(Minghui.org) Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Minghui.org, 3.133 insiden penangkapan atau gangguan terhadap praktisi Falun Gong karena keyakinan mereka dilaporkan pada semester pertama tahun 2023.
Di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, seorang wanita berusia 64 tahun meninggal enam hari setelah ditangkap. Polisi dengan ketat menyensor informasi tentang kematiannya dan juga mengawasinya dengan ketat di rumah. Istri praktisi lain, yang terbaring di tempat tidur selama enam tahun, sangat ketakutan melihat polisi menggeledah rumahnya sehingga dia meninggal sepuluh hari kemudian.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak tahun 1999. Tak terhitung berapa jumlah praktisi telah dilecehkan, ditangkap, dihukum, atau disiksa karena mempertahankan keyakinan mereka. Tetapi karena penyensoran informasi yang ketat di Tiongkok, kasus penganiayaan tidak selalu dapat dilaporkan secara tepat waktu, juga tidak semua informasi tersedia.
Di antara 1.752 kasus penangkapan yang baru dilaporkan, 3 terjadi pada tahun 2021, 161 terjadi pada tahun 2022, dan 1.588 terjadi pada tahun 2023. Dari 1.381 insiden pelecehan yang baru dilaporkan, 133 terjadi pada tahun 2022 dan 1.248 terjadi pada tahun 2023. Sebanyak 1.041 praktisi digeledah rumahnya. Secara khusus, dua praktisi yang masing-masing memiliki uang tunai 80.000 yuan dan 100.000 yuan, diambil dari mereka selama penangkapan mereka pada Maret 2023.
3.133 praktisi yang ditangkap atau dilecehkan berasal dari 28 provinsi dan kotamadya. Shandong (510), Jilin (484), dan Sichuan (270) melaporkan gabungan kasus penangkapan dan pelecehan yang paling banyak. Hebei, Heilongjiang, Hubei, Liaoning, dan Beijing juga melaporkan kasus tiga digit, dari 114 sampai 269. Enam belas wilayah lainnya memiliki kasus dua digit. Zhejiang dan Hainan masing-masing mencatat empat kasus penangkapan, sedangkan Fujian dan Xinjiang masing-masing memiliki satu kasus pelecehan.
Sebanyak 535 praktisi, termasuk 331 ditangkap dan 204 dilecehkan, berusia 60 tahun ke atas, dengan sebelas praktisi berusia 90-an tahun.
Bagan berikut menunjukkan distribusi bulanan dari 1.588 kasus penangkapan dan 1.248 kasus pelecehan yang terjadi pada semester pertama tahun 2023.
Baik bulan Maret maupun Mei terjadi kasus penganiayaan yang intensif yang kemungkinan karena pertemuan politik tahunan rezim pada bulan Maret dan “Hari Falun Dafa Sedunia” pada tanggal 13 Mei (peringatan diperkenalkannua Falun Gong ke publik). Selama “hari-hari sensitif” seperti pertemuan politik besar atau peringatan yang berkaitan dengan Falun Gong, pihak berwenang sering memerintahkan polisi setempat dan komite perumahan untuk melecehkan praktisi dalam skala besar untuk mencegah mereka mengungkap penganiayaan.
3.133 praktisi yang ditargetkan berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk 37 profesor perguruan tinggi dan 34 profesional di industri lain, seperti dokter, hakim, insinyur, jurnalis, dan akuntan.
Seorang atlet pemecah rekor dunia ditangkap pada Mei 2023, setelah menghabiskan 17 tahun dalam pelarian untuk bersembunyi dari polisi. Sepasang suami istri berusia 40-an tahun, keduanya bekerja di pabrik mobil, ditangkap pada Februari 2023. Sang istri menjalani hukuman 5 tahun penjara dan sang suami menjalani hukuman 11 tahun.
Seorang mantan insinyur yang sehat secara mental dibawa ke rumah sakit jiwa setelah pusat penahanan setempat menolak untuk menerimanya karena tekanan darahnya yang tinggi. Sekarang, keluarganya khawatir bahwa dia menjadi sasaran pemberian obat-obatan psikiatri yang tidak diketahui. Seorang guru sekolah menengah ditangkap di tempat kerjanya setelah petugas administrasi sekolah menipunya untuk pergi ke kantornya untuk berbicara.
