(Minghui.org) Setelah rezim Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong pada Juli 1999, mantan pejabat dari kota praja Jiangcheng (sekarang diubah namanya menjadi Kota Dajidian) di Kota Baoding, Provinsi Hebei secara aktif mengikuti aturan penganiayaan.

Mereka menangkap praktisi setempat yang tetap teguh pada keyakinannya, menggeledah rumah, memeras uang, merampas kartu Identitas Diri, menahan mereka di pusat penahanan dan pusat pencucian otak, kerja paksa dan hukuman penjara.

Para pejabat ini termasuk:

- Wang Dan (王丹), sekretaris Komite Politik dan Hukum Kota praja Jiangcheng dari 20 Juli 1999 hingga 2001
- Zhang Aichen (张爱臣), sekretaris Komite Politik dan Hukum Kota praja Jiangcheng setelah Wang Dan
- Bai Shan (白善), direktur Pemerintah Kota praja Jiangcheng pada tahun 2001, sekarang almarhum
- Wang Keling (王克林), kepala Kantor Polisi Kota praja Jiangcheng, sekarang almarhum
- Wang Weijun (王卫军), kepala Kantor Polisi Kota praja Jiangcheng setelah Wang Keling
- Liu Guitang (刘桂堂), Sekretaris Partai Desa Liuzhuang, Kota praja Jiangcheng
- Ge Limin (葛利民) dan Huang Tao (黄涛), anggota staf kontrak pemerintah Kota praja Jiangcheng, yang ditugaskan untuk menganiaya praktisi

Berikut ini adalah kasus persekusi selama masa jabatan pejabat di atas.

Zhan Jinyan Dianiaya hingga Tewas Beberapa Hari Setelah Penangkapannya

Zhan Jinyan [Wanita], seorang penduduk Desa Yinzhuang, Kota praja Jiangcheng, berusia 20-an ketika penganiayaan Falun Gong dimulai pada 1999. Ia ditahan karena menolak melepaskan Falun Gong dan Huang Tao memukulinya dengan brutal selama masa penahanannya. Setelah dibebaskan, listrik rumahnya diputus.

Setelah ia pergi ke Beijing untuk mengajukan banding atas haknya berlatih Falun Gong pada 26 November 2001, suaminya melaporkan dirinya ke polisi di hari berikutnya. Petugas dari Kantor Polisi Jiangcheng segera pergi ke Beijing. Pada saat mereka tiba di Beijing, Zhan telah ditangkap oleh polisi Beijing. Mereka menemukannya di Pusat Penahanan Kabupaten Yanqing dan mengantarnya kembali.

Keluarga Zhan diberi tahu oleh pemerintah Kota praja Jiangcheng pada 29 November untuk pergi ke Rumah Sakit Yanqing. Mereka bergegas ke rumah sakit dan ia telah tidak sadarkan diri, dengan rahang atas dan bawahnya yang sudah tidak sejajar. Ia meninggal dunia tiga hari kemudian, meninggalkan anaknya yang berusia dua tahun.

Zhang Aichen, Wang Kling, dan Huang Tao bertanggung jawab atas kematiannya.

Penganiayaan Berulang Kali Memaksa Li Shunli Berpindah-pindah selama Bertahun-tahun dan Menyebabkan Kematiannya

Pejabat dari Kota praja Jiangcheng berulang kali menahan Li Shunli [Pria] dan menyiksanya. Ia dipaksa meninggalkan rumah pada 2002 dan telah berada dalam pelarian selama bertahun-tahun. Ia meninggal dunia pada 2015.

Liu Guitang memerintahkan akuntan desa Liu Dengge untuk membawa Wang Dan dan empat orang lainnya untuk menangkap Li pada 1 Januari 2000. Li dibawa ke kantor polisi di mana Huang Tao memukul wajahnya dengan buku Zhuan Falun, buku utama Falun Gong. Kemudian selusin orang dari pemerintahan kota praja dan kantor polisi memukulinya sebelum membawanya ke pusat penahanan.

Setelah ia dibebaskan, pemerintah kota praja mengirim orang ke rumahnya untuk memeriksa setiap hari, karena mereka takut ia akan pergi ke Beijing untuk mengajukan banding. Ketika ia pergi ke Baoding untuk berbisnis, Wang Dan pergi ke sana setiap hari untuk melecehkannya, yang memaksa dirinya mundur dari bisnisnya.

