusikan materi Falun Gong. Ia juga mengancam bahwa anak-anak dan cucu-cucu praktisi mungkin akan ikut dihukum jika mereka mengungkap penganiayaan kepada komunitas internasional atau menerbitkan nomor telepon petugas secara online (banyak praktisi di luar Tiongkok menelepon polisi dan mendesak mereka untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan).

Polisi mengeluarkan pemberitahuan penahanan sepuluh hari terhadap lima praktisi malam itu. Karena meningkatnya gelombang kedua pandemi virus corona di wilayah ini, para praktisi diperintahkan untuk tinggal di rumah. Rumah Yu digeledah pada hari berikutnya.

Polisi menolak mengembalikan kedua mobil yang disita dari Zhang dan Sun. Ketika teman Sun dan pemilik mobil minivan pergi ke kantor polisi untuk meminta pengembalian kendaraan, ia sendiri ditangkap, meskipun ia tidak berlatih Falun Gong.

Sembilan Praktisi Falun Gong Ditangkap karena Pertemuan Pribadi - Satu Diinterogasi Hampir 30 Jam Meskipun Kondisi Medisnya

Sembilan penduduk Kabupaten Lu, Provinsi Sichuan dihentikan oleh polisi dalam perjalanan pulang pada tanggal 30 April 2020, setelah mempelajari ajaran Falun Gong bersama. Polisi mengarahkan senjata ke mereka dan mengancam akan menembak jika mereka tidak berhenti berjalan.

Empat dari praktisi Falun Gong dibawa ke Departemen Kepolisian Kabupaten Lu dan lima lainnya ke Kantor Polisi Qifeng. Mereka semua diinterogasi semalam tentang siapa yang mengatur pertemuan itu. Polisi juga menggeledah tubuh mereka dan menyita materi terkait Falun Gong yang mereka bawa.

Tujuh dari praktisi telah dibebaskan. Dua praktisi lainnya, Yi Qunren (pria) dan Wang Xianshu (pria), masih ditahan di penahanan kriminal di Pusat Penahanan Naxi, pada saat penulisan artikel ini. Pemberitahuan penahanan mereka tidak ada tanda tangan petugas yang bertanggung jawab dan menyatakan bahwa para praktisi didakwa “merusak penegakan hukum,” suatu dalih standar yang digunakan untuk mengkriminalisasi praktisi Falun Gong.

Yin Minghui, wanita berusia 85 tahun, diinterogasi semalam di Kantor Polisi Qifeng. Polisi memaksanya untuk menandatangani catatan interogasi tanpa diberitahukan isinya. Mereka juga menolak untuk memberikan salinan kepadanya ketika ia memintanya. Yin dibebaskan sekitar jam 5 pagi.

Pada hari berikutnya, polisi datang ke rumahnya dan memaksanya menandatangani lebih banyak dokumen tanpa menjelaskan tentang apa isi dokumen itu. Yin melihat beberapa foto praktisi di beberapa halaman.

Praktisi lain, Wen (wanita), dibawa ke rumah sakit dari Kantor Polisi Kabupaten Lu untuk pemeriksaan fisik. Para dokter mengambil darahnya, mengambil sampel urin, dan mengambil usap hidung. Mereka juga mengukur tekanan darah, suhu, dan detak jantungnya, serta melakukan magnetic resonance imaging (MRI) padanya.

Mengetahui bahwa rezim komunis telah mengambil organ tubuh dari para praktisi Falun Gong yang masih hidup selama beberapa dekade, Wen sangat takut setelah menjalankan pemeriksaan yang menyeluruh itu. Tekanan darahnya lebih dari 200 mmHg dan suhu tubuhnya meningkat hingga 102,2 ° F. Wajahnya pucat dan kakinya bengkak.

Selama interogasi, Wen terus memberi tahu polisi bahwa ia merasa sangat pusing dan dadanya sangat sakit dan sesak. Terlepas dari permintaannya yang kuat untuk pulang ke rumah, polisi secara bergantian menginterogasinya hingga dini hari dan menuduhnya berpura-pura dengan kondisinya.

Setelah hampir 30 jam interogasi tanpa henti, Wen dibebaskan sekitar jam 5 sore dengan membayar uang jaminan pada hari berikutnya.

Menjadi Target karena Berbicara

Pensiunan Profesor Perguruan Tinggi yang Diduga Mendistribusikan Informasi tentang Keyakinannya, Dipantau 24 jam Selama Berminggu-minggu

Seorang wanita berusia 70 tahun di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu diawasi sepanjang waktu selama berminggu-minggu antara akhir Februari dan Maret 2020 karena keyakinannya pada Falun Gong.