Dipecat oleh bank tempatnya bekerja pada tahun 2000, mantan teknisi IT itu kini dilarang mengajukan tunjangan pensiun setelah mencapai usia pensiun.
Menyusul sebagian besar penangkapan, polisi juga memaksa praktisi untuk menjalani pemeriksaan fisik yang mencurigakan dan melakukan pengambilan darah yang bertentangan dengan keinginan mereka. Dalam beberapa kesempatan, polisi mengubah hasil pemeriksaan praktisi agar mereka diterima di pusat penahanan.
Tidak ada keringanan hukuman yang diberikan kepada praktisi lanjut usia. Keluarga wanita berusia 83 tahun yang menggunakan bantuan kursi roda melaporkan bahwa polisi membuka paksa pintu mereka dan membawa orang yang mereka cintai pergi dengan ambulans tanpa memberi tahu ke mana mereka akan membawanya.
Penangkapan dan Gangguan di Sekitar Hari-Hari Sensitif Secara Politik
Badan legislatif Tiongkok, Kongres Rakyat Nasional (NPC), dan badan penasehat politik utamanya, Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC), keduanya mengadakan pertemuan tahunan mereka (dikenal sebagai “dua sesi”) sekitar waktu yang sama setiap tahun (walaupun secara terpisah). Pertemuan CPPCC tahun ini dimulai pada tanggal 4 Maret dan pertemuan NPC dimulai keesokan harinya. Praktisi Falun Gong di seluruh Tiongkok dilecehkan sebelum “dua sesi.”
Sesaat sebelum konferensi dimulai, Zhang Heyu, berusia sekitar 70 tahun, dan putrinya Chen Lifang, berusia 49 tahun, keduanya tinggal di Kecamatan Chaoyang, Beijing, hilang. Menurut tetangga mereka, polisi setempat dan anggota staf komite perumahan mulai melecehkan dan memantau aktivitas sehari-hari mereka sejak tahun 2020.
Di Kabupaten Nongan, Kota Changchun, Provinsi Jilin, polisi setempat melecehkan semua praktisi di kabupaten tersebut dan menangkap lebih dari sepuluh praktisi selama “dua sesi.” Ketika seorang praktisi pergi ke Provinsi Hainan, yang berjarak lebih dari 2.000 mil jauhnya untuk perjalanan pribadi, tiga petugas polisi bahkan mengikutinya ke sana, mengambil fotonya, dan mengambil sampel air liurnya.
Polisi di Kota Shouguang, Provinsi Shandong, melecehkan praktisi setempat dengan menelepon mereka, mengambil foto mereka, atau meminta anggota keluarga mereka untuk mencegah mereka keluar.
Menurut orang dalam, setelah “dua sesi” berakhir pada akhir Maret, otoritas di Kecamatan Haidian, Beijing, menyiapkan daftar lebih dari 100 praktisi. Pertama-tama, mereka mengatur polisi untuk memantau kehidupan sehari-hari setiap praktisi dan mengadakan setidaknya satu pertemuan tatap muka dengan mereka setiap satu atau dua minggu. Semua pertemuan tersebut direkam. Jika praktisi menolak untuk melepaskan Falun Gong atau mereka memiliki “catatan kriminal” pernah dihukum karena berlatih Falun Gong sebelumnya, pihak berwenang akan menggunakan cara yang lebih agresif untuk melecehkan mereka atau membawa mereka ke sesi cuci otak.
Memasuki bulan Mei, polisi di Kabupaten Guan, Kota Liaocheng, Provinsi Shandong mengirim banyak petugas polisi untuk melecehkan praktisi setempat. Dua petugas menahan seorang praktisi begitu dia membuka pintu dan secara paksa mengambil sampel darahnya. Praktisi lain dihentikan oleh polisi dalam perjalanan pulang setelah belajar buku-buku Falun Gong dengan praktisi lain. Polisi mencabut kunci sepeda motornya dan berusaha mengambil sampel darahnya di jalan. Dia berteriak sebagai protes dan polisi tidak dapat mengambil sampel darahnya. Beberapa praktisi lainnya juga melaporkan bahwa polisi berusaha mengambil sampel darah mereka.