Zhang Aichen menggantikan Wang Dan pada 2001 dan terus melecehkan Li pada hari-hari sensitif. Terkadang Zhang melecehkannya di rumah beberapa kali sehari, dan terkadang bahkan setelah tengah malam.

Li berusaha meninggalkan rumah untuk pergi ke Beijing untuk mengajukan banding bagi Falun Gong pada 26 April 2001. Polisi setempat dan pejabat pemerintahan kota praja datang ke rumahnya beberapa kali untuk melecehkan keluarganya. Ketika ia kembali ke rumah, Zhang Aichen, Huang Tao dan satu orang lainnya langsung membawanya pergi ke pemerintah kota praja.

Lebih dari selusin orang mendatangi mobil ketika mereka tiba. Mereka menyeret Li keluar dari mobil dan memukulinya. Wajahnya memar. Mereka kemudian mengikatnya ke alat penyiksaan bangku harimau dengan tangan yang terborgol di belakang tubuhnya, dan meletakkan batu bata di bawah kakinya, hingga ia pingsan.

Huang Tao memukul pergelangan kaki kirinya dengan sekop belasan kali dan membuat kaki kirinya bengkak parah. Ia kemudian diborgol ke sebuah pilar di ruang pertemuan, dan selusin orang memukulinya hingga ia kehilangan kesadaran. Ia kemudian diborgol ke pipa metal dan ditinggalkan tergeletak di lantai semen semalaman, dengan dua orang mengawasinya.

Li kemudian dibawa ke pusat penahanan di siang hari berikutnya. Enam belas hari kemudian, ia dipindahkan ke sesi cuci otak yang diadakan di Sekolah Dasar Dongyinzhuang, yang dijalankan oleh petugas dari Kantor 610 Distrik Xinshi. Ia dan praktisi lain dipaksa melakukan olahraga fisik dan membaca buku yang memfitnah Falun Gong setiap hari. Siapa pun yang menolak melepaskan Falun Gong menjadi subyek pemukulan acak. Li ditampar di wajah beberapa kali. Di suatu kesempatan lain, setelah ia ditampar, dua orang memukul pantatnya puluhan kali dengan tongkat karet, dan membuat pantatnya memar parah.

Ketika Li ditahan di sesi cuci otak, Liu Guitang dan Zhang Aichen datang ke rumahnya dan meminta ayahnya membayar “biaya cuci otak” 100 yuan per hari. Ayahnya dipaksa membayar 800 yuan. Pejabat itu kemudian datang ke pusat pencucian otak di hari berikutnya untuk meminta Li membayar 3,000 yuan sebagai biaya makan. Li akhirnya meminjam 2,000 yuan untuk membayar pemerasan itu sebelum ia dibebaskan.

Pada Juli 2001, Zhang Aichen dan polisi memanggil semua praktisi Falun Gong di desa Li ke kantor desa dan berusaha memaksa mereka menandatangani surat tobat yang berjanji untuk melepaskan keyakinan mereka. Li menolak. Kemudian ia tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut. Mereka menaruhnya dalam daftar buronan di seluruh Provinsi Hebei.

Ketika ia kembali ke rumah di suatu malam pada tahun 2000, ia ditemukan oleh petugas polisi yang berada di dekat rumahnya. Ia berhasil melarikan diri.

Satu minggu sebelum Tahun Baru Imlek tahun 2004, Li kembali ke rumah dengan beberapa barang untuk perayaan Tahun Baru Imlek, tapi dilaporkan oleh orang-orang yang mengawasi rumahnya. Wang Weijun dan enam orang lainnya memaksa masuk ke rumahnya dan mendorongnya ke halaman. Tali pinggangnya dan celananya robek dalam pergumulan ini. Ketika ia dibawa ke kantor polisi, Zhang Changlin, kepala Divisi Keamanan Domestik Distrik Xinshi, sedang menunggunya. Ia membakar tangan Li dengan korek api. Li dibawa ke pusat penahanan malam itu.

Li mogok makan selama sebelas hari di pusat penahanan. Keluarganya dihubungi untuk menjenguknya dua hari kemudian. Saat itu, Li hanya tinggal kulit dan tulang. Ia dibebaskan setelah dua hari.

Polisi terus datang ke rumahnya sesekali untuk memeriksanya. Setelah ia pulih, polisi menangkapnya, pada 16 Februari 2004, dan memberikannya tiga tahun di Kamp Kerja Paksa Baoding. Setelah kamp kerja menolak menerimanya karena ia gagal melewati pemeriksaan medis, polisi harus membebaskannya lagi. Ia meninggalkan rumah satu kali lagi, pukul 6 pagi di hari berikutnya, satu jam sebelum polisi datang. Ia bersembunyi.

