(Minghui.org) Saya menderita psoriasis sejak berusia lima atau enam tahun. Kedua lutut saya berkurapan dan seiring bertambahnya usia, kurap menyebar ke seluruh tubuh. Sangat gatal. Saya merasa malu saat remaja. Berdampak padarasa percaya diri saya dan saya takut didiskriminasi. Ini berlanjut sampai saya berusia 23 tahun, saat saya mulai berlatih Falun Dafa. Guru membantu membersihkan tubuh saya dan psoriasis sembuh tanpa pengobatan.

Tidak lama kemudian, Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Dafa. Saya tidak berlatih dengantekun dan tersesat di tengah masyarakat manusia biasa, psoriasis timbul kembali. Saya takut untuk memberi tahu suami danmertua saya, jadi saya mulai berlatih secara diam-diam. Saya tidak tahu bahwa saya juga harus belajar Fa dengan tekun dan saya masih tidak mengerti apa artinya kultivasi yang sebenarnya. Saya hanya melakukan latihan tetapi tidak banyak belajar Fa. Bahkan dalam keadaan ini, Guru tidak meninggalkan saya dan membersihkan tubuh saya lagi. Psoriasis sembuh. Setelah ini, saya sesekali keluar untuk membagikan materi klarifikasi fakta dan kondisi kultivasi ini terus berlanjut selama lebih dari satu dekade. Guru yang penuh belas kasih melihat saya belum menyadarinya, dan mengatur seorang bibi mengajak saya ikut dalam kelompok belajar Fa. Setelah banyak belajar Fa dalam kelompok belajar, saya baru tersadar dan memahami akan arti kultivasi: Saya ingin kembali ke jati diri yang asli.

Dalam proses kultivasi, saya tidak selalu bisa menjaga Xinxing dengan baik. Saya belum menyadari apa yang harus dilakukan, dan di tengah konflik, saya merasa tertekan. Pelurusan Fa hampir berakhir. Saya tiba-tiba memahami bahwa sebenarnya perasaan “diri” yang berlebihan dan menjadi tersesat dalam masyarakat manusia inilah yang membuat saya tidak dapat mengatasi kesulitan. Karena "diri" ini tersembunyi sangat dalam, saya tidak menyadarinya jika saya tidak memperhatikan. Saya akan memberikan beberapa contoh ini dari kehidupan sehari-hari.

Baru-baru ini di kelompok belajar Fa, praktisi bibi selalu berekspresi cemberut. Suatu kali, praktisi lain bertanya kepada saya mengapa dia tidak bisa membuka artikel apa pun yang dia unduh dari situs web Minghui. Saya bilang bahwa saya dapat menggunakan komputer bibi dan menunjukkan cara melakukannya.Praktisi lain berkata bahwa komputer itu tidak sama, dan bibi juga mengatakan bahwa komputer itu tidak sama, jadi langkahnya pasti berbeda. Saya menjawab walaupun komputernya berbeda, langkah-langkah untuk mengunduh kontennya sama dan tidak ada bedanya. Dia tidak setuju dengan saya dan meminta saya ke rumahnya untuk melihat-lihat.Saya menanyakan lebih detail beberapa informasi dan saya tidak tahu apakah itu sikap saya atau apakah bibi tidak mau menyalakan komputernya untuk kami, bibi mengabaikan kami. Dia mengambil bukunya dan tidak mauikut dalam diskusi kami. Saya berbicara dengan praktisi lain dan pada akhirnya bibi bertanya kepada kami, “Apakah anda sudah selesai berbicara? Jika ya, kita akan mulai belajar Fa.”

"Diri saya" pada saat itu merasa bahwa bibi ini sangat egois dan dingin. Bukankah seharusnya rekan praktisi mendiskusikan berbagai hal saat ada masalah? Namun dia tidak mau berbicara atau berbagi dengan kami. Setelah belajar Fa, bibi memberi tahu praktisi lain bahwa dia akan pergi ke rumahnya dan melihatnya. Kemudian bibi berkata kepada saya, "Jika kami tidak bisa menyelesaikannya, kami akan menanyakannya kepadamu lain kali."