Juga di Provinsi Shandong, pihak berwenang di Kota Longkou mengirim lebih dari 100 petugas untuk menangkap praktisi setempat sekitar pukul 05:00, tanggal 9 Mei. Para petugas mengenakan pakaian sipil dan mengendarai mobil pribadi mereka untuk melakukan penangkapan kelompok. Mereka menipu praktisi yang menjadi sasaran untuk membuka pintu dengan mengaku sebagai staf komite jalan atau tetangga di lantai bawah yang langit-langitnya bocor.
Menurut orang dalam, polisi Longkou telah memantau para praktisi setidaknya selama enam bulan sebelum melakukan penangkapan. Banyak petugas yang menangkap adalah anak muda yang telah disesatkan oleh propaganda fitnah PKT terhadap Falun Gong.
Semua rumah praktisi digerebek, polisi menggeledah setiap sudut dan celah, bahkan di bawah tempat tidur. Sejumlah besar buku-buku Falun Gong, materi informasi yang mengungkap penganiayaan PKT terhadap Falun Gong, dan barang berharga lainnya disita. Praktisi melaporkan bahwa petugas berpakaian preman ini mengganti seragamnya menjadi seragam polisi setelah membawa mereka ke kantor polisi.
Sedikitnya 21 praktisi Longkou dan dua anggota keluarga ditangkap, termasuk empat suami istri, dua anak dari salah satu pasangan, dua saudara kandung, dan sembilan praktisi lainnya.
Di Kota Yingcheng, Provinsi Hubei, kantor komunitas memajang poster propaganda besar untuk memfitnah Falun Gong dan penciptanya di papan buletin “anti-aliran sesat” di lokasi utama di Jalan Gongnong. Chai Wenguang, direktur Komite Jalan Gongnong, secara pribadi memberikan instruksi untuk mencetak poster tersebut. Dia juga melecehkan seorang praktisi lanjut usia, Liu Jiaoya, dan mengancamnya agar tidak keluar. Ketika praktisi Li Guifeng pergi ke komite jalan untuk memperbarui pendaftaran rumahnya, Chai memerintahkannya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Ketika dia menolak untuk patuh, Chai menelepon polisi. Itu mengakibatkan Li ditangkap dan ditahan selama empat jam.
Ketika Pan Jiqiang, kepala Departemen Kepolisian Kota Sanhe di Provinsi Hebei yang berusia 51 tahun, mengunjungi Kota Yanjiao di Kota Sanhe pada sekitar tanggal 10 Mei 2023, dia melihat spanduk bertuliskan “Rayakan Hari Falun Dafa Sedunia pada 13 Mei.” Dia memberi perintah untuk menangkap siapa pun yang menggantung spanduk dan dengan cepat mengadili “pelanggar”. Kantor polisi meneliti video pengawasan dan menentukan bahwa Sui Lixian, pensiunan guru berusia sekitar 72 tahun, telah menggantung spanduk tersebut. Sui dibawa dari rumahnya oleh polisi pada tanggal 14 Mei 2023. Surat perintah penangkapannya disetujui sepuluh hari kemudian dan dia menghadapi dakwaan sekarang.
Di bawah ini adalah beberapa kasus penganiayaan dari praktisi individu.
Kematian Tragis
Wanita Wuhan Meninggal Enam Hari Setelah Penangkapan Karena Berlatih Falun Gong
Wanita berusia 64 tahun di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, meninggal enam hari setelah dia ditangkap karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong.
Hu Yongxiu ditangkap di luar rumah sakit saat berbicara dengan orang-orang tentang penganiayaan PKT terhadap Falun Gong pada tanggal 30 Maret 2023. Keluarganya mengkonfirmasi pada tanggal 5 April 2023 bahwa dia meninggal pada hari itu. Kesehariannya di rumah diawasi secara ketat oleh polisi. Karena sensor informasi yang ketat, detail tentang kematiannya tidak tersedia.
