(Minghui.org) Seiring penganiayaan terhadap Falun Gong memasuki tahun ke-22 pada tahun 2021, tambahan 27 kematian praktisi Falun Gong telah dilaporkan antara bulan Januari dan Maret.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual tradisional yang didasari pada prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Sejak Partai Komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada bulan Juli 1999, banyak praktisi telah ditangkap, ditahan, dihukum, dan disiksa. Hingga kini, lebih dari 4.500 kematian sebagai akibat dari penganiayaan telah dilaporkan oleh situs web Minghui.org. Lebih banyak lagi belum terkonfirmasi karena sensor informasi di Tiongkok.
Di antara 27 kasus kematian yang baru terkonfirmasi, 11 terjadi antara bulan Juni dan Desember 2020. Sembilan praktisi lainnya meninggal pada bulan Januari 2021, tiga pada bulan Februari, dan empat pada bulan Maret.
27 praktisi tersebut, 17 dari mereka adalah wanita, berasal dari 16 provinsi dan kota. Sementara kebanyakan daerah mencatat satu atau dua kasus kematian, Heilongjiang dan Liaoning masing-masing melaporkan 3 dan 5 kematian. Kecuali tiga praktisi yang umurnya tidak diketahui, 24 praktisi lainnya berusia 46 hingga 85 tahun.
Dua praktisi meninggal dalam penjara ketika menjalani masa hukuman karena keyakinan mereka. Dua praktisi lainnya juga meninggal saat berada dalam tahanan, beberapa bulan setelah jatuh dalam kondisi kritis karena penyiksaan.
Banyak dari 23 praktisi lainnya tidak tahan atas penangkapan yang berulang, gangguan tanpa henti, dan hukuman penjara yang lama. Seorang pria meninggal setelah istrinya dianiaya hingga meninggal 16 tahun yang lalu. Seorang wanita dan ibu mertuanya meninggal dalam selang waktu dua bulan, sementara suaminya masih bersembunyi menghindari penangkapan, dan ipar laki-lakinya dijatuhi hukuman.
Berikut adalah potret dari sebagian kasus. Daftar lengkap 27 kasus dapat diunduh.
Kematian dalam Tahanan
Wanita 76 tahun Meninggal Tiba-Tiba Saat Dipenjara karena Keyakinannya
Keluarga dari Ding Guiying mendapat pukulan berat ketika Penjara Wanita No. 2 Provinsi Yunnan tiba-tiba memberi tahu mereka pada pertengahan bulan Januari 2021 bahwa orang yang mereka cintai baru saja meninggal. Sebelumnya, keluarga Ding bahkan tidak tahu dia telah dihukum karena memegang teguh keyakinannya pada Falun Gong. Penjara bergegas mengkremasi tubuhnya beberapa hari kemudian. Dia berusia 76 tahun.
Ding Guiying
Ding, seorang warga Kota Kunming, Provinsi Yunnan, ditangkap di rumahnya tanggal 28 Agustus 2019. Karena Pusat Penahanan Kota Kunming melarang keluarga Ding mengunjunginya dan pihak berwenang tidak pernah memberitahukan mereka informasi terbaru mengenai kasusnya, mereka masih mengira dia berada di pusat penahanan dan sering pergi ke Divisi Keamanan Domestik untuk menuntut pembebasannya.
Seorang penjaga dari Penjara Wanita No. 2 Provinsi Yunnan memberi tahu mereka bahwa Ding tiba-tiba menderita “penyakit kronis” pada tanggal 14 Januari dan meninggal pada tanggal 15 Januari pukul 8:53. Penjara mengkremasi jasadnya pada tanggal 19 Januari tanpa memberikan banyak penjelasan tentang kondisinya. Karena Ding sangat sehat sebelum penangkapannya, keluarganya menduga bahwa dia mungkin telah meninggal karena penganiayaan di dalam tahanan, bukan karena penyakit yang diklaim oleh penjara.
Setelah Ding meninggal dunia barulah keluarganya mendapatkan keputusan pengadilan bahwa dia dijatuhi hukuman empat tahun oleh Pengadilan Negeri Wuhua pada tanggal 10 Juli 2020.
