(Minghui.org) Setelah tiga tahun sepuluh bulan penganiayaan brutal terhadap praktisi Falun Gong - Zhang Guiping di Distrik Dongzhou, Kota Fushun, Provinsi Liaoning, pada 2 Mei 2020, korban akhirnya keluar dari penjara neraka ini. Ketika dia dibebaskan dari penjara, tulang dan otot-ototnya menciut dan seluruh tubuhnya berubah bentuk. Setelah berjalan beberapa saat, Zhang Guiping harus beristirahat sejenak sebelum melanjutkan. Pinggang dan punggungnya tidak bisa digerakkan atau diluruskan. Ada benjolan di sisi kiri pinggangnya sementara sisi kanan cekung. Bahu kiri lebih rendah, bahu kanan lebih tinggi, tonjolan punggung kiri lebih tinggi dari sisi kanan; sisi kanan pinggul lebih besar dari otot sisi kiri, kaki kanan lebih besar dari kaki kiri, kecuali bahu kanan, seluruh sisi kanan tubuh termasuk otot-ototnya menciut, ketika berjalan sisi kanan tubuh miring ke bawah, tidak bisa tidur dalam posisi miring, jadi hanya bisa tidur terlentang.
Saat tengah malam, Zhang diculik polisi di pintu rumah
Pada 21 Juli 2016, jam 9:00 malam, setelah belajar Fa - Zhang Guiping pulang ke rumah meskipun hujan deras. Begitu dia memasuki gedung apartemen, empat pria tiba-tiba menyergapnya, mengatakan bahwa mereka adalah polisi. Hal pertama yang mereka lakukan mengambil ransel dan kuncinya. Seorang polisi bernama Liu Ming dari Kantor Polisi Dongzhou menutup mulut korban dengan tangannya, kemudian empat petugas itu menyeretnya secara paksa dari lantai pertama ke lantai enam. Begitu mereka memasuki rumah, Zhang diborgol pada tangannya di bangku, dan kemudian mereka mulai menggeledah rumah. Seorang polisi bermarga Chen dari Kantor Polisi Dongzhou menelepon dan meminta bantuan tujuh belas atau delapan belas polisi, termasuk dari Brigade Keamanan Nasional Fushun dan Kantor Polisi Xintun. Mereka lanjut mengobrak-abrik lokasi, membuat seluruh rumah berantakan, dan barang-barang berserakan hingga menutupi seluruh lantai.
Polisi mencuri tiga laptop, enam printer dan barang-barang pribadi lainnya, dan membawanya ke Kantor Polisi Fushun Xintun sekitar pukul 2 pagi, di mana Zhang dikurung di dalam sangkar besi dengan sebuah bangku sempit.
Petugas polisi Distrik Dongzhou - Liu Ming memimpin beberapa petugas polisi lainnya untuk menginterogasi Zhang Guiping secara ilegal. Zhang Guiping tidak bekerja sama dengan mereka dan tidak menandatangani berita acara, dan mengklarifikasi fakta kepada polisi. Zhang Guiping ditahan di dalam sangkar besi selama 14 jam sampai setelah pukul 4 sore, kemudian dia dikirim ke Pusat Penahanan Fushun Nangou, di mana dia ditahan di sel No. 206.
Penyiksaan yang dialami di pusat penahanan
Zhang Guiping melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan selama di pusat penahanan. Penjaga penjara bermarga Tian memerintahkan napi bernama Deng Yue dan Li Miaohui untuk memimpin sekelompok tahanan kriminal untuk menjatuhkannya ke lantai, memukul dan menendanginya, menjambak rambut dan membenturkan kepala korban ke dinding. Mata korban terbentur sehingga tidak bisa melihat apa-apa. Deng dan Li bergantian mencubit puting, bagian dalam pahanya, dan bagian dalam lengannya. Hingga tidak ada bagian tubuh yang tidak berwarna biru dan ungu. Setiap hari, korban diseret ke kamar mandi, ditekan lengannya, ditekan kepalanya, diinjak kakinya dan disiram air dingin dari botol. Zhang Guiping terus memprotes penganiayaan tersebut. Para pelaku kejahatan menghancurkan bibir Zhang Guiping, menekan kepala ke lantai membuat gigi depan bawahnya goyang, empat gigi besar berubah bentuk. Mereka menekannya ke lantai untuk dicekok paksa makan dan kemudian menyeretnya kembali. Empat atau lima tahanan ini memukuli Zhang Guiping setiap hari, menyiksanya selama lebih dari seminggu, dan melarangnya menggunakan toilet.