Hu adalah praktisi Falun Gong kedua di Wuhan yang diketahui telah dianiaya hingga meninggal dunia pada tahun 2023. Praktisi lainnya, Zong Ming, kurus kering dan sulit berbicara ketika dia dibebaskan pada tanggal 26 Desember 2022, setelah ditahan di pusat pencucian otak setempat selama delapan bulan. Rambutnya telah berubah menjadi abu-abu. Keluarganya membawanya ke rumah sakit pada tanggal 1 Januari 2023. Dokter menolak untuk menerimanya dan dia meninggal di ruang gawat darurat pada hari itu. Dia berusia 59 tahun.
Seorang wanita yang terbaring di tempat tidur di Kota Qingdao, Provinsi Shandong, ketakutan ketika tiga petugas berpakaian preman menerobos masuk dan menggerebek rumahnya, setelah menangkap suaminya di restoran putra mereka beberapa jam sebelumnya. Dia meninggal sepuluh hari kemudian ketika suaminya masih dalam tahanan.
Jiang Chunlin sedang membantu di restoran putranya pada pagi hari, tanggal 9 Mei 2023, ketika tiga petugas polisi datang. Setelah salah seorang dari mereka menunjukkan ID polisinya, mereka menangkapnya dan menyita iPhone-nya sebelum pergi ke rumahnya. Kemudian, mereka mengembalikan kartu SIM di telepon tetapi bukan telepon itu sendiri. Mereka menyita dari rumahnya sebuah printer, komputer, beberapa buku Falun Gong, dan buku catatan pribadinya dengan pengalaman dan pemahaman tentang kultivasi Falun Gong.
Setelah mengalami stroke pada tahun 2017, istri Jiang menjadi cacat dan tidak dapat berbicara. Dia hanya bisa berbaring di tempat tidur tanpa daya saat menyaksikan polisi menggeledah rumahnya. Putranya harus mengingatkan petugas untuk diam agar tidak membuatnya trauma.
Polisi mengatakan bahwa Jiang adalah target utama mereka dan mereka telah mengawasinya selama lebih dari enam bulan. Mereka melakukan penangkapan setelah video pengawasan mengungkap seorang pria yang memakai ransel yang terlihat seperti Jiang di lingkungan tertentu sehingga mereka mencurigainya menyebarkan materi informasi tentang Falun Gong di sana.
Rekaman itu hanya menunjukkan punggung pria itu, bukan wajahnya, tetapi polisi masih menggunakannya sebagai bukti untuk memasukkan Jiang ke pusat penahanan keesokan harinya.
Istrinya, yang bergantung padanya untuk perawatan sejak stroke, meninggal sepuluh hari setelah penangkapannya. Karena putranya tidak diizinkan untuk mengunjunginya, pengacaranya menyampaikan berita tersebut saat mengunjunginya di pusat penahanan. Polisi menolak permintaan putranya agar dia dibebaskan dengan jaminan untuk menghadiri pemakaman istrinya.
Penganiayaan terhadap Praktisi Lansia
Wanita berusia 83 tahun dengan kursi roda dibawa pergi oleh polisi, yang membuka paksa pintunya, dengan menggunakan ambulans dari rumahnya di Kota Kunming, Provinsi Yunnan pada tanggal 9 Mei 2023. Baik Gao Qiongxian maupun keluarganya tidak meminta bantuan medis.
Sebelumnya, Gao dijatuhi hukuman enam tahun pada April 2022. Dia diizinkan untuk menunda masa hukuman karena alasan kesehatan. Keluarganya curiga bahwa polisi mengincarnya kali ini karena mereka bermaksud memenjarakannya untuk menjalani hukuman penjara. Pada saat penulisan, orang yang dicintainya belum diberi tahu di mana dia ditahan.