Petugas menerobos masuk ke rumah Wang Chunhua, seorang pensiunan profesor dari Northwest Normal University, pada tanggal 25 Februari 2020, dengan menipunya agar ia percaya bahwa mereka datang untuk melakukan sensus.

Para petugas mengaku bahwa mereka telah melihat banyak materi yang berhubungan dengan Falun Gong digantung di pintu-pintu orang di sekitarnya dan mencurigai Wang yang memasangnya. Tanpa surat perintah penggeledahan, mereka menggeledah rumahnya dan menyita komputer, printer, buku-buku Falun Gong dan beberapa materi terkait.

Wang mencoba mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong kepada petugas, tetapi mereka tidak mau mendengar. Seorang polisi muda berusia 30-an menanggapi bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah yang terbaik dan ia tidak percaya akan mendapatkan balasan karma karena ikut dalam penganiayaan.

Polisi itu juga dengan paksa mengambil sidik jari, sidik telapak tangan dan sampel darah Wang. Sebelum mengganggu Wang, polisi itu telah mengganggu beberapa praktisi lain yang tinggal di lingkungan tersebut.

Sebelum pergi, polisi memerintahkan Wang untuk menandatangani catatan interogasi. Wang menolak.

Seorang petugas kembali ke rumahnya pada tanggal 27 Februari dan meminta ia menandatangani catatan interogasi atau dikenakan lima hari penahanan. Wang menolak untuk membuka pintu.

Petugas mengganggunya beberapa kali di antara tanggal 29 Februari dan tanggal 20 Maret 2020. Wang memperhatikan ada orang di luar gedung apartemennya sepanjang waktu untuk mengawasinya selama periode itu.

Guru Sekolah Dasar Ditahan karena Berbicara kepada Murid-muridnya tentang Sejarah Berdarah Partai Komunis

Seorang guru sekolah dasar ditahan selama 40 hari setelah dilaporkan berbicara dengan murid-muridnya tentang sejarah pembunuhan dan penipuan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Fu Qilong, pria dari Kota Changchun, Provinsi Jilin, berbicara kepada para siswanya tentang informasi tanpa sensor mengenai rezim komunis di satu kelas pada bulan November 2019. Ia mendesak siswa untuk mundur dari organisasi pemuda PKT dan mengembangkan pemikiran mandiri mereka sendiri, daripada menjadi korban pendidikan propagandanya PKT. Beberapa siswa mengatakan mereka ingin keluar dari Liga Pemuda yang telah mereka ikuti.

Dua minggu kemudian, beberapa orang tua siswa mengetahui hal ini dan melaporkan Fu ke sekolah dan biro pendidikan setempat. Mereka juga mengancam akan mengirimnya ke penjara, khususnya setelah mengetahui bahwa ia berlatih Falun Gong.

Fu diperintahkan untuk menghentikan semua kelasnya dan tinggal di rumah pada bulan Desember. Beberapa orang tua menuntut agar ia menyerahkan daftar nama siswa yang keluar dari Liga Pemuda, tetapi ia menolak.

Pimpinan sekolah juga menipunya untuk pergi ke sekolah untuk berbicara dengan mereka, tetapi di sana hanya ada mantan penjaga kamp kerja paksa untuk mencuci otaknya.

Sementara para siswa masih dalam liburan musim dingin pada 6 Januari 2020, sekolah memerintahkan mereka untuk kembali ke kelas untuk menerima pendidikan resmi. Ini ternyata menjadi sesi kelas khusus bagi petugas dari Departemen Kepolisian Kuancheng untuk menginterogasi para siswa.

Pada tanggal 8 Januari, polisi menerobos masuk ke rumah Fu dan menyita buku-buku Falun Gong, komputer, dan printernya. Ia dibawa ke Kantor Polisi Mengjiaqiao dan diinterogasi. Ia menolak untuk menjawab pertanyaan polisi atau menandatangani dokumen yang sudah disiapkan sebelumnya.

Fu ditahan di fasilitas penahanan selama sepuluh hari. Para penjaga berusaha menipunya untuk menandatangani pernyataan yang berjanji untuk melepaskan Falun Gong. Ia menolaknya.

Selama sepuluh hari, polisi menyerahkan kasusnya ke Kejaksaan, yang menolak untuk menerimanya.

Polisi berusaha memaksanya untuk mengakui beberapa kejahatan yang direkayasa polisi pada tanggal 18 Januari, tetapi ia kembali menolaknya. Ia ditahan di Pusat Penahanan No. 1 Kota Changchun dan ditahan selama 30 hari. Polisi mengajukan kasusnya ke Kejaksaan lagi selama periode ini, tetapi kasus itu kembali tidak diterima.

Fu dibebaskan dengan membayar uang jaminan pada tanggal 18 Februari 2020.