Peragaan metode penyiksaan oleh aparat Partai Komunis Tiongkok: Pemukulan, membenturkan kepala ke dinding
Penganiayaan kejam di Penjara Wanita Liaoning
Pada 2018, Zhang Guiping secara ilegal dijatuhi hukuman tiga tahun sepuluh bulan penjara. Pada 2019, ia dikirim ke Penjara Wanita No. 1 di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, kemudian dikirim ke Penjara Wanita No. 8 (kemudian dipindahkan ke Penjara Wanita No. 2, Penjara Wanita No. 1, sel No. 1) untuk dianiaya lebih lanjut. Di bawah instruksi penjaga penjara Cao Tuo, pemimpin tim ganda Jin Bailing seorang napi pembunuh, dan napi pembunuh lain dari Dandong, Liaoning, dan seorang penjahat bernama Wang Shuling, yang dijatuhi hukuman 40 tahun penjara karena menggelapkan dana publik, siang mereka memaksa Zhang untuk bekerja, kembali ke sel pada malam hari dan meminta dia untuk berjongkok di sudut, terutama untuk memaksa dia melepas keyakinannya pada Falun Gong. Melihat bahwa Zhang tidak berubah, Zhang diseret ke sebuah ruangan yang tidak diawasi setiap hari Minggu dan mereka menyuruhnya berjongkok di tengah ruangan, tiga kelompok orang secara bergantian mengawasinya, tidak membiarkannya bergerak, dan tidak mengizinkannya pergi ke toilet. Itu adalah musim dingin yang keras di utara Tiongkok. Mereka masing-masing mengenakan dua lapis celana katun agar tetap hangat, namun Zhang Guiping dibiarkan telanjang, jendela dibuka lebar, dan kardus digunakan untuk mengipasinya agar korban membeku, mereka kemudian meminjam kipas angin listrik dari penjaga penjara untuk mengipasinya di tengah cuaca dingin yang membeku.
Selama penganiayaan, Zhang Guiping juga melihat proses penganiayaan Liu Chunlan, yang juga praktisi Falun Gong dari Fushun, Liaoning, yang baru dipindahkan ke sel lain dari tim yang sama: Karena praktisi Falun Gong yang baru dipindahkan harus diubah dulu, Liu Chunlan bersikeras untuk tidak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong, dan beberapa kelompok tahanan gagal untuk mengubahnya. Pada saat itu, Wang Shuling, penjahat mengambil inisiatif untuk memberi tahu pemimpin tim ganda Jin Bailing (napi pelaku pembunuhan) agar “mengurusnya”. Jin Bailing berkata, "Oke, asal jangan sampai mati."
Zhang Guiping hanya berpegang pada keyakinannya dan tidak berubah. Tahanan Wang Shuling berkata dengan marah, "Jika kamu tidak berubah hari ini, saya akan memukulmu sampai mati. Memukul mati kamu satu orang tidak menjadi masalah. Setiap tahun selalu ada daftar kematian di tim kami.” Sambil berbicara, dia mengangkat bangku dan menghantamkannya ke kepalan korban. Penyiksaan itu berlanjut dari pagi hingga sore pukul empat, dan masih tidak mengizinkan korban ke toilet, korban dipaksa buang air kecil di celana.