Ini bukan pertama kalinya Gao menjadi sasaran karena keyakinannya. Dia pertama kali ditangkap pada Juli 2004 dan dihukum tiga tahun kerja paksa. Setelah dibebaskan pada tahun 2007, dia melanjutkan upayanya untuk menginformasikan kepada publik tentang penganiayaan tersebut. Dia ditangkap lagi pada tahun 2016 dan dijatuhi hukuman dua tahun dengan tiga tahun masa percobaan pada tanggal 29 Agustus 2017.
Wu Yuying, warga berusia 78 tahun dari Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, mendapat telepon dari putrinya pada tanggal 16 Juni 2023 yang mengatakan bahwa polisi setempat telah memerintahkannya untuk meminta ibunya melapor kepada mereka pada hari itu, jika tidak, dia tidak akan diizinkan pergi bekerja.
Wu pergi ke kantor polisi pada pukul 14:00 siang itu. Ketika ditanya tentang ancaman mereka terhadap putrinya, semua petugas yang hadir membantah pernah menelepon putrinya. Wu memutuskan untuk pergi, tetapi polisi menghentikannya.
Tiba-tiba, Wu merasa pusing dan pingsan. Ketika dia sadar, dia ingin duduk untuk melakukan meditasi Falun Gong, tetapi tidak bisa. Kemudian, dia pingsan untuk kedua kalinya. Setelah dia sadar kembali, polisi mengatakan bahwa mereka akan memanggil ambulans kali ini. Dia mengatakan tidak dan kembali ke rumah setelah beristirahat sejenak.
Tidak lama kemudian, beberapa petugas dan staf dari Kejaksaan Kecamatan Chengguan datang ke rumahnya untuk menyampaikan “pemberitahuan batas waktu peninjauan dan penuntutan,” sebuah dokumen standar yang dikeluarkan oleh polisi di Tiongkok setelah mereka menyerahkan kasus tersangka ke kejaksaan. Kejaksaan Kecamatan Chengguan mendakwanya pada hari yang sama (tanggal 16 Juni).
Ini bukan pertama kalinya Wu, pensiunan karyawan Pabrik Mesin Changfeng di Kota Lanzhou, menjadi sasaran karena keyakinannya. Departemen keamanan di tempat kerjanya sering mengirim orang untuk mengganggunya di rumah. Manajemen pabrik bekerja sama dengan polisi dan menangkapnya berkali-kali. Mereka juga menangguhkan gajinya untuk jangka waktu tertentu dan menekan suaminya agar menceraikannya. Suaminya sakit parah dan meninggal tak lama setelah perceraian.
Wanita berusia 85 tahun di Kota Maoming, Provinsi Guangdong, telah diganggu oleh polisi berulang kali dalam dua tahun terakhir karena berlatih Falun Gong. Bahkan setelah dia terbaring di tempat tidur, pihak berwenang masih datang ke rumahnya untuk menjatuhkan vonis bersalah terhadapnya.
Antara tanggal 21 April 2022 dan 20 Januari 2023, Liao Yuying dilecehkan empat kali. Polisi mengganti kunci pintu depannya pada Juni 2022 dan menyimpan kuncinya sendiri. Untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut, Liao tinggal jauh dari rumah tetapi harus kembali sebulan kemudian karena kesehatannya yang menurun dan sakit yang sistemik.
Dia terbaring di tempat tidur ketika polisi datang untuk mengganggunya lagi pada tanggal 20 Januari 2023, dua hari sebelum Tahun Baru Imlek. Mereka berusaha membawanya pergi, tetapi kemudian mengalah karena kondisinya yang parah.
Pada Maret 2023, beberapa petugas datang lagi dan menuntut agar dia dibawa ke pengadilan untuk menandatangani berkas perkaranya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dan menangis. Tetangganya mendengarnya menangis dan datang untuk memeriksanya. Tidak ingin tetangganya melihat penganiayaan, polisi segera pergi.
Polisi menelepon putra Liao dua hari kemudian dan memerintahkannya untuk membayar denda 5.000 yuan untuknya. Dia menolak untuk menurut, bahkan setelah polisi berulang kali meneleponnya.