Yue Caiyun, penduduk Kabupaten Yucheng, Provinsi Henan, meninggal dua bulan setelah dia dipenjara karena keyakinannya terhadap Falun Gong, Dia berusia 54 tahun.
Yue ditangkap di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, tempat tinggalnya beberapa tahun terakhir, pada tanggal 21 Agustus 2020. Polisi Hangzhou menuduhnya mengirimkan materi informasi tentang Falun Gong.
Yue melakukan mogok makan selama empat bulan dan sering dicekok makan paksa. Dokter pusat penahanan juga menyuntiknya dengan obat-obatan yang tidak diketahui setiap hari saat dia di sana.
Dia dijatuhi hukuman satu tahun empat bulan di Penjara No. 2 Hangzhou pada akhir bulan Desember 2020. Dia melanjutkan mogok makan setelah dibawa ke penjara No. 2 Hangzhou.
Otoritas penjara melarang keluarganya untuk mengunjunginya dan menolak permintaan mereka untuk membebaskannya dengan persyaratan medis, meskipun kondisi Yue kritis.
Pada tanggal 24 Februari 2021, penjara memberi tahu keluarga Yue bahwa dia baru saja meninggal. Menurut putranya yang melihat tubuhnya di rumah sakit, dia sangat kurus. Penjara menyangkal bertanggung jawab atas kematian Yue. Mereka mengancam keluarganya untuk tidak mengekspos atau mereka akan kehilangan pekerjaan. Penjara memberi keluarga Yue 30.000 yuan sebagai kompensasi akhir.
Saat Yao Xinren masih dalam keadaan koma setelah menderita stroke, pihak berwenang melepaskan alat bantu hidupnya dan memindahkannya dari unit perawatan intensif rumah sakit ke pusat senior tanpa peralatan medis yang memadai untuk perawatan. Pria berusia 51 tahun itu meninggal seminggu kemudian, meninggalkan istri dan seorang anak.
Yao, seorang penduduk Kota Longkou, Provinsi Shandong, mengalami stroke sekitar jam 9 malam pada tanggal 22 April 2020 setelah hampir sepuluh bulan ditahan sejak tanggal 3 Juli 2019. Dia menerima kraniotomi pada pagi hari tanggal 23 April di Rumah Sakit Rakyat Kota Longkou. Dokter melakukan trakeotomi pada Yao dua hari kemudian dan memasang ventilator.
Saat istri Yao pergi ke rumah sakit untuk menanyakan kondisinya, polisi menghalangi dokter dan perawat memberikan informasi tentang Yao. Mereka juga menolak menunjukkan rekaman pengawasan Yao, tentang apa yang terjadi padanya di pusat penahanan.
Yao setelah kraniotomi
Meskipun Yao tetap koma setelah operasi, polisi tetap berada di luar unit perawatan intensif untuk mengawasinya selama sembilan bulan ke depan dan mencegah orang-orang mendekatinya.
Polisi menjaga akses ke ruang Yao di rumah sakit
Tanpa persetujuan dari istrinya, polisi dan anggota staf rumah sakit memindahkan Yao dari unit perawatan intensif dan membawanya ke Pusat Senior Dongjiang pada tanggal 4 Februari 2021, yang tidak memiliki peralatan yang diperlukan untuk merawatnya. Sekitar pukul 1:40 pagi pada tanggal 11 Februari, Yao meninggal dunia.
Pria Henan Meninggal di Tahanan setelah Hampir 1,5 Tahun dalam Penahanan
Setelah Guo Baojun, dari Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, meninggal dunia dalam tahanan pada tanggal 14 Maret 2021, para penjaga di Pusat Penahanan No. 3 Kota Zhengzhou menghalangi keluarganya melihat tubuh Guo maupun menyediakan laporan autopsi.
Guo ditangkap setelah dilaporkan karena menyebarkan materi informasi tentang Falun Gong pada tanggal 10 November 2019. Guo disidangkan melalui konferensi video di pusat penahanan pada tanggal 13 Juni 2020. Saat itu, dia telah melakukan mogok makan selama tujuh bulan. Para penjaga memasang selang makanan di hidungnya selama persidangan.
Guo dijatuhi hukuman dua tahun dan denda 20.000 yuan pada tanggal 29 Juni. Dia mengajukan banding atas putusan tersebut namun pengadilan menengah memutuskan untuk menegakkan hukuman asli pada tanggal 28 Agustus.
