(Minghui.org) Wang Haiqian , mantan guru sekolah menengah di Kabupaten Dazhu, Provinsi Sichuan, didiagnosis menderita kanker usus besar pada Januari 2023, saat menjalani hukuman 7,5 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan spiritual dan meditasi kuno. Otoritas penjara memberi tahu keluarganya untuk mengajukan pembebasan bersyarat medis, namun sengaja menunda proses persetujuan dan tidak membebaskannya hingga sekitar bulan September 2023 ketika kankernya telah menyebar. Wang meninggal satu bulan kemudian. Ia berusia 60 tahun.
Kasus Wang adalah salah satu dari 209 kasus kematian praktisi Falun Gong yang baru dilaporkan pada tahun 2023, menjadikan total korban tewas yang terdokumentasi menjadi lebih dari 5.000 sejak Partai Komunis Tiongkok memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999. Jumlah kematian sebenarnya diyakini mencapai jauh lebih tinggi mengingat sensor yang ekstrem di Tiongkok. (Daftar lengkap 209 praktisi yang meninggal dapat diunduh di sini (PDF) .
BAGIAN I. GAMBARAN UMUM KASUS KEMATIAN YANG BARU DILAPORKAN
Praktisi yang meninggal berasal dari berbagai kalangan, termasuk dokter, guru, pekerja pabrik, pustakawan dan insinyur. Setidaknya 18 dari mereka, berusia antara 30 dan 86 tahun, meninggal saat masih dalam tahanan, termasuk 3 kematian di pusat penahanan dan 15 kematian di berbagai penjara. Rangkuman laporan tahun-tahun sebelumnya juga mencakup kasus kematian yang terjadi di kantor polisi, rumah sakit jiwa, pusat pencucian otak, dan kamp kerja paksa yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Kematian di dalam tahanan sering kali didahului dengan penyiksaan fisik dan mental yang brutal (yang diakibatkan oleh pencucian otak intensif yang bertujuan untuk memaksa praktisi melepaskan keyakinannya), pemberian obat-obatan secara paksa, kondisi medis yang berkembang di dalam tahanan, atau penundaan perawatan medis (seperti kasus Wang yang telah disebutkan di atas).
Sisa kematian terjadi setelah praktisi dibebaskan dari penahanan atau setelah mereka mengalami penganiayaan tanpa penangkapan selama bertahun-tahun (seperti gangguan oleh pihak berwenang, pemindahan dengan paksa, tekanan untuk melepaskan Falun Gong, pemutusan hubungan kerja yang salah, perampasan/penangguhan uang pensiun, atau kehilangan anggota keluarganya).
18 Meninggal dalam Penahanan
Dua dari 18 kematian praktisi dalam tahanan, meninggal dunia enam hari setelah ditangkap.
Hu Yongxiu, wanita warga Kota Wuhan, Provinsi Hubei, berusia 64 tahun, meninggal enam hari setelah ditangkap pada tanggal 30 Maret 2023, karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di luar rumah sakit.
Liang Lixin , wanita dari Hinggan League, Inner Mongolia, juga meninggal enam hari setelah ditangkap pada bulan Maret 2023 saat mengunjungi putrinya di Kota Changchun, Provinsi Jilin. Ia meninggal di Pusat Penahanan Jiutai ketika polisi sedang dalam proses mengembangkan kasus terhadapnya.
Praktisi tertua yang meninggal dalam tahanan adalah Li Peigao, pria berusia 86 tahun dari Kota Kunming, Provinsi Yunnan. Ia meninggal pada tanggal 4 Januari 2023, beberapa hari sebelum menyelesaikan hukuman empat tahunnya karena berlatih Falun Gong. Menurut narapidana yang telah dibebaskan, Li berada dalam kondisi sehat di penjara dan sangat mengejutkan bahwa ia tiba-tiba meninggal, hanya beberapa hari sebelum dibebaskan. Petugas penjara menyatakan bahwa ia meninggal karena sakit tetapi tidak memberikan informasi lebih lanjut kepada keluarganya.
Meskipun tidak jelas jenis penganiayaan apa yang dialami Hu, Liang, dan Li sebelum mereka meninggal, banyak praktisi lainnya meninggal setelah menderita penganiayaan brutal di dalam tahanan.
Pria Berusia 30 Tahun Dipukuli Hingga Meninggal
Praktisi termuda, Pang Xun, penyiar radio berusia 30 tahun, dipukuli hingga meninggal saat menjalani hukuman lima tahun di penjara di Provinsi Sichuan pada bulan Desember 2022. Menurut orang dalam, jenazah Pang penuh dengan luka akibat pemukulan, bekas sengatan listrik, dan bekas diikat erat dengan tali. Ia juga menjadi kehilangan kontrol pada kandung kemih akibat penyiksaan.
Penjara membantah telah menyiksa Pang, namun mengklaim bahwa Pang meninggal karena hipertiroidisme, meskipun ia dalam keadaan sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan apa pun ketika ditangkap.
Kematian Akibat Kondisi Medis yang Terjadi di Penjara
Beberapa praktisi lanjut usia yang menjalani hukuman karena keyakinan mereka tidak diberikan pembebasan bersyarat medis meskipun kondisi medis mereka parah, yang akhirnya menyebabkan mereka meninggal dunia.
An Fuzi, wanita pensiunan profesor perguruan tinggi berusia 82 tahun, meninggal dunia pada bulan Mei 2023 saat menjalani hukuman tiga tahun penjara. Beberapa bulan sebelum kematian An, penjara memberi tahu keluarganya bahwa ia menderita efusi pleura dan meminta mereka untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam perawatan medisnya. Putra dan putrinya bekerja di Korea Selatan pada saat itu, meminta untuk mengadakan pertemuan virtual atau panggilan telepon dengannya namun permintaan ditolak. Dengan alasan pandemi, penjara juga tidak mengizinkan anggota keluarganya yang lain di Tiongkok untuk mengunjunginya secara langsung.
Fei Shuqin , wanita 77 tahun, meninggal dunia di Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang pada tanggal 16 Februari 2023, saat menjalani hukuman 13 tahun. Ia menderita fibroid rahim, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung tidak lama setelah dipenjara, namun penjara berulang kali menolak permohonan pembebasan bersyarat medis dari keluarganya.
Wang Zizhou , pria berusia 74 tahun, warga Kabupaten Sheqi, Provinsi Henan, mengalami kondisi medis yang parah di Penjara Kota Xinmi, namun pihak berwenang tidak membawanya ke rumah sakit hingga 10 menit setelah ia meninggal pada tanggal 14 Oktober 2023.
Kematian di Rumah
Dalam beberapa kasus, pihak berwenang melepaskan praktisi ketika mereka berada di ambang kematian untuk menghindari tanggung jawab, dan praktisi tersebut meninggal dunia tidak lama setelah pembebasan.
Ma Chengxiang (jenis kelamin tidak diketahui), warga Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang, ditangkap pada tanggal 29 Juni 2023 dan dibebaskan tiga hari kemudian. Ma jatuh sakit parah setelah dibebaskan dan meninggal dua minggu kemudian.
Zong Ming , wanita dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, menjadi kurus dan kesulitan berbicara ketika dibebaskan setelah delapan bulan ditahan di pusat pencucian otak setempat. Keluarganya membawanya ke rumah sakit pada tanggal 1 Januari tahun 2023, namun dokter menolak untuk merawatnya. Ia meninggal di rumah sakit beberapa jam kemudian, enam hari setelah dibawa pulang.
Li Guibin , wanita dari Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei, dijatuhi hukuman empat tahun pada usia 76 tahun. Pada pertengahan April 2023, dua tahun setelah dibawa ke Penjara Wanita Provinsi Hebei, putranya diberitahu oleh penjara bahwa ia sedang sekarat. Putranya bergegas ke penjara dan membawanya ke rumah sakit. Li meninggal tak lama kemudian pada tanggal 16 April, pada usia 80 tahun. Menurut seseorang yang melihat tubuhnya, Li hanyalah tinggal kulit dan tulang.
Li Ailin, wanita dari Kota Hulunbeir, Inner Mongolia, ditangkap pada bulan April 2023 setelah dilaporkan karena menyebarkan materi informasi tentang Falun Gong. Karena interogasi di kantor polisi dan dilanjuti penggeledahan rumah, ia mulai merasakan sesak di dada dan sesak napas. Khawatir ia akan mati dalam tahanan, polisi memerintahkan putranya untuk membawanya pulang. Li meninggal sebulan kemudian pada tanggal 10 Mei. Ia berusia 66 tahun.