Pada saat itu, saya tidak terlalu memikirkannya, tetapi ketika saya pulang saat sedang berjalan, saya merasa ingin mengeluh dan saya tidak bisa menghilangkan perasaan itu. Saya masih merasa tidak enak ketika tibadi rumah, jadi apa masalahnya? Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya pamer ketika berbicara? Saya rasa tidak. Lalu saya bertanya pada diri sendiri apakah saya menyakiti perasaan bibi melalui perkataan saya. Jawabannya adalah saya menyangkal apa yang dia katakan dan tidak ada yang lain. Lalu apakah saya mempermalukannya ketika saya menyangkal kata-katanya? Jawabannya mungkin. Setelah memikirkannya, saya masih tidak bisa menemukan jawabannya. Saya masih berpikir bahwa bibi itu egois, dingin dan kasar.

Sebenarnya, sepertinya saya telah mencari ke dalam, di bawah pengaruh "diri", apa yang sebenarnya saya cari di bawah kendali "diri" adalah apa yang dicari orang lain. Saya tidak menyadari bahwa perwujudan "diri", keegoisan dasar ini, telah terbentuk sealami bernapas. Sebenarnya apakah ini? Saya kemudian berbicara dengan ibu saya mengenai masalah ini, yang juga seorang praktisi. Guru melihat bahwa saya ingin mencari ke dalam dan tiba-tiba saya memahami bahwa bibi ini merupakan cermin bagi saya. Tindakan dan reaksinya agar saya melihat diri saya sendiri. Saya menjadi egois dan dingin.

Ketika ibu saya menderita karma penyakit, dia berkata bahwa dia sangat membutuhkan saya. Namun saya selalu menyalahkan dia karena tidak bisa melewatirintangan sendiri dan sebaliknya bergantung pada saya untuk segalanya. Saya tidak memiliki satu pun pikiran belas kasih dan tidak mempertimbangkan banyak hal dari perspektifnya.

Ibu merasa putus asa saat menderita karma penyakit dan saya sebagai putrinya, sesama praktisi, tidak berpikiruntuk membantunya. Saya malah menyalahkannya. Betapa egois dan acuh tak acuh! Sisi egois saya berpikir bahwa setiap orang perlu mencapai kesempurnaan sendiri dalam kultivasi. Setiap orang harus menerobosrintangan mereka sendiri. Jika setiap orang memberi tahu anda apa yang harus dilakukan dan anda hanya mengikutinya, apakah itu masih terhitung kultivasi? Tentu saja itu tidak masuk hitungan. Inilah yang dikatakan oleh "diri".

Ketika saya mengira itu adalah saya, itu akan menghasilkan lebih banyak pikiran buruk dan substansi buruk. Misalnya, ketika saya merendahkan rekan praktisi, menyalahkan rekan praktisi atau berpikir bahwa saya benar; itu semua bertentangan dengan prinsip Falun Dafa: Sejati, Baik dan Sabar. Saya keliru mengira bahwa pikiran-pikiran itu adalah saya sendiri. Mereka membuat saya percaya bahwa "Saya benar" dan orang lain salah.

Ketika saya menyadari pikiransendiri ini, saya terus menggali lebih dalam dan menemukan bahwa itu benar-benar akar dari keterikatan saya. Demi menjaga "diri", saya tidak akan mendengarkan hal-hal yang tidak ingin saya dengar. Saya tidak bisa menerima kritik, saya akan menyalahkan orang lain, mengeluh tentang orang lain, mengejar nama, persetujuan orang lain, mengejar pujian dari orang lain, mengejar kenyamanan, tidak ingin bangun pagi untuk latihan pagi, hanya memikirkan diri sendiri, tidak toleran terhadap orang lain , dan tidak memiliki belas kasih dan kesabaran terhadap orang lain. Saya merasa sangat menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena pemahaman saya masihterbatas. Saya ingin melepaskan "diri" ini secara menyeluruh.

Terima kasih, Guru, telah mengatur praktisi bibi untuk membantu saya menemukan bagian egois yang tidak mudah dikenali. Juga, saya minta maaf kepada ibu saya! Ke depannya, saya pasti akan menjadi praktisi Xiulian yang sejati, rajin, dan mengultivasi diri dengan baik. Saya tidak akan mengecewakan Guru yang belas kasih dan telah menyelamatkan saya.