Karena Guo terus melakukan mogok makan, kondisinya terus memburuk. Pada awal bulan Desember, dia dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit.
Pada tanggal 3 Desember, putra dan menantu perempuan Guo akhirnya diizinkan untuk mengunjunginya di rumah sakit. Itu adalah kunjungan pertama kali sejak penangkapannya lebih dari setahun yang lalu. Putra Guo mengatakan bahwa ayahnya sangat kurus. Bibirnya sangat kering, kulitnya pecah-pecah, dan matanya bengkak.
Tidak jelas apakah Guo dibawa kembali ke pusat penahanan sebelum meninggal atau tidak. Dia berusia 63 tahun.
Kematian Akibat Penganiayaan Jangka Panjang
Kurang dari tiga bulan, Yuan Guangwu kehilangan ibu dan istrinya. Adik laki-lakinya dihukum tiga tahun penjara. Yuan sendiri dipaksa tinggal jauh dari rumah. Tragedi ini terjadi hanya karena keluarga ini berlatih Falun Gong.
Ibu dari Yuan, Li Caie
Istri Yuan, Zhang Cuicui
Yuan, penduduk Kabupaten Liquan, Provinsi Shaanxi berusia 54 tahun, berlatih Falun Gong pada musim semi tahun 1997. Segera setelah itu, migrain, nyeri saraf trigeminal, tukak lambung dan penyakit hati yang menyiksanya selama bertahun-tahun lenyap. Melihat perubahannya, istrinya Zhang Cuicui, adik laki-lakinya Yuan Huiwu, istri saudara laki-lakinya Li Ying, dan ibu mereka Li Caie semuanya belajar Falun Gong.
Dua bersaudara Yuan dan istri mereka ditangkap pada tanggal 22 Mei 2000. Empat puluh hari kemudian, Yuan Guangwu diberikan 2.5 tahun kerja paksa dan Yuan Huiwu 2 tahun. Di Kamp Kerja Paksa Zazihe, tahanan sering memukuli dan menendang Yuan Guangwhu. Petugas menempatkannya di ruang isolasi dan merantainya ke ranjang dengan posisi elang merentangkan sayap. Dua tahanan ditugaskan untuk mengawasinya sepanjang waktu. Ia tidak diperbolehkan tidur, juga tidak diberikan selimut di musim dingin. Tahanan lain kadang mengambil urinenya dan menuangkan ke celananya.
Pada September 2001, tubuh Yuan Guangwu dipenuhi dengan bisul dan infeksi. Petugas memaksanya tidur di lantai semen selama enam bulan. Dalam usaha mereka untuk mempermalukan dan memaksanya melepaskan Falun Gong, petugas kadang menelanjanginya dan memerintahkannya berdiri telanjang di lapangan selama jam makan siang, untuk “membersihkan”-nya.
Setelah Yuan Guangwu dibebaskan pada Juli 2002, polisi terus melecehkannya. Mereka menempatkannya di bawah pengawasan dan memerintahkannya untuk melapor kepada mereka secara berkala, membuatnya tidak dapat hidup normal.
Dua bersaudara ini ditangkap lagi pada tanggal 30 Juni 2008, dan masing-masing diberikan satu tahun di Kamp Kerja Paksa Zaozihe setelah 15 hari penahanan. Setelah dua bulan pemukulan dan penyiksaan, Yuan Guangwu berada di ambang kematian dan kemudian dibebaskan.
Yuan dan Zhang tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut, namun ditangkap lagi pada tanggal 17 Juli 2014, ketika bekerja di dekat Kota Xi’an, sekitar 95 km dari rumah mereka di Liquan.
Selama interogasi di kantor polisi, polisi menendang Yuan hingga jatuh ke lantai dan menuangkan air ke hidungnya. Mereka juga menarik lengannya ke belakang, memaksanya untuk membungkuk hingga kepalanya menyentuh lantai. Seorang polisi kemudian memegang tangannya dan memaksanya membubuhkan sidik jadi di sebuah dokumen.