Otoritas secara ketat mengawasi rumahnya sebelum Olimpiade Beijing tahun 2008. Tidak mengetahui akan situasi ini, Li kembali ke rumah suatu hari pada Juli 2008. Khawatir akan keselamatannya, ibunya meminta dirinya segera pergi. Setelah ia pergi, orang-orang dari pemerintahan kota praja dan kantor polisi memaksa masuk ke rumahnya. Kemudian mereka mencarinya di sekitar tempat tinggalnya.

Li ditangkap pada 17 Juli 2008. Baik pusat penahanan dan kamp kerja paksa menolak menerimanya. Ia dibebaskan pada 21 September 2008, setelah Olimpiade Beijing selesai.

Pada 7 September 2009, Huang Tao dan empat orang datang ke rumahnya untuk melecehkan keluarganya dan membawa buku registrasi keluarganya.

Di samping penganiayaan dari Kota praja Jiangcheng, Li telah disiksa setelah ditangkap di Beijing dan tempat lainnya. Penyiksaan, penahanan berulang kali, berpindah-pindah untuk jangka Panjang, dan pelecehan terus menerus mempengaruhi kesehatannya. Ia meninggal dunia pada 24 Januari 2015.

Kekayaan dan Bisnis Keluarga Feng Jiying Menjadi Target Penganiayaan

Keluarga Feng Jiying [Pria] menjalankan pabrik tepung dan sejahtera secara finansial. Untuk mencegahnya pergi ke Beijing dan mengajukan banding bagi Falun Gong, Zhang Aichen mengirimkan orang untuk tinggal di rumahnya dan mengawasinya sepanjang waktu selama 15 hari (tiga shift per hari dengan sekitar enam orang setiap shift). Mereka memaksa keluarga Feng untuk menyediakan makanan bagi orang-orang tersebut. Terkadang mereka menyeret Feng keluar untuk membelikan wine (anggur merah), daging, sayuran, dll.

Mereka menargetkan kekayaan dan menggeledah rumahnya beberapa kali, mengambil barang-barang berharga, termasuk furnitur, elektronik, dan dekorasi, bersamaan dengan materi dan buku-buku Falun Gong. Mereka merampas mobilnya dua kali dan memaksanya membayar sejumlah uang sebelum mengembalikan mobil itu. Mereka menghancurkan kaca di enam ruangan di rumah yang baru saja dibangun dan memutus aliran listrik.

Mereka juga pergi ke pabrik tepung dan mengambil semua gandum, tepung, dan dedak. Mereka mengancam akan menghancurkan mesin tepung dan pabriknya. Feng diperas 5,000 yuan untuk menyelamatkan pabrik.

Orang-orang ini juga berulang kali memaksa masuk ke rumah ibunya dan melecehkan serta mengintimidasi, terkadang mendorongnya ke sana kemari. Penganiayaan terus menerus hampir menyebabkan dirinya mengalami kejatuhan mental.

Feng Suzhen dan Suami Bukan Praktisi Mengalami Penganiayaan

Setelah Feng Suzhen pergi ke Beijing untuk mencari keadilan bagi Falun Gong setelah 20 Juli 1999, pejabat dan anggota staf dari pemerintahan kota praja, kantor polisi dan desa berulang kali menangkap, menahan, dan melecehkannya. Mereka terkadang mengetuk pintu rumah di tengah malam dan meneriakkan Namanya, menyebabkan keributan di sekitar tempat tinggalnya. Ia diikuti ketika keluar rumah dan tidak bisa hidup dengan normal.

Lebih dari 20 orang datang ke rumahnya pada 1 Oktober 1999, beberapa orang dengan motor dan beberapa orang lagi dengan mobil, yang memenuhi Lorong rumahnya. Dipimpin oleh Wang Dan, mereka menggeledah rumah, melemparkan barang-barang ke seluruh penjuru lantai. Ketika Ge Limin bertanya apakah Feng memiliki buku-buku Falun Gong, ia tidak merespons. Ge kemudian meninju wajahnya. Ia menjadi pusing dan wajahnya bengkak. Mereka menyita seluruh buku-buku Falun Gong dan membawa dirinya ke Kantor Polisi Kota praja Jiangcheng. Putrinya yang sedang beristirahat di rumah setelah melahirkan sangat ketakutan oleh peristiwa ini.