Hu Hongmei, wanita berusia 75 tahun di Kabupaten Jinzhai, Provinsi Anhui, meninggal pada tanggal 26 Maret 2023, hanya beberapa bulan setelah dibebaskan dari rawat inap paksa selama delapan bulan di bangsal psikiatri. Di rumah sakit, Hu tidak pernah diberi makanan yang cukup, dan ia setiap hari dipaksa meminum tiga pil obat yang tidak diketahui jenisnya tiga kali sehari. Ketika menolak meminum obat, perawat mencengkeram lehernya dan menampar wajahnya. Bahkan setelah dibebaskan, pihak berwenang masih menempatkannya dalam pengawasan perumahan dan terus-menerus memerintahnya untuk melepaskan Falun Gong. Saat masih menderita komplikasi akibat dari pemberian obat secara paksa, ia berjuang untuk mengatasi tekanan yang tiada henti dan meninggal.
Salah satu contoh kematian akibat gangguan adalah Luo Ying, wanita dari Kota Xianning, Provinsi Hubei. Penyakit lamanya kambuh lagi setelah diganggu di rumahnya oleh otoritas setempat pada tanggal 3 Maret 2023. Otoritas setempat berusaha membuatnya melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Luo tidak pernah pulih dan meninggal pada tanggal 1 Mei, pada usia 70 tahun.
Beberapa praktisi lain meninggal dalam kemiskinan setelah dana pensiun mereka ditangguhkan. Li Dianxing, seorang warga Kota Huaihua, Provinsi Hunan, terus-menerus diganggu oleh pihak berwenang setempat. Seorang pegawai dari Kantor Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Kabupaten Yuanling pergi ke rumahnya pada tanggal 3 April 2023 dan memintanya mengembalikan sebagian dari uang pensiun yang telah diterimanya. Orang tersebut menyatakan bahwa Li tidak berhak atas tunjangan pensiun apa pun saat menjalani hukuman penjara sebelumnya karena keyakinannya, maka ia diharuskan mengembalikan dana yang telah diterimanya selama waktu tersebut. Li sangat marah dan kesal hingga menderita stroke hemoragik. Ia meninggal pada hari itu juga. Ia berusia 84 tahun.
Tragedi Keluarga
Penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong tidak hanya merugikan praktisi sendiri, namun juga mengakibatkan kerugian permanen bagi keluarga mereka. Beberapa anak kecil menjadi yatim piatu ketika kedua orang tuanya dianiaya hingga meninggal, beberapa pasangan yang saling mencintai kehilangan pasangannya, dan beberapa orang tua lanjut usia kehilangan anak-anak mereka yang sudah dewasa.
Setelah kehilangan ibunya, seorang gadis berusia enam tahun Lily (alias) di Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang, menjadi yatim piatu ketika ayahnya juga meninggal. Penderitaan Lily dimulai bahkan sebelum ia dilahirkan. Tidak tahu sudah hamil, ibunya, Zhu Xiumin, melakukan mogok makan selama lima bulan untuk memprotes penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan karena berlatih Falun Gong. Merupakan keajaiban bahwa kehamilannya tetap bertahan selama cobaan berat yang dialaminya, dan Lily lahir pada tanggal 8 Desember 2017. Hanya enam hari setelah kelahirannya, ayah Lily, Wang Yudong, dijatuhi hukuman tiga tahun. Zhu berjuang untuk merawat Lily sendirian sambil menghindari gangguan polisi. Trauma fisik dan mental akhirnya menyebabkan kematiannya pada bulan Juli 2022. Wang menderita stroke di penjara dan tidak pernah pulih setelah dibebaskan pada bulan Maret 2020. Ia meninggal saat tidur pada tanggal 9 April 2023.
Meninggalnya Xiang Huaixiang, seorang warga Kota Chenzhou, Provinsi Hunan berusia 73 tahun, pada bulan April 2023, didahului dengan kematian putri dan suaminya. Putri satu-satunya, Chen Lijuan, seorang mahasiswa berusia sekitar 20 tahun, ditangkap pada tahun 2000 saat melakukan latihan Falun Gong di Lapangan Tiananmen di Beijing. Ia mengalami gangguan mental akibat penyiksaan di dalam tahanan. Meskipun telah mendapat perawatan medis, kondisinya memburuk dan meninggal pada bulan November 2004. Setelah penangkapan Xiang yang terakhir pada tanggal 19 Juli 2010, suaminya, Chen Zhiqiang berusaha tanpa kenal lelah menuntut pembebasannya, yang kemudian diintimidasi oleh pihak berwenang. Karena tekanan mental, suaminya menderita kanker hati dan meninggal sendirian di rumahnya. Jenazahnya ditemukan setelah mulai membusuk dan tetangganya mengetahuinya dari bau yang menyengat.
Ketika Gao Zhencai dibebaskan pada tanggal 2 Januari 2023, setelah menjalani hukuman 3,5 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, ia menjadi kurus, hampir buta dan tidak berdaya. Istrinya, Xu Suqin, tidak ada di rumah untuk menyambutnya, karena sudah meninggal sebulan sebelumnya akibat tekanan mental dari penganiayaan. Gao meninggal dalam waktu kurang dari dua bulan pada tanggal 26 Februari setelah pembebasannya. Ia berusia 71 tahun.
Liu Xinying ditangkap satu bulan setelah suaminya meninggal pada tanggal 19 Februari 2014, pada usia 45 tahun. Suaminya menjadi lumpuh berat pada tahun 2001 setelah disiksa di kamp kerja paksa karena berlatih Falun Gong, Liu kemudian dijatuhi hukuman 5,5 tahun dan terus menghadapi gangguan dari polisi setelah dibebaskan pada bulan Maret 2020. Liu meninggal pada tanggal 22 April 2023, pada usia 54 tahun. Bahkan satu bulan sebelum meninggal, polisi meneleponnya dan meminta untuk berbicara dengannya.
Xi Xiulin dari Kabupaten Pingding, Provinsi Shanxi, dijatuhi hukuman sepuluh bulan penjara pada bulan Januari 2021 karena keyakinannya pada Falun Gong. Ia terus-menerus menghadapi gangguan dari pihak berwenang setelah dibebaskan pada bulan November 2021. Ia hidup dalam ketakutan dan meninggal pada bulan Juni 2023. Putrinya, Liu Yanming, terpengaruh setelah penangkapan sebelumnya pada tahun 2003. Liu sangat trauma sehingga ia mengalami gangguan mental. Ia tidak bisa bekerja sejak paruh kedua tahun 2004.
Rincian Kasus Berdasarkan Tahun Kejadian
Di antara 209 kasus kematian yang baru terkonfirmasi, 88 kasus terjadi antara tahun 2002 dan 2022, 114 kasus terjadi pada tahun 2023, dan 7 kasus tidak diketahui waktu terjadinya.
Dari 88 kasus yang terjadi sebelum tahun 2023, pada tahun 2002, 2003, 2004, 2007, dan 2012 masing-masing terjadi satu kasus, pada tahun 2013, 2014, dan 2016 masing-masing terjadi dua kasus. Tahun 2017 terjadi sebanyak 5 kasus, disusul 6 kasus pada tahun 2018. 5 kasus pada tahun 2019, 7 kasus pada tahun 2020, 5 kasus pada tahun 2021, dan 49 kasus pada tahun 2022.
Untuk 114 kasus pada tahun 2023, rata-rata kematian bulanan pada paruh pertama tahun ini adalah 11 dan rata-rata kematian bulanan pada paruh kedua tahun ini turun menjadi 6.
Karena sensor informasi yang ketat, kasus penganiayaan tidak selalu dapat dilaporkan secara tepat waktu, dan juga tidak terdapat informasi yang tersedia. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kasus-kasus tersebut, kasus kematian yang dilaporkan pada tahun 2023 yang dimana telah terjadi sebelum tahun 2021, telah mengalami keterlambatan pelaporan rata-rata selama 84 bulan. Kasus kematian yang terjadi pada tahun 2022 telah mengalami keterlambatan rata-rata 5,6 bulan ketika dilaporkan pada tahun 2023. Untuk kasus yang terjadi pada tahun 2023, sebanyak 62 kasus (27,2%) dilaporkan pada bulan yang sama atau dalam satu bulan setelah kematian, sisa jumlah kasus telah mengalami keterlambatan pelaporan rata-rata sebesar 3,3 bulan.