Yuan dibawa ke Pusat Penahanan Distrik Yanta di hari berikutnya. Di pintu masuk, polisi menampar wajahnya dan menyebabkan telinganya tuli permanen. Petugas pusat penahanan juga memukulinya dan merantainya ke papan kayu. Mereka suatu kali pernah memborgol dan merantainya selama tiga bulan. Ketika borgol dilepaskan, ia tidak bisa meluruskan lengannya.
Yuan jatuh ke kondisi kritis pada 5 Februari 2015 akibat penyiksaan. Ia dirawat di rumah sakit selama sebulan dan kemudian dibawa kembali ke pusat penahanan. Polisi terus mengurungnya selama empat bulan kemudian dan membebaskannya dengan jaminan pada 19 Juni 2015, setelah mereka gagal mengumpulkan bukti yang memberatkannya.
Polisi membobol masuk rumah Yuan tanggal 28 September 2019. Mereka mendorongnya ke lantai, memborgolnya dan menggeledah kediamannya. Saat itu, baik ibu maupun istrinya sedang sakit parah. Mereka sangat ketakutan oleh polisi sehingga mereka kehilangan kesadaran.
Setelah beberapa kali tindakan resusitasi di rumah sakit, Zhang bangun dan berhasil melarikan diri bersama Yuan.
Ibu mereka Li tinggal bersama putrinya setelah dipulangkan. Namun polisi terus datang untuk mengganggu keluarga tersebut.
Pada 29 November 2020, Li meninggal dunia, pada usia 75 tahun. Dua bulan kemudian, pada 3 Februari 2021, Zhang meninggal dunia saat masih dalam pelarian.
Suami dan Istri Meninggal Berselang 16 tahun karena Penganiayaan terhadap Keyakinan Mereka
Seorang duda di Kota Dalian, Provinsi Liaoning tidak tahan menghadapi penganiayaan selama dua dekade karena keyakinannya pada Falun Gong dan akhirnya meninggal dunia pada usia 56 tahun pada tanggal 20 Januari 2021. Kematian Yang Chuanjun diawali dengan beberapa kali penangkapan dan dua hukuman penjara dengan total sembilan tahun. Istrinya, Dai Zhijuan, juga seorang praktisi Falun Gong, telah meninggal 16 tahun yang lalu setelah bertahun-tahun mengalami pelecehan dan penyiksaan.
Yang merupakan salah satu sukarelawan yang mengoordinasikan tempat latihan Falun Gong di Dalian, terdaftar sebagai target utama ketika penganiayaan dimulai. Pada tanggal 20 Juli 1999 pukul 4:15 pagi, sekelompok petugas masuk ke rumahnya dan menangkapnya.
Tidak diketahui apa yang terjadi pada Yang setelah penangkapan pertamanya. Kali berikut penganiayaannya dilaporkan ketika dia ditahan di Kamp Kerja Paksa Masanjia pada tahun 2000, dia kehilangan kesadaran selama 10 jam akibat kelelahan karena dipaksa melakukan kerja paksa.
Yang ditangkap lagi pada tanggal 24 April 2002 dan ditahan di Pusat Penahanan Yaojia selama beberapa bulan. Polisi berusaha mengirimnya ke Kamp Kerja Paksa Masanjia lagi, tetapi kamp kerja paksa menolak untuk menerimanya. Meskipun polisi membebaskannya setelah itu, mereka menempatkannya sebagai tahanan rumah dan tidak mengizinkan dia pergi bekerja.
Untuk memenjarakan Yang, polisi memalsukan bukti yang memberatkannya dan menuduh dia mengorganisir konferensi internasional praktisi Falun Gong di Dalian.
Yang segera ditangkap lagi. Dia diadili di Pengadilan Distrik Ganjingzi pada tanggal 21 Januari 2003. Dia menyangkal melakukan kesalahan karena berlatih Falun Gong dan mengungkapkan bahwa polisi telah memukul dan menyetrumnya dengan tongkat listrik selama tiga hari untuk mendapatkan pengakuan darinya. Hakim diam-diam menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara di Penjara Kota Dalian.
Saat Yang melakukan mogok makan untuk menentang penganiayaan, penjaga penjara mengurungnya di sel kecil, mencekok paksa makan dan meninggalkan selang makanan di perutnya untuk menambah penderitaannya.