Di kantor polisi, seorang pria berusia 30-an membawa sebuah buku Falun Gong dan memukul wajah Feng dengan buku itu. Wajahnya memar dan babak belur. Feng kemudian diborgol ke sebuah tiang utilitas dengan tangan di belakang punggungnya. Huang Tao dan yang lainnya membawanya ke Pusat Penahanan Baoding setelah Wang Dan menginterogasi Feng.

Di saat yang sama, suami Feng, Han Yongxiang, mengirim putri mereka ke keluarga mertuanya. Tetapi, ketika ia kembali ke rumah, Ge Limin menangkap dan membawanya ke pemerintah kota praja. Mereka menaruhnya di sebuah ruangan dan Ge menendang kakinya untuk membuat Han berlutut. Ia dipaksa mengutuk Guru Falun Gong. Seorang pemuda kemudian menampar wajahnya puluhan kali. Kemudian memaksa Han pergi ke rumah untuk mengambil 6,000 yuan untuk menutupi biaya makan Feng. Han menyeret tubuh lemahnya lebih dari 2 mil (sekitar 5 km) dari pemerintahan kota praja dan mengambil uang itu.

Han kemudian tidak bisa makan dan kesehatannya menurun. Ia menderita beberapa penyakit dan menjadi tidak mampu merawat diri sendiri.

Penganiayaan Melalui Cuci Otak

Setelah penganiayaan Falun Gong dimulai pada Juli 1999, kebanyakan praktisi Falun Gong di Kota praja Jiangcheng dibawa ke pusat pencucian otak di Desa Yinzhuang, Kota praja Damafang, di mana mereka dipaksa menonton propaganda yang memfitnah Falun Gong.

Sesi pertama adalah tujuh hari lamanya dan setiap praktisi diperintahkan membayar 3,000 yuan untuk “biaya Pendidikan.” Ketika praktisi menolak membayar, biayanya dikurangi menjadi 2,000 yuan. Praktisi harus membayar sebelum mereka dibebaskan.

Sesi kedua diadakan pada akhir Mei 2001 selama tiga hari. Setiap praktisi dipaksa membayar 100 yuan per hari, dan mereka yang tidak mau bekerja sama selama sesi itu harus membayar 300 yuan per hari.

Ada juga sesi cuci otak yang diadakan di pemerintahan Kota praja Jiangcheng dari waktu ke waktu. Praktisi dibawa paksa dan menjadi subyek cuci otak, penyiksaan, dan pemerasan.

Feng Ruihe Dibawa Pergi Saat Hanya Bisa Berbaring di Tempat Tidur

Feng Ruihe pergi ke Beijing sesaat setelah penganiayaan dimulai pada 20 Juli 1999, dan ditangkap di sana. Polisi Beijing menyiksa dan mematahkan beberapa tulang rusuknya. Ketika ia akhirnya kembali ke rumah, ia hanya bisa terbaring di tempat tidur untuk pemulihan. Tetapi, pejabat dari pemerintah kota praja datang, memaksa membawanya ke dalam mobil, dan menuju ke pusat pencucian otak di Desa Yingzhuang.

Karena Feng kesulitan merawat diri sendiri, Li Ji dari kantor polisi memimpin sekelompok orang ke rumah saudara perempuannya, yang disebutkan di atas, Feng Suzhen, dan membawanya ke pusat pencucian otak untuk merawat saudara laki-lakinya itu. Makanan mereka adalah makanan sisa yang ditinggalkan oleh anggota staf pusat pencucian otak.

Kakak beradik itu dipaksa menonton video yang memfitnah Falun Gong setiap hari, mereka juga diperintahkan mengutuk Falun Gong dan Gurunya; dan diperintahkan menulis surat pernyataan berjanji untuk melepaskan latihan. Tiga hari kemudian, mereka diperas 300 yuan untuk biaya makan dan dibebaskan. Tetapi, orang-orang dari pemerintahan kota praja dan kantor polisi datang ke rumah Feng secara berkala untuk melecehkan dirinya. Mereka bahkan menyiksa Feng secara verbal, meninju, menendang, dan menampar Feng dan istrinya ketika mereka tidak mau bekerja sama. Ini terjadi selama beberapa tahun.