Distribusi Lokasi-Tahun-Jenis Kelamin dai 209 Kematian Baru yang Dilaporkan pada tahun 2023
209 praktisi meninggal yang baru dikonfirmasi (132 perempuan, 77 laki-laki, dan 2 orang yang jenis kelaminnya tidak diketahui) berasal dari 25 provinsi dan kota, dengan kasus di setiap wilayah berkisar antara 1 hingga 24. Liaoning melaporkan kasus kematian terbanyak yaitu 24, termasuk 12 kasus yang terjadi pada tahun 2023 dan 12 kasus pada tahun sebelumnya. Jilin dan Heilongjiang masing-masing mencatat 23 kasus, diantaranya masing-masing 14 dan 10 kasus terjadi pada tahun 2023. 14 kasus pada tahun 2023 di Jilin juga merupakan yang tertinggi di antara seluruh wilayah dalam hal kasus yang dilaporkan pada tahun yang sama dengan kejadiannya.
Lima wilayah lainnya melaporkan kasus dua digit antara 11 dan 17, dan sisanya tujuh belas wilayah memiliki kasus satu digit antara 1 dan 8.
Gambar 4 juga menunjukkan distribusi kematian baru yang dilaporkan berdasarkan gender di seluruh provinsi.
175 Praktisi Meninggal Dunia yang Diketahui Usianya
Dari 209 kasus baru yang dilaporkan, 175 praktisi yang usianya diketahui pada saat meninggal dunia. Mereka berusia antara 23 dan 93 tahun, termasuk 134 orang berusia 60 tahun ke atas. 66 dari 175 praktisi adalah laki-laki, termasuk 32 orang meninggal sebelum tahun 2023 dan 34 orang meninggal pada tahun 2023. Sisanya, 109 praktisi adalah perempuan, 42 diantaranya meninggal sebelum tahun 2023 dan 67 orang meninggal pada tahun 2023.
Kematian yang Terjadi Sebelum Tahun 2023
Di antara 175 praktisi yang diketahui usianya, 74 orang meninggal sebelum tahun 2023 (termasuk 32 laki-laki dan 42 perempuan). Praktisi termuda adalah Jin Luyi berusia 23 tahun dan yang tertua adalah Yao Chunlan berusia 92 tahun, yang kematiannya pada bulan Agustus 2022, empat bulan sebelum kematian (akibat penganiayaan) putranya Li Huixiang yang berusia 60 tahun.
Ketika penangkapan Chen Zaishan, seorang pria Shandong pada tahun 2018, polisi mengancamnya, “Kami bisa saja memukuli praktisi Falun Gong sampai mati.” Meskipun Chen dibebaskan beberapa jam kemudian, penderitaan mental akibat gangguan yang terus menerus oleh polisi masih menghantuinya. Ia juga mendapat pukulan berat ketika istrinya yang telah menjadi buta dan tidak dapat berjalan akibat penganiayaan, meninggal dunia pada tahun 2021. Chen ditemukan tewas di rumahnya pada musim dingin tahun 2022. Ia berusia 80-an.
Dua praktisi meninggal setelah bertahun-tahun mengalami gangguan dan diberikan obat secara paksa, termasuk Xu Ji'an, pria berusia 77 tahun, warga Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, dan Song Xiangzhen, wanita di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Song menjadi lumpuh dan kehilangan ingatannya akibat disuntik dengan zat beracun setelah penangkapannya pada tahun 2002. Ia meninggal pada bulan Juli 2022 setelah dua puluh tahun menderita. Ia berusia 73 tahun.
Kematian yang Terjadi pada Tahun 2023
Di antara 175 praktisi yang diketahui usianya, 101 di antaranya meninggal pada tahun 2023 (termasuk 34 laki-laki dan 67 perempuan). Yang termuda adalah Jiang Yong, pria berusia 31 tahun, dari Kota Changchun, Provinsi Jilin, yang meninggal pada tanggal 23 Januari 2023, saat menjalani hukuman 8,5 tahun di Penjara Gongzhuling. Meskipun kondisinya kritis karena melakukan mogok makan berkepanjangan untuk memprotes penganiayaan, pihak berwenang menolak untuk membebaskannya dengan alasan medis, karena ia menolak untuk melepaskan keyakinannya.
Praktisi paling tua yang meninggal pada tahun 2023 adalah Gao Suodi, wanita berusia 93 tahun, dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Ia meninggal pada tanggal yang tidak diketahui karena gangguan polisi dan penggerebekan rumah yang berulang kali. Bahkan sehari sebelum kematiannya, beberapa polisi mendatangi rumahnya untuk mengganggunya.
BAGIAN II. LEBIH BANYAK KASUS LAINNYA
1. Kematian dalam Penahanan
Saat berada dalam tahanan, praktisi Falun Gong yang menolak melepaskan keyakinannya menghadapi penyiksaan fisik yang brutal dan pencucian otak intensif yang dirancang untuk mengubah mereka. Banyak dari mereka ditahan di lingkungan terisolasi, diawasi oleh para narapidana sepanjang waktu, dilarang berkomunikasi dengan keluarga, dan tidak diperbolehkan berbicara dengan praktisi Falun Gong lainnya yang dipenjara. Cedera fisik dan tekanan mental yang sangat besar seringkali berakibat fatal.
Mengingat kebijakan pemberantasan Jiang Zemin, mantan ketua Partai Komunis Tiongkok yang memerintahkan penganiayaan pada tahun 1999, “Hancurkan reputasi mereka (praktisi Falun Gong), bangkrutkan mereka secara finansial dan hancurkan mereka secara fisik.,” sebagian besar penjara dan pusat penahanan diberikan “kuota kematian,” para penjaga tidak akan dimintai pertanggungjawaban jika mereka menyiksa praktisi Falun Gong sampai mati, tetapi akan menerima bonus ketika berhasil memaksa praktisi untuk melepaskan Falun Gong. Narapidana juga diberikan insentif termasuk pengurangan masa hukuman dan hak istimewa lainnya atas partisipasi yang aktif dalam penyiksaan terhadap praktisi.
Beberapa Kasus
Kasus 1: Pria Berusia 74 Tahun Tidak Mendapatkan Perawatan Medis Hingga Meninggal Dunia di Penjara
Saat menjalani hukuman 3,5 tahun di Penjara Kota Xinmi, Wang Zizhou, seorang pria yang dulunya sehat, dianiaya hingga jatuh sakit parah. Otoritas penjara tidak memberinya perawatan medis apa pun, hingga sepuluh menit setelah kematiannya pada tanggal 14 Oktober 2023. Ia berusia 74 tahun.
Otoritas penjara menyatakan bahwa Wang, dari Kabupaten Sheqi, Provinsi Henan, meninggal karena sebab alamiah dan mereka menolak memberikan salinan laporan otopsi atau video pengawasan kepada keluarganya dengan alasan bahwa informasi tersebut bersifat rahasia.
Wang Zizhou
Wang ditangkap pada tanggal 8 Juni 2021. Ia dimasukkan ke Bangsal Sembilan Penjara Kota Xinmi sekitar akhir Desember 2022, tidak lama setelah dijatuhi hukuman tiga setengah tahun. Penjaga penjara melakukan cuci otak intensif yang bertujuan untuk memaksanya melepaskan Falun Gong. Mereka juga memaksanya melakukan kerja paksa tanpa bayaran. Gangguan yang tiada henti berdampak buruk pada kesehatannya dan ia jatuh sakit parah pada bulan September 2023.
Setelah kematiannya, keluarga Wang diizinkan untuk melihat sekilas video pengawasan meskipun mereka dilarang mendapatkan salinan video tersebut.
Mereka melihat dari video bahwa Wang kebanyakan berbaring di tempat tidur selama tiga hari terakhir sebelum meninggal. Ia terlihat menekan perutnya dengan kedua tangan dari waktu ke waktu dan tampak kesakitan yang luar biasa. Ia membutuhkan bantuan untuk membuka pakaian sebelum tidur. Saat berteriak minta tolong untuk ke kamar kecil, terkadang ia tidak mendapat bantuan sama sekali dan harus berbaring lagi. Ketika berhasil ke kamar kecil sendirian, ia terlihat berjalan dengan tidak stabil dan terlihat sangat tidak nyaman saat kembali ke selnya.
Keluarga Wang sangat sedih melihat saat-saat terakhir sebelum Wang meninggal. Dari jam 5 pagi hingga 10:06 pada tanggal 14 Oktober 2023, ia terlihat sangat lemah, dan butuh waktu lama untuk mengenakan pakaiannya. Ia harus duduk selama absensi pagi dan membutuhkan bantuan untuk berdiri. Ketika teman satu selnya sarapan, ia tidak nafsu makan dan terbaring di tempat tidur. Dua orang membantunya menggunakan kamar kecil sekali-sekali.