Polisi mengetuk pintu Liao lagi pada tanggal 20 April. Dia menolak untuk membiarkan mereka masuk. Keesokan paginya, setelah Liao keluar, polisi berbicara dengan tetangganya dan menanyakan situasinya. Polisi mengatakan bahwa mereka hanya mengunjunginya dan membawakannya beberapa pisang. Mereka berjanji bahwa mereka tidak akan menangkapnya kali ini.
Beberapa saat setelah Liao kembali ke rumah, polisi datang lagi dan tetap memintanya pergi ke pengadilan untuk menandatangani dokumen kasusnya. Dia bersikeras bahwa dia tidak akan pergi.
Saat tekanan meningkat, Liao menderita sakit parah di kakinya lagi dan tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Pada tanggal 25 April, beberapa anggota Kejaksaan Kecamatan Maonan memaksa putranya untuk membawa mereka ke rumahnya. Mereka mengumumkan bahwa dia bersalah karena memiliki buku-buku Falun Gong di rumahnya. Selain memaksa putranya untuk menandatangani dokumen kasusnya atas namanya, mereka juga memerintahkan putranya untuk memegang tangannya dan membubuhkan sidik jarinya pada dokumen tersebut. Kemudian, jaksa mengatakan bahwa dia diizinkan untuk menjalani hukuman di rumah. (Catatan: biasanya adalah tanggung jawab pengadilan untuk mengumumkan putusan, tetapi jaksa mungkin diminta untuk menyampaikan pesan dalam kasus khusus ini.) Baru kemudian, Liao yang masih terbaring di tempat tidur menyadari bahwa dia telah dijatuhi hukuman. Baik dia maupun putranya tidak diberi tahu rincian hukumannya.
Ditangkap Lagi Setelah Beberapa Dekade Penganiayaan
Sepasang suami istri di Kota Changchun, Provinsi Jilin, ditangkap di rumahnya pada pukul 07:30, tanggal 24 Februari 2023. Polisi membawa Zhuang Xiankun, pria berusia sekitar 49 tahun, dan istrinya, Han Yingli, berusia sekitar 48 tahun, ke Pusat Penahanan Jiutai. Pasangan itu ditahan di sana hingga tanggal 4 Maret ketika mereka dipindahkan ke Pusat Penahanan Weizigou, tempat mereka tinggal.
Baik Zhuang maupun Han pernah bekerja di Pabrik Mobil Kota Changchun. Mereka telah menjadi sasaran berulang kali karena keyakinan mereka selama 24 tahun penganiayaan.
Istri Pernah Dipenjara Selama 5 Tahun
Han pergi ke Beijing untuk memohon bagi Falun Gong sekitar Februari 2001 dan ditangkap. Dia ditahan di pusat penahanan yang berafiliasi dengan Departemen Kepolisian Beijing selama beberapa bulan. Pria yang mengaku dari Biro Keamanan Nasional kemudian pergi ke tempat kerjanya untuk menyelidiki latar belakangnya. Kemudian, dia dijatuhi hukuman lima tahun di Penjara Wanita Provinsi Jilin. Dia harus mempercayakan perawatan bayinya yang saat itu baru berumur beberapa bulan kepada adik laki-lakinya.
Suami Dihukum 11 Tahun Karena Menginterupsi TV Kabel
Zhuang tinggal di Beijing antara bulan Oktober dan Desember 1999 untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan. Dia ditangkap dan ditahan selama 15 hari.
Menyusul penangkapannya yang lain di tempat kerjanya pada Februari 2000, dia dihukum satu tahun kerja paksa dan masa hukumannya diperpanjang tujuh bulan karena dia menolak melepaskan Falun Gong.
Pada tanggal 5 Maret 2002, Zhuang berpartisipasi dalam penginterupsian TV untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan terhadap Falun Gong. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman 11 tahun di Penjara Shiling.
Latar Belakang Penginterupsian TV di Changchun pada tanggal 5 Maret 2002
Delapan belas praktisi Falun Gong menginterupsi jaringan siaran televisi kabel negara sekitar pukul 20:00, tanggal 5 Maret 2002, di Changchun, Provinsi Jilin. Program “Bakar Diri atau Hoax?” dan “Falun Dafa Menyebar ke Seluruh Dunia” disiarkan di delapan saluran secara bersamaan selama sekitar 45 menit.