Yang ditangkap sekali lagi pada tanggal 19 Juni 2007. Dia sering disiksa sampai pingsan dan muntah darah. Saat dibawa ke Rumah Sakit Pusat Dalian untuk pemeriksaan, dia ditemukan memiliki tekanan darah tinggi.
Pengadilan Distrik Xigang mengadakan dua kali sidang atas kasusnya, tetapi jaksa penuntut tidak memberikan bukti apapun. Pada sidang ketiga, bahkan tidak dihadiri jaksa, hakim secara langsung menghukum Yang lima tahun di Penjara Dongling di Shenyang. Dia memprotes putusan pengadilan, tetapi hakim dengan cepat pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Wanita Liaoning Meninggal di Usia 57 Tahun Setelah Penganiayaan Dua Dekade karena Keyakinannya
Selama dua dekade terakhir penganiayaan terhadap Falun Gong, Xie Dewen telah ditangkap empat kali dan menjalani dua masa kamp kerja paksa dengan total empat tahun delapan bulan. Dia menanggung segala jenis siksaan tidak manusiawi, terutama di Kamp Kerja Paksa Masanjia. Penduduk Kota Dalian, Provinsi Liaoning tersebut tidak tahan dengan siksaan dan meninggal dunia tanggal 21 Januari 2021, di usia 57 tahun.
Xie Dewen
Penganiayaan dan gangguan terus-menerus juga membuat orang tua Xie hidup dalam ketakutan. Bukan hanya Xie saja, namun kakak perempuannya serta adik laki-lakinya juga ditangkap dan dianiaya karena keyakinan yang sama terhadap Falun Gong.
Setelah penangkapan Xie yang keempat kalinya di tahun 2004, Ayah Xie menjadi sangat terpukul dengan situasi itu sehingga jatuh sakit. Dia berjuang dengan kondisi kesehatan yang sangat buruk selama tiga tahun dan meninggal dunia dua bulan setelah Xie menyelesaikan masa hukuman tiga tahunnya.
Setelah itu Xie tinggal bersama ibunya. Dalam beberapa tahun terakhir, dia dan ibunya menjual rumah mereka dan pindah untuk menghindari gangguan terus-menerus dari polisi. Ibunya, yang berusia 90-an, tidak bisa hidup tenang satu haripun dan sekarang merasa terpukul akibat kematian Xie.
Meskipun Liu Xiufang sakit keras, pihak berwenang masih memaksanya menandatangani surat pernyataan melepaskan Falun Gong dan merekamnya. Dalam kesedihan yang mendalam, kondisinya dengan cepat menurun. Ia meninggal enam bulan kemudian pukul 8:55 malam, pada 29 Januari 2021. Pada usia 68.
Liu Xiufang
Kematian Liu adalah akhir tragis dari penderitaan yang harus ia tahan sejak 22 tahun Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong. Penduduk Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang ini ditangkap delapan kali dan juga diberikan tiga kali masa kerja paksa dan satu kali masa tahanan penjara.
Dalam tahanan, dia dipukuli dengan tiang bambu tebal, diikat di ranjang dalam posisi elang membentangkan sayap, dipaksa duduk di bangku kecil, dan diborgol dengan tangan di belakang punggungnya selama berjam-jam. Borgol selama berjam-jam membuat tubuhnya gemetar kesakitan, namun para narapidana justru menarik lengannya untuk menambah penderitaannya. Dia berkata satu detik terasa seperti ribuan tahun.
Peragaan penyiksaan: Diborgol di belakang punggung
Setelah penangkapan pada tahun 2009, polisi menahannya di bangku harimau selama lima hari dan tidak mengizinkannya makan atau tidur selama tiga hari. Akibatnya, ia menjadi inkontinensia.
Suami dan putra Liu, yang tidak berlatih Falun Gong, ditangkap bersama dengannya. Polisi menampar wajah suaminya dan juga mengikatnya di bangku harimau selama tiga hari. Memaksanya membubuhkan tanda tangan di sebuah dokumen dan menahannya selama dua hari lagi di pusat penahanan. Putra Liu juga ditahan selama dua hari, dengan satu hari diikat ke sebuah kursi besi.
Suami Liu menjadi trauma dengan penahanan dan penyiksaan. Matanya kusam dan ia menjadi pendiam. Ingatannya menurun dan terkadang lupa apa yang sedang dilakukannya. Bahkan beberapa tahun kemudian, dia masih belum pulih.