Terlepas dari kondisinya, para penjaga tidak peduli untuk memeriksanya, apalagi memberikan perawatan medis. Mereka bahkan memerintahkannya untuk menulis permohonan cuti sakit dari pekerjaan (ia dipaksa melakukan kerja yang berat tanpa dibayar). Wang yang dulu seorang guru, kesulitan menulis permintaan tersebut karena ia terlalu lemah. Tangannya gemetar, namun penjaga dan teman satu sel menyalahkannya karena terlalu lambat dalam menulis permintaan.
Beberapa menit sebelum kematiannya, Wang terlihat sering mengubah posisinya dan merasakan sakit yang luar biasa. Namun tidak ada teman satu sel atau penjaga yang memperhatikannya.
Wang berhenti bernapas dan bergerak pada pukul 10:06. Sepuluh menit kemudian, seseorang akhirnya menyadari bahwa ia sudah tidak bergerak, dan menendangnya beberapa kali. Wang tidak bergerak. Setelah itu penjara baru membawa jenazahnya ke rumah sakit untuk “diresusitasi.” Mereka kemudian memberi tahu keluarganya. Saat keluarganya buru-buru ke sana, jenazahnya sudah ditempatkan di kamar jenazah rumah sakit.
Kasus 2: Keluarga Merasa ada Hal yang Mencurigakan dalam Kematian Mendadak Pria Berusia 72 Tahun di Penjara Jidong (Foto)
Wang Jian (pria), seorang warga Kota Zunhua, Provinsi Hebei, ditangkap di rumahnya pada tanggal 6 Juli 2019 dan kemudian dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dengan denda 5.000 Yuan. Kesehatannya masih baik ketika menjalani pemeriksaan fisik pada tanggal 2 Maret 2023. Ia juga tampak baik-baik saja dan bersemangat ketika keluarganya mengunjunginya pada tanggal 19 Maret. Namun, pihak keluarga menerima panggilan telepon yang tidak terduga dari penjara pada tanggal 3 April dengan berita kematiannya. Ia berusia 72 tahun.
Wang mengalami banyak luka dalam di sekitar telinga dan punggungnya, serta beberapa luka di punggung tangan kanannya. Ada bekas lingkaran di dadanya dan beberapa goresan di punggungnya. Ketika petugas pemeriksa jenazah membalikkan tubuhnya, cairan keluar dari telinga kirinya.
Penjara mengklaim bahwa Wang meninggal mendadak karena suatu penyakit, namun tanpa menyebutkan secara spesifik penyakit apa itu. Mereka meminta keluarga tersebut untuk menunjukkan bukti berpendapatan rendah, karena mereka bermaksud memberikan subsidi keuangan antara 8.000 dan 10.000 Yuan.
Bagi keluarga, luka di kepala dan punggung Wang tampak tidak biasa dan bukan disebabkan oleh penyakit normal. Mereka bertanya apakah hal tersebut disebabkan oleh penyiksaan atau penganiayaan lain yang coba disembunyikan oleh penjara.
Kasus 3: Pensiunan Guru Berusia 75 Tahun Meninggal di Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang
Mou Yongxia, seorang pensiunan guru berusia 75 tahun, disiksa sampai mati di Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang pada tanggal 13 Juli 2023. Para penjaga secara sewenang-wenang mengkremasi tubuh Mou sebelum memberi tahu keluarganya.
Mou Yongxia
Mou (wanita) ditangkap pada bulan September 2019 dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Ranghulu pada bulan Mei 2020. Penjaga di Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang menghasut para narapidana untuk memukuli dan mengganggunya secara verbal. Penyiksaan selama bertahun-tahun berdampak buruk pada kesehatannya dan ia hampir tidak bisa bergerak.
Setelah Mou menderita inkontinensia tinja pada bulan Agustus 2022, seorang narapidana memukulinya dan menuangkan air dingin ke tubuhnya. Ia juga kemudian menderita gangguan mental, namun penjaga dan narapidana lainnya terus memukulinya.
Seorang tahanan mengeluh bahwa Mou berjalan terlalu lambat, dan mendorongnya dari belakang pada akhir Desember 2022. Ia terjatuh ke lantai mengakibatkan luka di wajahnya. Malam itu ia sering buang air kecil, dan harus bangun lebih dari sepuluh kali setiap malam berikutnya. Narapidana yang ditugaskan untuk mengawasinya sering melecehkan dan memukulinya karena hal ini.
Mou sering terbangun di tengah malam sambil berteriak karena penganiayaan yang terus berlanjut. Suaranya sangat keras sehingga narapidana di sel lain dapat mendengarnya. Ia mengalami disorientasi dan bahkan tidak dapat mengenali praktisi Falun Gong lain yang tinggal satu sel dengannya.
Putranya menuntut agar otoritas penjara membebaskannya dengan alasan medis, namun permintaannya berulang kali ditolak.
Istri Lai Zhiqiang menunggu selama tujuh tahun, sangat ingin bertemu kembali dengan Lai, pada tanggal 3 Januari 2023 diberitahukan bahwa Lai telah meninggal dunia dua bulan sebelum jadwal pembebasannya dari hukuman yang salah karena keyakinannya pada Falun Gong.
Menurut istri Lai yang tidak diperbolehkan melihat jenazah Lai sampai keesokan harinya, Lai meringkuk dan wajahnya terluka. Lima penjaga menahannya agar istrinya tidak mendekat atau menyentuhnya. Mereka menolak mengembalikan jenazahnya kepada keluarga dan menipu putrinya menandatangani formulir persetujuan agar jenazahnya dikremasi.
Lai, dari Kota Tangshan, Provinsi Hebei, ditangkap pada tanggal 31 Maret 2016, dan diam-diam dijatuhi hukuman tujuh tahun. Ibunya yang lanjut usia sangat trauma sehingga meninggal tidak lama kemudian.
Lai menderita stroke pada tahun 2019 karena disiksa di dalam tahanan, namun penjara menolak permintaan kunjungan keluarganya beberapa kali. Ketika istrinya akhirnya diperbolehkan berkunjung pada bulan Januari 2020, sedih melihat para penjaga harus menggendongnya keluar. Lai hampir tidak bisa bergerak. Ia tampaknya tidak mengenali istrinya dan tidak menanggapi ketika istrinya menangis.
Menurut orang dalam, Lai ditahan di klinik penjara selama hampir enam bulan dan dicekok paksa makan setiap hari. Para penjaga menyimpan selang makanan di perutnya. Bibirnya menjadi sangat kering dan pecah-pecah. Beberapa perawat sesekali menggunakan handuk untuk meneteskan air ke mulutnya. Ia sering meneteskan air mata ketika mereka melakukan itu. Ia juga menggerakkan bibirnya tetapi tidak dapat berbicara.
Keluarga Lai menuntut pembebasan bersyarat medis, namun penjara menyatakan bahwa mereka harus menunggu atasan mereka untuk mengambil keputusan. Sementara itu, mereka menagih beberapa ribu Yuan kepada keluarga dengan alasan bahwa biaya tersebut diperlukan untuk membayar tagihan medis Lai.
Kondisi Lai semakin memburuk pada tahun 2020, dan terkena infeksi paru-paru pada bulan Agustus 2020. Ia berada dalam kondisi vegetatif dan kesulitan bernapas. Ketika penjara membawanya ke rumah sakit, dokter melakukan trakeostomi padanya tetapi tidak melakukan tindakan lain. Dokter menyiratkan bahwa tidak banyak harapan baginya untuk sembuh.
Terlepas dari kondisi Lai, penjara selalu membelenggunya dengan rantai yang berat. Ia dibawa kembali ke penjara setelah lebih dari sebulan di rumah sakit, tetapi dibawa kembali ke rumah sakit pada tanggal 9 September 2020, bahkan sebelum trakeanya ditutup.
Keluarga Lai terus mengajukan permohonan pembebasan bersyarat medis. Penjara mengklaim bahwa biro kehakiman telah menolak permintaan tersebut. Ketika keluarganya pergi ke biro kehakiman untuk menyampaikan permintaan tersebut, mereka dihentikan di depan pintu dan tidak diperbolehkan berbicara dengan siapa pun.