Seluruh kota Changchun tercengang dan banyak orang mengetahui fakta tentang Falun Gong. Beberapa berpikir bahwa larangan terhadap Falun Gong telah dicabut.
Jiang Zemin, mantan kepala rezim komunis Tiongkok, memberikan perintah rahasia untuk “membunuh semua praktisi Falun Gong yang terlibat.” Dalam beberapa hari, lebih dari 5.000 praktisi di daerah Changchun ditangkap dan tujuh orang dipukuli sampai meninggal.
Lima belas praktisi yang ditangkap dijatuhi hukuman berat pada tanggal 18 September 2002: Zhou Runjun (20 tahun), Liu Weiming (20 tahun), Liu Chengjun (19 tahun), Liang Zhenxing (19 tahun), Zhang Wen (18 tahun), Lei Ming (17 tahun), Sun Changjun (17 tahun), Li Dehai (17 tahun), Zhao Jian (15 tahun), Yun Qingbin (14 tahun), Liu Dong (14 tahun), Wei Xiushan (12 tahun), Zhuang Xiankun (11 tahun), Chen Yanmei (11 tahun), dan Li Xiaojie (4 tahun).
Tiga praktisi yang dihukum, termasuk Liu Chengjun, Lei Ming, dan Liang Zhenxing, telah meninggal akibat penganiayaan.
Setelah 17 Tahun Hidup Menggelandang, Atlet Pemecah Rekor Dunia Ditangkap Lagi karena Keyakinannya
Zhang Qingyuan, atlet pemecah rekor dunia dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, ditangkap pada tanggal 29 Maret 2023, dan sejak itu ditahan tanpa komunikasi. Keluarganya juga belum diberi kabar terbaru tentang situasinya.
Sebelumnya, Zhang dihukum empat tahun pada tahun 2006 karena berlatih Falun Gong. Untuk menghindari hukuman penjara, dia tinggal jauh dari rumah selama 17 tahun berikutnya sebelum ditangkap pada tahun 2023. Saat dia masih dalam pelarian, pihak berwenang menekan majikannya untuk memecatnya pada tahun 2008 dan juga menghentikan gaji pekerja teladan dan tunjangan disabilitasnya (total 10.000 yuan per-tahun).
Zhang, berusia sekitar 55 tahun, lengan kirinya diamputasi setelah kecelakaan ketika dia masih kecil. Cacatnya tidak menghentikannya untuk menjadi atlet dan dia memenangkan banyak kompetisi nasional.
Pada tahun 1994, ia memecahkan rekor dunia dan memenangkan kejuaraan lompat ganda di Pertandingan Timur Jauh dan Pasifik Selatan ke-4 untuk Penyandang Cacat. Pada tahun 1995, ia menjadi anggota tim nasional yang dijadwalkan untuk menghadiri Olimpiade Khusus di Atlanta pada tahun 1996, meskipun ia akhirnya tidak ikut karena beberapa alasan yang tidak terduga.
Setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada tahun 1999, Zhang ditangkap berulang kali karena mempertahankan keyakinannya.
Beberapa jam sebelum penangkapan Shi Wenzhuo pada tanggal 16 Maret 2023, enam petugas datang ke kantor manajemen properti di kompleks apartemennya untuk menuntut melihat video pengawasan. Polisi memutuskan untuk menangkap warga Kota Changchun, Provinsi Jilin, yang berusia 59 tahun itu setelah melihatnya membuang sampah dalam sebuah video.
Setelah pusat penahanan setempat menolak menerima Shi karena kondisi medisnya, polisi meminta pemeriksaan fisik lagi dan kesehatannya masih buruk. Kemudian, polisi pergi ke rumah sakit dan meminta dokter mengubah hasil pemeriksaan fisik Shi. Kemudian, pusat penahanan setuju untuk menerimanya.
Sekarang, Shi menghadapi tuntutan setelah Kejaksaan Kecamatan Kuancheng mendakwanya dan meneruskan kasusnya ke Pengadilan Kecamatan Kuancheng.