Liu juga menderita gagal jantung dan tekanan darah tinggi akibat penyiksaan di penjara, tapi petugas menolak membebaskannya dengan jaminan medis, dengan alasan ia tidak melepaskan Falun Gong.
Liu berjuang dengan kesehatannya yang buruk setelah dibebaskan. Ia menderita stroke pada Juni 2019 dan menjadi lumpuh.
Dalam pelecehan kampanye “sapu bersih” yang dimulai pada awal 2020, petugas memaksa Liu membubuhkan sidik jari pada dokumen yang disiapkan untuk melepaskan Falun Gong. Mereka juga merekamnya sebagai bukti bahwa mereka telah menyelesaikan tugas. Pelecehan semakin memperburuk kondisi Liu dan dia meninggal enam bulan kemudian.
Veteran Jiangsu Meninggal Setelah 11 Tahun Terbaring Sakit
Setelah terbaring sakit di ranjang dalam kondisi mengenaskan selama sebelas tahun, Zhang Chaogui, seorang penduduk Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu meninggal dunia pada 30 Januari 2021 di usia 83 tahun.
Zhang, pensiunan perwira militer dari Divisi Militer Kota Suzhou di Provinsi Jiangsu, mulai berlatih Falun Gong pada 1997. Setelah Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong pada 20 Juli 1999, Zhang pergi ke kantor pemerintah di Shanghai untuk memohon keadilan bagi Falun Gong. Setelah kembali, Liu Shuangrong, kepala Kantor Keamanan Domestik Distrik Pingjiang, mencoba menangkap Zhang, namun gagal.
Liu mengajukan beberapa permintaan kepada divisi militer agar menangkap Zhang, tetapi lagi-lagi menghadapi keberatan. Dia kemudian menghubungi pemerintah Kota Suzhou dan Kantor 610 setempat, lembaga di luar kerangka hukum yang dibentuk oleh Partai Komunis Tiongkok untuk menganiaya para praktisi Falun Gong. Menyuruh mereka menekan instansi militer untuk menangkap Zhang.
Ditekan oleh pihak berwenang, divisi militer menahan Zhang dan membawanya ke pusat pencucian otak. Dia juga dipaksa untuk pensiun dari militer.
Setelah pensiun, instansi militer lanjut mencuci otak dan mengancamnya. Mereka juga secara ketat memonitor kehidupan sehari-harinya. Ketika Zhang pulang ke kampung halamannya di dekat Kota Yangzhou selama libur Tahun Baru Imlek, militer juga mengirim agen untuk mengikutinya sepanjang perjalanan.
Secara bersamaan, kepala Kantor Keamanan Domestik Liu, kepolisian setempat dan anggota komite lingkungan mengganggu kehidupan Zhang dari waktu ke waktu dan mengawasi kehidupannya. Tekanan mental dan gangguan jangka panjang telah merusak kesehatannya. Dia tidak dapat merawat diri di akhir 2010 dan mengalami hilang ingatan menyeluruh. Dia dalam kondisi kurus kering dan terbaring sakit di ranjang selama sebelas tahun sebelum meninggal dunia pada 30 Januari 2021.
Zhang bukanlah satu-satunya dalam keluarga yang menjadi sasaran penganiayaan karena berlatih Falun Gong. Istrinya, Cheng pertama kali ditangkap dan ditahan selama dua jam pada Juli 2008. Dia ditangkap kembali dan rumahnya digeledah pada Maret 2012, karena membagikan materi klarifikasi Falun Gong. Putra dan putri mereka bersama pasangan masing-masing dipaksa untuk bercerai setelah dilibatkan dalam penganiayaan.
Selama sebelas tahun ketika Zhang terbaring sakit, instansi militer menolak membayar biaya pengobatannya meskipun dia diberikan asuransi kesehatan. Ketika Cheng mengklaim tagihan medis suaminya, instansi militer malah mengancam untuk menangkap dan menghukumnya ke penjara.
Wanita Liaoning Meninggal 5,5 Bulan Setelah Dibebaskan dari Penjara
Chen Yongchun, seorang warga Kota Yingkou, Provinsi Liaoning meninggal pada tanggal 4 Maret 2021, kurang dari enam bulan setelah dia selesai menjalani hukuman penjara lima tahun karena berlatih Falun Gong. Dia berusia 50 tahun.