2. Kematian di Rumah
2.1 Kematian Tidak Lama Setelah Dibebaskan Karena Penganiayaan Fisik atau Kondisi Medis yang Terjadi di Penahanan
Untuk menghindari tanggung jawab, beberapa penjara membebaskan praktisi ketika mereka berada di ambang kematian akibat penyiksaan. Hal yang sama juga terjadi pada praktisi yang menderita kanker dan berada dalam kondisi kritis (mirip dengan kasus Wang Zizhou yang disebutkan di atas). Beberapa meninggal beberapa hari atau bulan setelah pembebasan. Meskipun beberapa dari mereka tidak langsung meninggal, gangguan yang terus menerus dilakukan oleh polisi membuat mereka tidak mungkin pulih dari trauma yang akhirnya masih merenggut nyawa mereka.
Beberapa Kasus
Kasus 1: Wanita Harbin Meninggal 11 Bulan Setelah Menjalani 5 Tahun Penjara
Zhang Chunyu (wanitaaa), dari Kota Acheng, Provinsi Heilongjiang, dijatuhi hukuman 5 tahun pada awal tahun 2018. Ia menjadi sasaran kekerasan fisik, tekanan mental, dan dipermalukan sejak ia dimasukkan ke Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang pada tanggal 18 April 2018. Ia tinggal kulit dan tulang saja, dan hampir seluruh giginya rontok saat dibebaskan pada 24 Februari 2022.
Karena gangguan terus-menerus dari polisi setempat dan menejemen masyarakat, Zhang terpaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut. Ia meninggal pada tanggal 31 Januari 2023, pada usia 69 tahun. Ia didahului oleh suami dan putra mereka, yang keduanya menderita penyakit jantung setelah mengalami trauma akibat gangguan, penangkapan, dan penahanan yang berulang kali. Putranya meninggal pada tanggal 24 September 2014, dan suaminya meninggal pada tanggal 16 Februari 2017, sembilan hari sebelum penangkapan terakhir Zhang.
Selain hukuman penjara 5 tahun, Zhang, mantan pengusaha, juga menjalani dua hukuman kamp kerja paksa dengan total empat tahun. Saat menjalani hukuman kerja paksa tiga tahun yang kedua pada tahun 2002, mata kirinya dipukul oleh seorang penjaga pria dan sejak itu matanya menjadi buta.
Zhang Chunyu menjadi buta pada mata kirinya karena penganiayaan di Kamp Kerja Paksa Wanjia.
Kasus 2: Pria Berusia 51 Tahun Meninggal Empat Bulan Setelah Menjalani Hukuman 4,5 Tahun
Zhao Changfu, pria berusia 51 tahun di Kota Lingyuan, Provinsi Liaoning, meninggal pada tanggal 18 Juli 2023, empat bulan setelah menyelesaikan hukuman 4,5 tahun karena keyakinannya pada Falun Gong.
Hukuman penjara terhadap Zhao berasal dari penangkapannya pada tanggal 22 Agustus 2018. Kejaksaan dua kali mengembalikan kasusnya ke polisi dengan alasan tidak cukup bukti. Namun polisi memalsukan lebih banyak bukti dan membujuk kejaksaan untuk mendakwanya pada tanggal 9 Mei 2019. Pengadilan setempat menjatuhkan hukuman 4,5 tahun penjara dan denda 2.000 Yuan beberapa minggu setelah sidang rahasia pada tanggal 5 Juni 2019.
Zhao menjadi sasaran penyiksaan brutal sejak hari penangkapannya, dan kesehatannya menurun dengan cepat. Ia dirawat di rumah sakit beberapa kali selama masa penahanannya, namun pihak berwenang tidak pernah menyetujui permintaan keluarganya agar ia dibebaskan dengan alasan medis untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Kondisi Zhao memburuk pada akhir tahun 2021. Ia menjadi buta pada satu matanya, dan mata lainnya mengalami penglihatan kabur. Ia hanya bisa melihat sesuatu dalam jarak sekitar 1 meter dengan satu mata. Kakinya bengkak parah, betisnya mengeluarkan cairan. Dua rumah sakit lain di Shenyang memiliki fasilitas yang lebih baik untuk merawat kondisinya, namun pihak berwenang hanya mengizinkannya menggunakan Rumah Sakit No. 4 Kota Shenyang yang penuh sesak pada saat itu. Saat Zhao sedang menunggu tempat tidur, kondisi matanya semakin memburuk. Ia kemudian diizinkan menjalani operasi mata di Rumah Sakit Mata He dengan biaya sendiri.
Setelah tempat tidur tersedia di Rumah Sakit No. 4 Kota Shenyang sekitar bulan April 2021, Zhao dirawat di sana, tetapi segera setelah kondisinya membaik, pihak berwenang memindahkannya ke Rumah Sakit Penjara Xinkang di mana ia menjalani sisa hukuman penjaranya.
Ke mana pun ia dibawa, baik di berbagai fasilitas penahanan atau rumah sakit, Zhao selalu diberikan suntikan atau pil dalam jumlah besar, yang mempunyai efek samping yang parah dan menyebabkan kerusakan pada tubuhnya. Seorang narapidana pernah melihat seorang perawat memberinya sejumlah besar pil dan melihat pil itu setelah perawat itu pergi. Narapidana itu menyuruh Zhao untuk tidak meminum pil tertentu karena ia pernah melihatnya sebelumnya dan tahu itu tidak baik untuk Zhao. Narapidana ini dulunya adalah seorang jaksa dan memiliki pengetahuan mendalam tentang bagaimana rezim menggunakan pemberian obat secara paksa sebagai suatu cara untuk menganiaya orang.
Setelah Zhao dibebaskan pada tanggal 21 Februari 2023, ia tidak pernah pulih, dan juga trauma karena takut istrinya yang juga seorang praktisi Falun Gong akan ditangkap lagi. Istrinya ditangkap bersamanya pada tanggal 22 Agustus 2018 tetapi dibebaskan jauh lebih cepat pada tanggal 30 Januari 2019. Sebelumnya, istrinya telah ditangkap beberapa kali selama bertahun-tahun, juga karena berlatih Falun Gong. Penderitaan fisiknya sendiri dan kekhawatiran akan kesehatan istrinya akhirnya merenggut nyawanya pada tanggal 18 Juli 2023.
Kasus 3 : Mantan Asisten Insinyur Meninggal Beberapa Bulan Setelah Menjalani Hukuman Lima Tahun Penjara
Wei Yongqing (pria), mantan asisten insinyur di Universitas Xihua di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, berada dalam kondisi mengigau ketika ia dibebaskan pada bulan Februari 2023 dari hukuman lima tahun karena berlatih Falun Gong. Ia bahkan tidak tahu kapan harus ke kamar kecil dan buang air di mana pun dengan tidak terkendali. Ia meninggal beberapa bulan kemudian pada tanggal 29 Agustus. Ia berusia 83 tahun.
Wei ditangkap pada tanggal 3 Februari 2017 dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara serta denda sebesar 20.000 Yuan oleh Pengadilan Distrik Pidu pada tanggal 31 Mei 2018. Hakim Yang Rong menipunya agar tidak mengajukan banding atas putusan tersebut dengan berjanji bahwa ia tidak akan memperlakukan hukuman penjara. Namun hanya lima hari setelah masa pengajuan banding sepuluh hari berakhir, Yang memerintahkan dua petugas pengadilan untuk membawa Wei ke Penjara Jiazhou.
Karena Wei menolak melepaskan Falun Gong, ia disemprot merica, dipaksa duduk di bawah sinar matahari dalam waktu lama sampai pantatnya membusuk, dan disetrum dengan tongkat listrik. Para penjaga juga memaksanya untuk menghabiskan makanannya dalam hitungan detik, sebuah penyiksaan yang diciptakan oleh para penjaga di Penjara Jiazhou.
Wei masih belum pulih dari trauma mental dan kondisi medis akibat penganiayaan ketika dibebaskan. Lebih buruk lagi, kantor jaminan sosial setempat juga menangguhkan uang pensiunnya. Istrinya harus menyewakan rumah mereka di kota untuk mendapatkan penghasilan, sementara ia dan Wei tinggal di pedesaan, di mana pejabat desa memantau aktivitas sehari-hari mereka dengan ketat. Wei terjatuh pada akhir bulan Agustus dan meninggal beberapa hari kemudian.
Kasus 4: Wanita Sichuan Meninggal Delapan Bulan Setelah Dibebaskan dari Penjara dalam Keadaan Vegetatif
Liao Guanghui (wanita) berada dalam kondisi koma ketika dibebaskan pada tanggal 20 Juli 2022, setelah menjalani hukuman penjara tiga tahun karena berlatih Falun Gong. Liao, warga Kota Mianyang, Provinsi Sichuan, meninggal delapan bulan kemudian pada tanggal 23 Maret 2023. Ia berusia 70 tahun.