Mata Pencaharian Terkena Dampak

Bisnis Cuci Mobil Keluarga Guizhou Terpaksa Berhenti

Xia Weixian dan suaminya, dari Kota Guiyang, Provinsi Guizhou, menjalankan bisnis cuci mobil untuk menghidupi keluarga, termasuk dua anak mereka dan mertuanya.

Setelah pihak berwenang di Guizhou meluncurkan kampanye “Zero-out” untuk menargetkan praktisi lokal, polisi mendekati Xia sekitar tanggal 20 Mei dan berusaha memaksanya menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Ketika Xia menolak, polisi memerintahkan keluarganya untuk menutup bisnis, atau fasilitas cuci mobil mereka akan dihancurkan.

Tidak dapat menerima tekanan dari penganiayaan, suami Xia mengajukan gugatan cerai pada akhir bulan Mei. Ketika Xia memberi tahu sekretaris desa bahwa ia bersedia menyerahkan rumahnya dan pindah ke rumah orang tuanya setelah perceraian, sekretaris desa menolak untuk menyetujui perceraian mereka, mengklaim bahwa mereka tidak akan dapat mengawasinya jika ia pindah.

Wanita Jiangxi Dipecat dan Kehilangan Uang Pensiun setelah Menjalani Hukuman Dua Tahun

Hampir tidak selamat dari hukuman penjara dua tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, Liu Yongying (wanita) hampir pingsan setelah mengetahui bahwa ia telah dipecat oleh sekolahnya dan uang pensiunnya telah dicabut.

Liu Yongying sebelum penganiayaan

Liu Yongying setelah menderita dua tahun penganiayaan berat di penjara

Liu, wanita berusia 57 tahun adalah seorang dosen senior di Jiangxi Civil Administration School di Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi. Ia ditangkap pada tanggal 3 April 2018 dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara dengan denda 5.000 yuan pada bulan Oktober 2018.

Ketika Liu akhirnya dibebaskan pada tanggal 3 April 2020, putranya hampir tidak bisa mengenalinya, ia kurus dan terlihat lesu. Dia juga kehilangan banyak giginya.

Setelah kembali ke rumah, suami Liu mengatakan kepadanya bahwa Kantor 610 telah memaksa sekolahnya memecatnya pada bulan Mei 2018, hanya satu bulan setelah penangkapannya. Para pemimpin sekolah juga dipaksa untuk membuat pidato mengkritik diri di depan sekolah dan bonus tahunan semua staf sekolah ditahan. Mereka juga dipaksa untuk mengecam Falun Gong dan berjanji untuk menjauhkan diri dari Falun Gong.

Liu pergi ke kantor jaminan sosial provinsi (SSO) pada pertengahan April 2020 untuk mengajukan permohonan untuk menerima uang pensiunnya, karena ia telah mencapai usia pensiun pada September 2018. Resepsionis mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak dapat menemukan data profil dalam sistem dan memintanya untuk berkonsultasi dengan kantor jaminan sosial setempat.

SSO lokal memberitahukannya bahwa sekolahnya baru berpartisipasi dalam program jaminan sosial setelah tahun 2014 ketika reformasi jaminan sosial diadakan secara besar-besaran. Tetapi sekolahnya, berhenti membayar iuran ke akunnya setelah penangkapannya pada tahun 2018. Dengan demikian, ia hanya memiliki riwayat sekitar 3,5 tahun pembayaran iuran, sedangkan reformasi membutuhkan minimal 15 tahun pembayaran iuran sebelum seseorang memenuhi syarat untuk mendapat manfaat pensiun.

Staf SSO memberitahu Liu bahwa apabila ia ingin menerima pensiun melalui program jaminan sosial, ia harus membayar iuran yang belum dibayar selama 11,5 tahun. Apabila ia memilih untuk membayar iuran secara tahunan, ia harus menunggu sampai tahun 2031, ketika usianya mendekati 70 tahun, untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat pensiun. Atau ia bisa membayar sisa iuran yang diperlukan sebesar 120.000 yuan sekaligus untuk menerima pembayaran bulanan 1.000 yuan mulai sekarang.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

139 Falun Gong Practitioners Sentenced to Prison for Their Faith in First Half of 2020

938 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in May 2020

107 Falun Gong Practitioners Sentenced for Their Faith between January and May 2020

1,178 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in April 2020

89 Falun Gong Practitioners Sentenced for Their Faith between January and April 2020

747 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in March 2020

33 Falun Gong Practitioners Sentenced for Their Faith During Coronavirus Lockdown in China

The Persecution of Falun Gong Continues in China Despite Coronavirus Pandemic

194 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in January 2020

Chinese Communist Regime’s Courts Sentence 193 Falun Gong Practitioners As New Coronavirus Explodes