Chen, yang menjalankan usaha dry cleaning, ditangkap tanggal 19 Oktober 2015, karena mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin atas penganiayaannya terhadap Falun Gong. Selama satu tahun tujuh bulan dia ditahan di Pusat Penahanan Kota Yingkou, para penjaga menahannya dalam posisi seperti elang terbang tiga kali dan hanya diturunkan ketika dia perlu ke kamar kecil atau makan. Narapidana menyumpal mulutnya dengan kain ketika dia meneriakkan "Falun Dafa Baik" sebagai protes. Terkadang mereka menuangkan air ke hidungnya atau menginjak dadanya.
Chen dijatuhi hukuman lima tahun di Penjara Wanita Shenyang pada awal 2017. Dia dipaksa bekerja dalam waktu yang lama setiap hari dan tidak diperbolehkan menggunakan toilet atau beristirahat. Cedera fisik dan mental akibat penyiksaan menyebabkan berat badannya turun dengan cepat.Dia sering tidak sadarkan diri dan kehilangan nafsu makan. Didiagnosis menderita diabetes pada 2019, dia dirawat di rumah sakit tiga kali, tetapi kondisinya terus memburuk.
Pada saat dia dibebaskan pada 18 Oktober 2020, suaminya sangat sedih melihat wanita kurus kering di depannya. Dia mengalami disorientasi, lemah, dan tidak bisa berjalan. Terlepas dari kondisinya, polisi terus mengganggunya di rumah, dan dia masih hidup dalam ketakutan.
Setelah berjuang dengan kesehatan yang buruk selama kurang dari enam bulan, dia meninggal di rumah sakit pada tanggal 4 Maret 2021.
Setelah Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong pada bulan Juli 1999, Kang Qianhua ditangkap, diganggu, dan diawasi berulang kali. Dia dikirim ke kamp kerja paksa untuk menjalani satu masa hukuman dan ditahan di pusat pencucian otak karena membela keyakinannya. Rasa takut dan stres membuat kesehatannya memburuk, dan dia meninggal di usia 56 tahun tanggal 12 Maret 2021.
Beberapa bulan sebelum kematiannya, polisi memasang lebih banyak kamera pengawas di gedung apartemennya demi mengawasinya.
Kang suatu kali mengenang, “Penganiayaan memberi tekanan yang tak terbayangkan bagi keluarga saya. Siksaan mental sangat kejam. Ketika ayah saya harus menandatangani salah satu pemberitahuan penangkapan saya, dia menangis. Penganiayaan sangat memengaruhi kesehatannya. Jantung dan paru-parunya mulai tidak berfungsi, dan ayah akhirnya meninggal.
“Setelah ibu melihat saya ditangkap berulang kali, kapanpun melihat polisi dia mulai gemetar, takut saya akan ditangkap lagi. Dia hidup dalam ketakutan setiap hari. Sedangkan putri saya, dia berulang kali menangis setelah saya ditangkap.
Kang, dari Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, pertama kali ditangkap tahun 2000 karena menyebarkan materi informasi mengenai Falun Gong. Dia diberikan masa hukuman satu tahun dua bulan di Kamp Kerja Paksa Ping’antai pada bulan Desember 2000. Dia diawasi dengan ketat oleh narapidana, dipaksa melakukan pekerjaan berat dan tidak dibayar, dia juga sering dijadikan sasaran pemukulan dan pencucian otak. Para penjaga pernah menggantungnya di pergelangan tangan di ruangan yang gelap dalam jangka waktu yang lama, membuatnya tidak sanggup menggerakkan lengan selama berhari-hari.
Karena Kang menolak melepaskan Falun Gong, dia dibawa langsung ke pusat pencucian otak saat masa kamp kerja paksanya sudah berakhir. Dia ditahan di sana selama beberapa bulan.
Setelah dia mengajukan keluhan kriminal di tahun 2015 terhadap Jiang Zemin, mantan kepala rezim komunis yang memerintahkan penganiayaan, polisi mulai mengganggunya secara teratur.
