(Minghui.org) Saya terus melihat atau mendengar tentang rekan praktisi yang mengalami gejala penyakit serius selama beberapa tahun terakhir. Beberapa bahkan meninggal dunia. Sebagian besar adalah praktisi lama yang belajar Dafa sebelum penganiayaan dimulai pada 20 Juli 1999.

Saya merasa kasihan kepada mereka yang telah berkultivasi hingga saat-saat terakhir dari periode Pelurusan Fa dan kemudian meninggal dunia. Tapi ini juga membunyikan alarm bagi praktisi di sekitarnya. Sebagai seorang praktisi, seseorang harus gigih dalam berkultivasi, memiliki pikiran lurus, dan berperilaku lurus sehingga kejahatan tidak dapat memanfaatkan celah celahnya. Hal ini mengingatkan saya pada kejadian 20 tahun yang lalu.

Saya dijatuhi hukuman satu tahun di kamp kerja paksa pada tahun 2001, ketika penganiayaan sedang mencapai puncaknya. Kamp itu dipenuhi dengan faktor-faktor jahat. Para penjaga memutar video dan program TV yang memfitnah Falun Dafa atau menceramahi praktisi dengan propaganda Partai Komunis yang memfitnah Dafa.

Pada saat itu, saya tidak memiliki pemahaman mendalam tentang Fa Guru Li tentang memancarkan pikiran lurus, saya juga tidak menganggapnya serius. Meski begitu, Guru membiarkan saya merasakan kekuatan dan keefektifannya. Kami diawasi dan tidak diizinkan berbicara dengan praktisi lain di dalam sel. Namun, seorang rekan praktisi diam-diam menyarankan suatu hari agar kami memancarkan pikiran lurus bersama ketika penjaga memutar video keesokan paginya. Saya setuju.

Para penjaga mengumpulkan 11 praktisi di sebuah ruangan besar sekitar jam 8 pagi keesokan harinya. Saya mulai memancarkan pikiran lurus secara diam-diam. Para penjaga sibuk memindahkan kursi dan menyiapkan peralatan untuk video tersebut. Seorang penjaga mengumumkan, “Kami memutar video pagi ini. Perhatikan baik-baik.” Yang mengejutkan, tidak ada gambar yang ditampilkan. Dia mengeluarkan disk, memeriksanya, dan memasukkannya ke dalam pemutar lagi. Masih belum ada gambar. Dia memanggil penjaga lain untuk membantu. Mereka mengerjakannya sebentar tetapi masih belum bisa membuatnya berfungsi. Dia akhirnya mengumumkan, “Ada yang salah dengan mesinnya, jadi kita akan menontonnya besok.”

Saya sangat menghargai kekuatan pikiran lurus dari kejadian itu. Setelah itu, saya menjadi serius dalam memancarkan pikiran lurus.

Kondisi di dalam sel sangat buruk. Beberapa orang terjangkit kudis dan saya juga. Penyakit itu menyebar ke seluruh tubuh saya, kecuali wajah dan leher saya. Rasa gatal yang ekstrim sangat sulit untuk ditoleransi. Seseorang akan menggaruknya sampai kulitnya pecah dan berdarah. Di malam hari, hal itu sangat tidak tertahankan dan membuat sulit untuk tertidur. Seprainya dipenuhi bintik-bintik berdarah dan kulit yang terkelupas akibat kudis.

Saya tidak selalu menjaga pikiran lurus saat itu. Saya juga memiliki banyak keterikatan manusia dan tidak tahu bagaimana mencari ke dalam dan mengultivasi diri sendiri. Pemahaman saya tentang kekuatan lama yang Guru ceritakan kepada kami tidak jelas. Saya tidak membersihkan dan memusnahkan faktor-faktor ini sampai ke akar-akarnya.

Saat berbaring di tempat tidur pada suatu malam, tidak bisa tidur, diam-diam saya memancarkan pikiran lurus. Saya tertidur dan mengalami mimpi yang nyata. Seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun turun dari langit. Saya melakukan gerakan latihan Dafa “Vajra Menyingkirkan Gunung” dan melafalkan nama gerakan tersebut ketika bocah itu mendarat. Bocah laki-laki itu kemudian menjadi kecil dan menghilang. Itu semua terjadi dalam sedetik. Saya terbangun dari mimpi. Saya percaya itu adalah Guru yang membantu, menyemangati, dan menginspirasi saya. Kebahagiaan yang tak terlukiskan muncul dalam pikiran saya dan beban besar sepertinya telah terangkat dari diri saya.

Saya sembuh dari kudis dalam beberapa hari. Guru memikul kesengsaraan ini dan melenyapkan karma dan hal-hal buruk saya. Saya menyadari bahwa, selama kita memiliki pikiran lurus, Guru akan membantu kita tidak peduli apapun keadaan atau kesengsaraannya.

“kultivasi tergantung pada diri sendiri, sedangkan evolusi Gong tergantung pada Shifu.” (“Ceramah I”, Zhuan Falun)

Terima kasih, Guru yang Agung!