Liao terjatuh pada tanggal 10 Maret 2021, saat ditahan di Penjara Wanita Provinsi Sichuan. Penjara menolak permintaan keluarganya untuk membebaskannya dengan alasan medis, dan menahannya sampai akhir masa hukumannya, meskipun ia sebenarnya sudah dalam keadaan koma setelah terjatuh.
Karena rumah sakit penjara tidak memperbaiki tengkoraknya dengan benar selama kraniotomi, ada area cekung yang besar di sisi kanan kepalanya. Ia juga mempunyai selang hisap di tenggorokannya, selang makanan di hidungnya, dan kateter urine di tubuhnya. Seluruh tubuhnya sudah kaku.
Liao Guanghui dalam keadaan koma
2.2 Dipaksa Mengonsumsi Obat Beracun atau Diberi Suntikan yang Mencurigakan
Selain penyiksaan fisik dan tekanan mental, banyak praktisi yang ditahan juga menjadi sasaran pemberian obat-obatan beracun secara paksa. Ada yang menjadi cacat, ada yang menjadi gila, dan ada pula yang akhirnya meninggal dunia.
Beberapa Kasus
Hu Hongmei, seorang wanita berusia 75 tahun di Kabupaten Jinzhai, Provinsi Anhui, meninggal pada tanggal 26 Maret 2023, hanya beberapa bulan setelah dibebaskan dari rawat inap paksa selama delapan bulan di bangsal psikiatri.
Hu tidak memiliki gangguan mental apa pun, namun merupakan praktik umum bagi pihak berwenang untuk mengirim praktisi yang sehat ke rumah sakit jiwa dan menjadikan mereka sasaran pemberian obat-obatan secara paksa dan penyiksaan fisik.
Hu ditangkap pada tanggal 25 Februari 2022 dan langsung dibawa dari rumahnya ke bagian psikiatri Rumah Sakit Baiyun. Polisi menempatkannya di bangsal bersama delapan orang lainnya, termasuk aktivis hak asasi manusia. Pengelolaan rumah sakit mirip dengan penjara. Hu tidak pernah diberi makanan yang cukup, dan setiap hari dipaksa meminum tiga pil obat yang tidak diketahui jenisnya tiga kali sehari. Ketika ia menolak meminum obat, perawat mencengkeram lehernya dan menampar wajahnya.
Lima perawat terkadang memegangi Hu sambil memaksanya meminum obat. Akibatnya, tulang rusuknya hampir patah. Para perawat juga mencekok paksa makanan terhadapnya, menuduhnya makan terlalu lambat. Mereka terkadang meniupkan udara ke perutnya melalui selang makanan untuk menambah penderitaannya. Sementara tahanan lain boleh keluar untuk istirahat, Hu tidak pernah diizinkan keluar dari ruangan. Para penjaga bisa menendang dan mengikatnya sesuka hati. Ia juga diambil sampel darahnya setiap bulan.
Setelah lebih dari delapan bulan ditahan, polisi merekam video Hu dan mengambil fotonya. Mereka juga memerintahkannya untuk menandatangani pernyataan berjanji tidak akan pernah berlatih Falun Gong lagi. Karena Hu belum menikah, saudara laki-lakinya diminta untuk menjemputnya dari rumah sakit pada bulan Oktober 2022 dan membawanya ke Panti Jompo Kotapraja Youdian, di mana ia ditempatkan dalam pengawasan perumahan.
Pimpinan panti jompo Wang Longfei dan stafnya terus menekan Hu untuk melepaskan Falun Gong. Saat masih menderita akibat komplikasi dari pemberian obat secara paksa yang dilakukan di rumah sakit, Hu berjuang untuk mengatasi tekanan yang tiada henti dan meninggal pada tanggal 26 Maret 2023.
Seorang pria di Kota Benxi, Provinsi Liaoning, disuntik paksa dengan vaksin COVID-19 dan mulai menderita efek samping yang parah dua hari kemudian. Setelah menderita demam dan batuk terus-menerus selama sepuluh bulan, Tian Xiaofei meninggal dunia pada tanggal 5 Mei 2023. Ia berusia 65 tahun.
Tian ditangkap di rumahnya pada tanggal 13 Juli 2022. Polisi menutupi kepala Tian dengan tudung hitam dan membawanya ke kantor polisi untuk diinterogasi. Mereka berkata kepadanya, “Kami melindungi orang jahat dan menangkap orang baik.”
Ilustrasi: Ditahan dalam kandang besi
Polisi mengurung Tian di dalam kandang besi, di mana ia tidak bisa berdiri atau meregangkan kakinya. Ia melakukan mogok makan selama dua hari. Polisi terus menginterogasi dan mengancamnya, namun ia tidak menyerah.
Seorang petugas bermarga Chen berkata kepadanya, “Meskipun jika saya yang harus mengeluarkan uang sendiri, saya akan menyuap dengan cara saya untuk mengirim kamu ke pusat penahanan dan menghukum kamu sepuluh tahun lagi.”
Polisi membawa Tian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Mereka menahannya dan secara paksa memberinya suntikan yang mereka klaim sebagai vaksin COVID-19. Karena Tian gagal dalam pemeriksaan fisik, polisi berusaha memaksa dokter untuk mengeluarkan laporan palsu tentang kesehatannya. Dokter menolak dan pusat penahanan menolak untuk menerima Tian.
Tian dibawa pulang pada malam hari tanggal 15 Juli 2022. Ia tidak bisa makan dan menderita demam dan batuk yang terus-menerus. Ia juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan dan meninggal kurang dari sepuluh bulan kemudian.
Sebelum penangkapan terakhirnya, Tian ditangkap oleh polisi Beijing pada tanggal 26 Desember 2000, ketika ia pergi ke sana untuk membela Falun Gong. Ia ditangkap lagi pada tanggal 26 Februari 2002, dan diam-diam dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara.
2.3 Kematian yang Disebabkan oleh Kehancuran Finansial
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak praktisi lanjut usia juga menghadapi jenis penganiayaan yang lain – penangguhan uang pensiun setelah menjalani hukuman penjara. Dalam kebanyakan kasus, para praktisi diperintahkan untuk membayar kembali uang pensiun yang mereka terima selama masa penjara. Pihak berwenang mengutip kebijakan baru, mengklaim bahwa para praktisi ini tidak berhak atas tunjangan pensiun apa pun selama menjalani hukuman di penjara, meskipun faktanya tidak ada undang-undang ketenagakerjaan Tiongkok yang memiliki ketentuan seperti itu. Beberapa praktisi juga menghadapi pemotongan tunjangan pensiun, sementara yang lain bahkan tidak bisa mendapatkan kembali uang pensiun mereka meskipun telah membayar kembali “hutangnya.” Kehancuran finansial, bersama dengan trauma mental dan fisik yang diderita, juga menjadi penyebab kematian beberapa praktisi.
Beberapa Kasus
Kasus 1: Pria Jilin Berusia 70an, Uang Pensiun Ditangguhkan dan Meninggal dalam Kemiskinan
Jin Dejun, dari Kota Yanji, Provinsi Jilin, kehilangan uang pensiunnya pada bulan Juli 2020 dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia meninggal pada musim semi 2023 setelah menderita kemiskinan dan penyakit. Ia berusia 74 tahun.
Jin, lahir pada tanggal 17 Mei 1949, dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara pada tahun 2000. Ia disiksa di beberapa penjara di kota Changchun, Jilin, dan Gongzhuling selama sembilan tahun tersebut. Tidak dapat menahan tekanan penganiayaan, istrinya menceraikannya saat ia berada di penjara. Ketika dibebaskan, ia menjadi tunawisma dan melarat.
Biro Jaminan Sosial Kota Yanji menangguhkan uang pensiun Jin pada bulan Juli 2020. Saat itu ia berusia 71 tahun dan bahkan tidak mampu membayar uang sewa termurah, apalagi biaya kebutuhan sehari-hari. Ia meninggal tiga tahun kemudian, tidak punya uang dan sakit.