Pada bulan April 2019, polisi memasang kamera pengawas di dalam lift gedung apartemen Kang dan dekat lampu lalu lintas, dengan lensanya mengarah tepat ke pintu depan apartemennya.
Dua minggu kemudian, pada tanggal 28 April 2019 malam, Kang ditangkap ketika melakukan perjalanan ke Shanghai. Setelah dibebaskan tanggal 14 Mei, dia setiap hari diikuti ketika pergi.
Polisi memasang kamera pengawas kecil di pintu masuk gedung apartemennya pada bulan September 2019. Tanggal 6 November 2020 lebih banyak kamera pengawas tampak di pintu masuk lantai satu dan lantai dua apartemennya.
Wanita Liaoning Meninggal Tiga Tahun Setelah Dipenjara dan Dianiaya Selama Sepuluh Tahun
Pada saat Wang Sumei dibebaskan pada tanggal 21 Juli 2018 dari hukuman sepuluh tahun karena berlatih Falun Gong, rambutnya telah menjadi abu-abu, empat giginya tanggal dan tujuh lainnya longgar, penglihatannya juga menjadi buram.
Terlepas dari kondisinya, polisi terus datang kembali untuk mengganggunya dan memerintahkannya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Suaminya berselingkuh dan meninggalkannya dalam keputusasaan yang mendalam. Dia tinggal bersama saudara perempuannya, yang merawatnya. Setelah berjuang dengan kesehatan yang buruk selama hampir tiga tahun, penduduk Kota Shenyang, Provinsi Liaoning tersebut meninggal pada tanggal 12 Maret 2021, satu hari setelah putranya membawanya pulang. Dia berusia 59 tahun.
Wang ditangkap tanggal 21 Juli 2008, dalam penyisiran polisi dan kemudian dijatuhi hukuman sepuluh tahun oleh Pengadilan Distrik Baru Shenbei.
Di Penjara Wanita Liaoning, dia dipaksa bekerja setidaknya 12 jam, membuat sweater dari jam 7 pagi hingga 7 malam. Di malam hari, dia dipaksa berdiri diam sampai jam 1 pagi sebelum diizinkan tidur.
Karena Wang tetap teguh pada keyakinannya, penjaga terus menghasut narapidana untuk mengawasi dan menyiksanya. Beberapa dari mereka menggantungnya cukup tinggi sehingga kakinya terangkat dari lantai. Kadang-kadang, mereka menjambak rambutnya dan mencelup kepalanya ke dalam ember berisi air, hampir menenggelamkannya. Yang lain menampari wajahnya dan mencubit pahanya setiap hari. Bahkan ketika Wang melakukan kerja paksa, narapidana terkadang memukulinya tanpa alasan.
Seorang narapidana yang dipenjara karena pembunuhan, menyiksa Wang dengan memaksa membuka mulutnya dan mendorong giginya. Meskipun tidak ada luka yang terlihat, gigi Wang menjadi goyang dan mulai sakit.
Untuk mencegah Wang melakukan latihan Falun Gong, para narapidana sering memborgol lengannya ke belakang punggung bahkan saat dia tidur. Kadang-kadang mereka merobek seprai dan mengikatnya di tempat tidur. Mereka mengikatnya begitu erat hingga pergelangan tangannya terluka. Karena dia meneriakkan “Falun Dafa baik” untuk memprotes penganiayaan, narapidana menutup mulutnya dengan selotip.
Mengingat penganiayaan fisik dan mental yang tak henti-hentinya, ditambah 12 jam kerja paksa setiap hari dan pola makan yang buruk, Wang didiagnosis dengan gula darah rendah. Akibatnya, dia dipindahkan ke Unit Lansia dan Penyandang Cacat di Divisi 11 pada tanggal 25 Januari 2012. Para penjaga terus memaksanya melakukan kerja paksa, kali ini bertugas membuat kapas penyeka.
Selama berada di penjara, keluarga Wang berulang kali meminta untuk mengunjunginya, tetapi setiap kali ditolak oleh penjaga. Ketika saudara perempuannya menjemputnya di luar penjara, dia hampir tidak bisa mengenali wanita yang berdiri di depannya.
Laporan terkait (bahasa Inggris):
83 Falun Gong Practitioners Die in 2020 As a Result of the Persecution of Their Faith
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org