Tiga pejabat kota praja dengan paksa membawa Feng [Wanita] ke kantor desa pada 18 April 2000, di mana ia menjadi subyek cuci otak sepanjang waktu dan diperintahkan menulis surat pernyataan melepaskan Falun Gong. Ketika ia berusaha memberi tahu mereka kebenaran tentang Falun Gong, wajahnya ditampar dan pergelangan kakinya dipukul dengan tongkat.

Jiang Yutian, Wanita Penyandang Disabilitas, Dipukuli hingga Berdarah

Jiang Yutian, berusia 60-an, penyandang disabilitas. Zhang Aichen dan yang lainnya membawanya mengikuti sesi cuci otak. Karena ia memberi tahu mereka fakta-fakta Falun Gong, mereka memukulinya di seluruh bagian tubuh dengan papan bambu lembut dan cabang willow tipis dan menampar wajahnya berkali-kali.

Ketika pemukulan terjadi, kakak iparnya datang berkunjung. Melihat situasi itu, ia memohon dan berusaha menghentikan pemukulan itu, “Jangan pukuli dia. Jika dia mati, anda yang akan bertanggung jawab!”

Seorang pria berkata, “Tidak seorang pun akan dimintai pertanggungjawaban. Ini adalah perintah dari atas. Kami hanya akan menguburnya jika ia mati.” Mereka terus memukuli Jiang di depan kakak iparnya. Ia berlumuran darah di sekujur tubuhnya.

Keluarganya harus membayar sejumlah besar uang untuk membebaskannya.

Wang Qin Menjadi Subyek Cuci Otak dan Pelecehan Jangka Panjang

Setelah Wang Qin [Wanita] kembali dari perjalanan ke Beijing untuk mengajukan banding bagi Falun Gong, ia ditipu untuk pergi ke kantor desa dan ditangkap di sana. Pejabat menginterogasi dan mengintimidasinya, dan tidak memperbolehkan keluarga mengirimkan makanan. Ia dibebaskan setelah empat hari.

Sesaat setelahnya, Zhang Aichen memimpin sekelompok orang ke rumah Wang dan membawanya ke sesi cuci otak di kota praja Damafang. Mereka memaksa dirinya menonton video memfitnah Falun Gong dan menyalin kata-kata fitnah di papan tulis. Ia tidak bekerja sama.

Wang menjadi subyek penyiksaan fisik ketika berada di tahanan, termasuk dipaksa berlari, melakukan pekerjaan kebersihan, membajak dan merapikan ladang. Setelah empat hari, ia diperas 200 yuan dan kemudian dibebaskan.

Polisi kemudian memaksanya melapor ke pemerintah kota praja setiap hari. Kemudian, Liu Zeng dari pemerintah kota praja, datang ke rumahnya setiap hari untuk memeriksa. Pelecehan ini berlangsung selama hampir setahun.

Suatu pagi tahun 2000, Li Ji dan beberapa orang lain datang ke rumah Wang dan memaksa membawanya ke pemerintah kota praja Jiangcheng. Mereka mendorongnya dalam perjalanan. Satu pria menampar kedua sisi wajahnya dengan brutal dan memukul tulang pergelangan kaki dan kakinya dengan tongkat kecil. Zhang Aichen datang dan menamparnya lagi, membuatnya tersandung dan hampir jatuh. Sekelompok anggota staf menyaksikan dan tertawa. Pria itu kemudian menampar wajahnya lagi.

Keluarga Wang memohon kepada Zhang Aichen dan yang lainnya untuk meminta pembebasannya, dan diperas 500 yuan. Zhang mengklaim dana itu sebagai uang jaminan untuk tidak akan mengajukan banding untuk Falun Gong.

Kasus-kasus Lainnya

Pada Mei 2001, dua praktisi Falun Gong ditangkap ketika mendistribusikan materi Falun Gong. Zhang Aichen menyiksa mereka, dan wajah mereka menjadi bengkak dan memar. Setiap dari mereka diperas 16,000 yuan dan ditahan. Ketika Zhang dan yang lainnya pergi menggeledah salah satu rumah praktisi, ia menampar putra praktisi itu beberapa kali dan menyita beberapa peralatan rumah tangga baru yang disiapkan putranya untuk pernikahannya.

Huang Tao dan empat orang memaksa masuk ke rumah praktisi Liu Fenglin [Wanita] di Desa Liuzhuang, pada 7 September 2009. Mereka menggeledah di sekitar kamar ibunya dan membawa pergi dua buah buku Falun Gong.

Kemudian mereka pergi ke rumah praktisi Li Xirong [Wanita] dan membawa pergi buku registrasi keluarganya.