Kasus 2: Mantan Pejabat Pemerintah Berusia 77 Tahun Kehilangan Nyawanya Karena Penganiayaan
Karena berlatih Falun Gong, Liu Jishun (pria) dari Kabupaten Qidong, Provinsi Hunan telah dua kali dijatuhi hukuman dengan total 6,5 tahun penjara dan dihukum sekali hukuman satu tahun kerja paksa dalam 24 tahun penganiayaan. Ia mengalami penyiksaan brutal di setiap penahanan dan beberapa kali berada di ambang kematian. Ia juga dipecat dari pekerjaannya pada tahun 2001 dan tidak diizinkan untuk mengajukan uang pensiun ketika mencapai usia pensiun 60 tahun pada tahun 2006. Tanpa penghasilan dan terus-menerus menghadapi gangguan dari pihak berwenang, kesehatannya terus menurun dan akhirnya meninggal pada tanggal 27 Juli 2023 di usia 77 tahun.
Dihukum Tiga Tahun dan Dipecat dari Pekerjaan pada tahun 2001
Liu dipecat dari pekerjaannya tidak lama setelah dijatuhi hukuman tiga tahun penjara pada tahun 2001. Ia disiksa secara brutal oleh penjaga penjara dan narapidana. Mereka meninju dan menendangnya, menyuruhnya berdiri menghadap tembok dalam waktu lama, dan bahkan memaksanya makan makanan babi dan makanan anjing. Ketika dibebaskan pada tahun 2004, ia sudah tidak bisa dikenali lagi. Tubuhnya bengkak dan tidak bisa berdiri dengan stabil.
Liu mengajukan permohonan agar dapat bekerja kembali tetapi ditolak. Setelah berusia 60 tahun pada tahun 2006, ia mengajukan uang pensiunnya, namun ditolak lagi. Tanpa penghasilan, kehidupannya menjadi sangat sulit.
Satu Tahun Kerja Paksa Setelah Penangkapan pada tahun 2006
Liu (pria) ditangkap dari rumahnya pada tanggal 5 Juli 2006, oleh sekitar tujuh polisi. Ia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang kaki saat itu, namun polisi tidak mengizinkannya mengenakan kemeja atau sepatu. Mereka mengincarnya karena ia telah mengunjungi praktisi yang sekarat beberapa hari sebelumnya.
Liu dijatuhi hukuman 15 hari penahanan kriminal dan kemudian satu tahun kerja paksa. Para penjaga di Kamp Kerja Paksa Xinkaipu memaksanya berdiri menghadap tembok untuk waktu yang lama dan memerintahkannya untuk melepaskan Falun Gong. Hanya dalam beberapa bulan, ia mengalami tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Kamp kerja paksa kemudian membebaskannya terlebih dahulu.
Dihukum 3,5 Tahun Setelah Penangkapan pada tahun 2014
Liu ditangkap lagi pada tanggal 16 Oktober 2014 karena mengirimkan surat pengaduan terhadap para pelaku, ke berbagai tingkat lembaga pemerintah. Liu mengaduh telah dijatuhkan hukuman pada tahun 2001, diberhentikan dari pekerjaannya, dan dicabut haknya untuk mengajukan uang pensiun. Meskipun pusat penahanan setempat awalnya menolak menerima Liu karena tekanan darahnya yang sangat tinggi, polisi memaksa pusat penahanan untuk menerimanya dengan bantuan pejabat tinggi. Liu kemudian dijatuhi hukuman tiga setengah tahun.
Hidup dalam Kemiskinan dan Di Bawah Tekanan Besar di Tahun-Tahun Terakhir
Kesehatan Liu dengan cepat menurun di tahanan dan dibebaskan dengan alasan medis. Polisi setempat, biro kehakiman, dan komite jalanan terus mengganggunya di rumahnya dan mengawasinya dengan ketat. Mereka menyuruh orang-orang mengikutinya di mana-mana dan tidak mengizinkan ia menghubungi praktisi lain atau pergi ke luar kota. Mereka juga memaksanya untuk melapor ke biro peradilan daerah setiap hari untuk menandatangani dan membubuhkan sidik jari pada dokumen tertentu.
Polisi juga sering masuk ke rumahnya untuk mencari buku-buku Falun Gong dan barang berharga lainnya. Mereka merampas uang tunai atau buku rekening yang ditemukan di rumahnya.
Liu mengajukan permohonan berkali-kali kepada pemerintah daerah, biro gandum, dan kantor jaminan sosial mengenai hilangnya gajinya selama dipenjara dan pendapatan pensiunnya. Tidak ada yang pernah menanggapinya. Ia berjuang untuk memenuhi kebutuhan di tahun-tahun terakhirnya.
Karena tekanan yang sangat besar, Liu jatuh sakit kritis pada bulan Maret 2021 dan dirawat di rumah sakit. Polisi dua kali mengganggunya di rumah setelah ia keluar dari rumah sakit. Mereka mengambil fotonya. Para pekerja komite jalan juga pergi ke rumahnya dan memerintahkannya untuk menulis pernyataan melepaskan Falun Gong.
Pada tanggal 12 Oktober 2021, kantor cabang lembaga pemerintah provinsi memanggil Liu dan mempertanyakan apakah ia masih berlatih Falun Gong. Ia menjawab, “Saya telah dianiaya hingga berada di ambang kematian beberapa kali dan saya mengalami kesulitan berjalan akibat penyiksaan. Saya juga telah dipecat dari pekerjaan saya selama lebih dari sepuluh tahun. Anda hanya bertanya apakah saya masih berlatih Falun Gong, namun Anda tidak peduli dengan kesehatan dan situasi keuangan saya. Apakah anda bisa membantu agar saya dapat menerima pendapatan pensiun saya yang sah?” Mereka terdiam dan membiarkannya pergi.
Kesehatan Liu terus menurun dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 27 Juli 2023.
Li Jianping (pria), seorang praktisi Falun Gong di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, ditangkap beberapa kali karena mempertahankan keyakinannya selama 24 tahun penganiayaan. Ketika tidak ditahan, ia terpaksa sering berpindah-pindah untuk bersembunyi dari polisi. Setelah kembali ke rumah, ia terus-menerus menghadapi gangguan dari polisi dan hidup dalam ketakutan akan ditangkap kapan saja.
Mengincar perusahaan swasta dan properti milik Li, polisi menemukan segala macam alasan untuk memeras uang darinya. Pengawasan ditingkatkan mulai akhir tahun 2019. Polisi dan anggota staf komite perumahan bahkan mulai bermain mahjong (permainan judi) di rumahnya, dan memaksanya bermain dengan mereka untuk memeras uang darinya.
Petugas utama memperingatkan Li, “Kamu harus pintar. Apakah menurut kamu kami di sini untuk bermain dengan kamu? Saya memberi tahu kamu, untuk orang yang keras kepala seperti kamu, kami dapat membunuh kamu kapan saja dan mengambil jantung dan hati kamu. Beritahu istrimu, jika kami tidak lagi datang ke rumahmu, ia harus datang ke tempatku. Saya khawatir kamu tidak akan dapat menemukannya lagi jika itu terjadi. Tidak ada yang akan membantu kamu. kamu juga bisa memberi tahu anak kamu. Dengan kami datang ke sini, kamu dapat mempertahankan perusahaan dan properti kamu. Keluarga kamu juga bisa menghabiskan waktu bersama. Bukankah itu lebih baik!”
Gangguan dan pemerasan menyebabkan tekanan emosional yang luar biasa pada Li. Beliau meninggal dunia pada pertengahan April 2023. Usianya 61 tahun.
Li bukan satu-satunya di keluarganya yang menjadi korban penganiayaan selama 24 tahun. Ibunya, juga seorang praktisi, diancam oleh polisi agar tidak menghubungi Li. Jika ibunya menghubunginya, keduanya Li dan ibunya akan menghadapi konsekuensi yang serius. Ibunya meninggal dalam kesusahan pada akhir tahun 2017 di usia 80-an.
2.4 Kematian Akibat Pelecehan/Gangguan Mental
Karena penganiayaan terhadap Falun Gong terus berlanjut setelah 24 tahun, banyak praktisi di Tiongkok setiap hari hidup dalam ketakutan. Tekanan mental yang berkepanjangan menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada mereka dan merenggut nyawa sebagian dari mereka.
Beberapa Kasus
Kasus 1: Pabrik Keluarga Disita dan Istrinya Hilang Karena Penganiayaan, Pria Lanjut Usia Meninggal Sepuluh Hari setelah Gangguan Polisi
Seorang warga Kota Jilin, Provinsi Jilin meninggal dunia pada awal Agustus 2023, sepuluh hari setelah diganggu oleh polisi. Ia berusia 78 tahun.