Penjara menggunakan “bonus delapan poin” (pengurangan hukuman delapan hari) untuk memikat para napi agar turut menganiaya praktisi Falun Gong. Demi memperoleh keringanan hukuman, para narapidana ini dengan antusias menyiksa para praktisi Falun Gong.
Kemudian, Zhang Guiping dianiaya hingga pingsan, tekanan darahnya lebih dari 180, dia tidak bisa makan, dan tubuhnya sangat lemah. Dalam keadaan seperti itu, penjaga penjara Cao Tuo juga tidak mengizinkannya untuk berbaring di ranjang, dan Zhang tidak diperbolehkan menelepon ke rumah, 3000 yuan tabungan dari keluarganya untuk Zhang Guiping juga diambil, Zhang Guiping tidak diizinkan pergi ke mini market di penjara untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari, dan tidak ada tahanan lain yang diizinkan memberikan barang-barang kepada Zhang Guiping. Praktisi Falun Gong terutama tidak diberi akses ke tisu untuk toilet.
Kemudian Zhang Guiping dibawa ke rumah sakit penjara. Pemeriksaan CT menunjukkan bahwa korban menderita trombosis serebral, sesak dada, kesulitan bernapas, dan nyeri kesemutan di dada depan dan belakang, di samping terkena masalah jantung. Suatu malam, ketika dia berdiri dalam antrean untuk kembali ke asrama, dia tiba-tiba roboh ke lantai. Dalam perjalanan ke rumah sakit, tahanan Cong Guoying masih mencubiti lengannya beberapa kali, dan memintanya untuk kembali ke asrama. Cong Guoying menendangnya beberapa kali.
Penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong di rumah sakit penjara juga sangat serius. Rumah sakit memberi Zhang Guiping infus, tapi dia tidak tahu obat apa yang diberikan. Setelah infus, Zhang Guiping menderita sakit jantung yang parah selama satu malam. Saat berada di rumah sakit, Li Xiaolin - wakil kepala rumah sakit saat itu, memaksa setiap pasien untuk membaca buku propaganda dari Partai jahat. Zhang Guiping tidak mau membacanya, maka Li Xiaolin memaksanya duduk di lantai sambil memfitnah Dafa. Di Lorong, bengkel kerja atau di kamar sel di penjara sering terdengar jeritan praktisi Falun Gong yang tengah dianiaya.
Zhang Guiping pernah dididik ulang secara ilegal melalui kerja paksa selama tiga tahun pada 2003. Pada saat itu, Zhang Guiping melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan dan jiwanya berada dalam kondisi kritis. Setelah dibebaskan, dia terpaksa mengungsi. Selama pengungsian Zhang Guiping, suaminya juga mengungsi. Pasangan suami istri ini kehilangan pekerjaan pada saat yang sama. Suaminya ketakutan sepanjang hari Ketika ada yang mengetuk pintu. Dia menderita guncangan fisik dan mental yang hebat. Dia mengidap kanker paru-paru pada tahun 2004 dan meninggal pada Maret 2006 di usia 52 tahun.
Setelah tiga tahun sepuluh bulan dipenjara secara tidak adil, Zhang Guiping kembali ke rumah, dan itu bahkan lebih parah. Selama penahanan ilegal, otoritas PKT menangguhkan gaji pensiun tiga tahun sepuluh bulannya. Dan delapan bulan setelah Zhang Guiping kembali ke rumah, Pengadilan Distrik Xinfu di Kota Fushun membekukan rekening banknya dan mencuri 10.000 yuan dalam tujuh bulan. Zhang Guiping sendiri tidak memiliki tabungan karena dia sendirian dan harus membiayai putrinya masuk ke perguruan tinggi, yang menyebabkan tekanan ekonomi yang besar pada dirinya, yang hidup hanya tergantung pada uang pensiun. Meskipun kondisi fisiknya sangat merana akibat penyiksaan yang berkepanjangan, dia tidak punya pilihan selain bekerja paruh waktu.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org