Zhao Xudong
Zhao Xudong (pria) berulang kali diganggu antara bulan Agustus dan September 2022. Polisi dan pekerja komunitas mengambil foto rumahnya tanpa izin dan bertanya apakah ia masih berlatih Falun Gong. Ia ditangkap pada tanggal 27 September 2022 dan dibebaskan malam itu juga.
Zhao ditangkap lagi pada tanggal 4 Mei 2023. Meskipun tekanan darahnya tinggi, polisi masih menahannya dan tidak membebaskannya hingga tanggal 26 Mei.
Seorang polisi mengganggu Zhao di rumahnya pada tanggal 31 Juli 2023 dan memerintahkannya pergi ke kantor polisi. Zhao menolak untuk mematuhinya. Ia meninggal sepuluh hari kemudian, pada pagi hari tanggal 10 Agustus.
Zhao bukan satu-satunya di keluarganya yang menjadi sasaran karena berlatih Falun Gong. Istrinya, Li Yan, meninggal dunia pada tanggal 5 Februari 2012, setelah mengalah pada ketakutan dan tekanan mental akibat penganiayaan. Putra mereka, Zhao Guoxing, dipenjara dan disiksa selama lebih dari tiga belas tahun. Kakak perempuannya, Zhao Guokun, kini menghadapi hukuman penjara setelah didakwa pada tanggal 18 Juli 2023.
Pabrik keluarga Zhao Xudong yang memproduksi instrumen kontrol elektronik disita oleh pemerintah. Ketika mencapai usia pensiun 60 tahun pada tahun 2006, kantor jaminan sosial tidak dapat menemukan catatan pengalaman kerja sebelumnya di sebuah perusahaan milik negara, sehingga Zhao tidak dapat menerima manfaat pensiun apa pun.
Keluarga Zhao
Kasus 2: Wanita Heilongjiang Meninggal Setelah Berulang Kali Diganggu oleh Polisi
Tang Chunhua (wanita), dari Kota Ning'an, Provinsi Heilongjiang, berlatih Falun Gong pada tahun 2010, dan ia memuji latihan ini karena telah membantunya pulih dari penyakit ginjal parah yang dideritanya sejak kecil. Untuk pertama kalinya dalam dua dekade, ia merasakan bagaimana rasanya bebas dari penyakit. Ia mampu mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus toko serba ada yang dikelola keluarganya. Banyak warga lokal yang sering mengunjungi toko serba ada menyaksikan perubahan dramatisnya.
Tang dan ibunya, juga praktisi Falun Gong, bekerja keras untuk membantu orang-orang mengetahui kebohongan rezim dan menghargai kebaikan Falun Gong. Ibunya ditangkap pada tahun 2022 karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Ia kemudian dibebaskan, namun polisi sering mengganggu mereka di rumah dan sering memanggil Tang ke kantor polisi untuk diinterogasi dalam upaya untuk memaksanya melepaskan Falun Gong.
Di bawah tekanan yang semakin besar, Tang menderita stroke pada bulan Agustus 2023 dan meninggal tidak lama kemudian. Ia berusia 52 tahun.
Liang Weisheng (pria), seorang praktisi Falun Gong berusia 76 tahun di Beijing, meninggal dunia pada tanggal 28 Februari 2023 setelah menjalani hukuman penjara lima tahun dan dipaksa berpindah dari satu tempat ke tempat lain namun masih tidak dapat menghindari gangguan polisi.
Polisi masuk ke rumah Liang pada pukul 22.30 tanggal 26 April 2011 dan menangkapnya. Ia dijatuhi hukuman lima tahun pada tanggal 20 Desember dan segera dimasukkan ke Penjara Qianjin.
Karena penyiksaan jangka panjang di penjara, ia menderita stroke pada akhir tahun 2015 dan berada di unit perawatan intensif rumah sakit penjara selama sebulan. Ia dibebaskan pada tanggal 26 April 2016. Terlepas dari masalah mobilitas (efek samping dari stroke), ia tetap bergabung dengan saudara-saudaranya untuk bergiliran merawat ibu mereka.
Untuk menghindari gangguan polisi, Liang dan istrinya pindah ke apartemen baru pada tahun 2017. Polisi segera menemukan mereka dan menekan pemilik rumah sehingga mereka hanya dapat menyewa tiga bulan. Tidak lama setelah pasangan tersebut pindah ke tempat lain, biro jaminan sosial menangguhkan dana pensiunnya. Liang mengajukan gugatan terhadap biro tersebut, namun pengadilan menolak mendengarkan kasusnya dan memerintahkan polisi untuk menekan pemilik rumah agar mengusir mereka lagi. Polisi mengikuti pasangan tersebut ketika mereka pindah untuk ketiga kalinya dan terus-menerus mengganggu mereka.
Ibu Liang yang berusia 97 tahun jatuh sakit dan menjadi tidak berdaya pada tahun 2019. Tak lama setelah Liang pulang ke rumah pada tanggal 5 September 2019, setelah memberi sarapan kepada ibunya, polisi menerobos masuk, menangkap Liang dan istrinya, dan membawa mereka ke Nihe Pusat penahanan. Karena keduanya memiliki kondisi medis yang didiskualifikasi, pusat penahanan menolak menerima mereka. Polisi membebaskan mereka dengan jaminan tetapi menekan pemilik rumah dan memaksa pasangan tersebut untuk pindah lagi untuk yang keempat kalinya dalam dua tahun.
Di mana pun pasangan tersebut berada, polisi tidak pernah berhenti mengganggu mereka, biasanya satu atau dua kali setiap bulan. Liang menulis surat kepada pimpinan polisi, mendesak mereka untuk tidak ikut serta dalam penganiayaan. Melihat surat itu dicetak dan bukan tulisan tangan, polisi mencurigai Liang yang mencetak materi informasi Falun Gong di rumahnya.
Penjaga keamanan lingkungan kemudian mulai memantau pasangan tersebut, mengikuti mereka kemanapun mereka pergi. Gangguan bulanan yang dilakukan polisi juga terus berlanjut.
Tidak dapat menahan tekanan mental, Liang meninggal dunia pada tanggal 28 Februari 2023. Ia berusia 76 tahun.
Zhu Yuxia (wanita), penduduk Kota Changchun, Provinsi Jilin, meninggal pada pertengahan Juli 2023, hanya beberapa hari setelah pengadilan setempat mengadilinya di rumahnya karena keyakinannya pada Falun Gong. Ia berusia 54 tahun.
Zhu ditangkap di rumahnya pada tanggal 29 September 2022. Selama pemeriksaan fisik, ia ditemukan menderita hepatitis B dan sirosis. Ia kemudian dibebaskan sebagai tahanan rumah, dengan ponselnya diawasi dengan ketat.
Dua petugas muncul di pusat perbelanjaan tempat Zhu mengelola toko, pada sore jam 3 tanggal 7 November 2022, dan memerintahkannya pergi ke kejaksaan. Zhu mengatakan ia tidak punya waktu, namun polisi mengancam akan menggunakan kekerasan. Ia kemudian pergi bersama mereka. Ia melihat seorang polisi memegang formulir berjudul “Keputusan Pengadilan Kasus Pidana” dengan namanya tertulis di sana. Ia merasakan tekanan yang luar biasa saat kembali ke rumah dan takut akan kemungkinan hukuman penjara. Ia tidak bisa bekerja selama dua hari.
Zhu secara resmi didakwa oleh Kejaksaan Distrik Kuancheng pada tanggal 5 Juni 2023. Saat itu, kesehatannya sudah menurun akibat tekanan dari penganiayaan yang tiada henti. Perut dan tubuh bagian bawahnya menjadi sangat bengkak, dan ia mengalami koma pada tanggal 7 Juli.
Sekelompok orang dari Pengadilan Distrik Kuancheng hadir di rumah Zhu pada bulan Juli dan mengadakan sidang kasusnya di sana. Mereka mengancam akan segera menuntutnya. Ia meninggal beberapa hari kemudian.
Laporan terkait:
14 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada November 2023
8 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Oktober 2023
10 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada September 2023
21 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Agustus 2023
15 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Juli 2023
Kematian 120 Praktisi Falun Gong Dilaporkan karena Penganiayaan pada Paruh Pertama Tahun 2023
20 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Mei 2023
25 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada April 2023
25 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Maret 2023
19 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Februari 2023
15 Praktisi Falun Gong Meninggal Karena Penganiayaan Dilaporkan pada Januari 2023
Seperempat Abad Penganiayaan, Lebih dari 5.000 Praktisi Falun Gong Dikonfirmasi Meninggal
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2024 Minghui.org