Shi mempelajari Falun Gong pada Maret 1999 dan keyakinannya tidak pernah goyah setelah penganiayaan dimulai empat bulan kemudian. Sejak itu, dia berulang kali menjadi sasaran karena menegakkan keyakinannya. Sebelum penangkapan terakhirnya, dia menjalani hukuman satu tahun kerja paksa pada tahun 2000 dan dua kali hukuman penjara (sembilan tahun pada tahun 2002 dan empat tahun pada tahun 2012).
Selama dua masa penahanannya, Shi mengalami berbagai bentuk penyiksaan, termasuk pemukulan, disetrum, disiram dengan air panas, dan diikat dengan tali.
Penahanan Sewenang-wenang dan Tanpa Komunikasi
Liu Chunxia, mantan insinyur di Kota Xi'an, Provinsi Shaanxi, ditangkap di tempat kerjanya pada tanggal 6 Mei 2023, tiga belas hari sebelum KTT Tiongkok-Asia Tengah perdana diadakan di Xi'an. Pemimpin Partai Komunis Xi Jinping dijadwalkan hadir.
Menurut petugas yang menangkap, pihak berwenang setempat sedang melakukan operasi yang dijuluki “pengetatan jaring” menjelang KTT. Biasanya sebelum acara besar atau pertemuan politik, pihak berwenang di kota tuan rumah sering meningkatkan penangkapan dan pelecehan terhadap praktisi Falun Gong untuk mencegah mereka meningkatkan kesadaran akan penganiayaan dan “menyebabkan masalah” bagi rezim.
Setelah pusat penahanan setempat menolak untuk menahan Liu karena tekanan darahnya yang sangat tinggi, polisi memindahkannya ke Rumah Sakit Ankang, di mana praktisi yang sehat secara mental harus diberikan obat psikiatri secara paksa.
Menyusul penangkapan Liu, keponakannya yang saat ini tinggal di Australia, menghubungi senatornya untuk meminta bantuan. Senator Simon Birmingham dari Australia, yang juga Menteri Bayangan Luar Negeri, menjawabnya pada tanggal 30 Juni 2023 dan menyatakan kepeduliannya terhadap keselamatan dan kesejahteraan Liu.
Senator Birmingham menulis, “Koalisi tetap sangat prihatin bahwa agama dan minoritas lainnya di Tiongkok, termasuk praktisi Falun Gong, terus menjadi sasaran atas dasar keyakinan mereka. Di Pemerintah, Koalisi memastikan bahwa Australia menyampaikan keprihatinan ini secara langsung kepada Pemerintah Tiongkok dalam banyak kesempatan, termasuk awal tahun ini.”
Dia juga berkata, “Koalisi sangat mendesak Pemerintah Partai Buruh untuk melanjutkan pendekatan Australia yang kuat dan langsung kepada Pemerintah Tiongkok terkait perlakuan terhadap praktisi Falun Gong dan minoritas lainnya.”
Dia menambahkan bahwa mereka juga telah mendorong Pemerintah untuk memastikan bahwa perwakilan senior dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan terus bertemu langsung dengan perwakilan Falun Gong, serta anggota keluarga praktisi, untuk memastikan mereka mendengar bukti langsung sehingga dapat diajukan ke pihak berwenang Tiongkok sebagai bagian dari upaya untuk membantu mengamankan pembebasan praktisi.
Dia menutup suratnya dengan mengatakan, “Saya akan memastikan bahwa Koalisi terus mencari pembaruan dari Pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perlakuan terhadap praktisi Falun Gong oleh Pemerintah Tiongkok.”
Guru Sekolah Menengah Ditangkap di Tempat Kerja, Keluarganya Dilarang Berkunjung
Seorang guru sekolah menengah ditangkap di tempat kerjanya pada 27 April 2023 dan keluarganya ditolak untuk mengunjunginya sejak saat itu.
Cheng Panfeng, berusia 40-an tahun, telah bekerja di Sekolah Menengah Songyuan di Kota Zhongshan, Provinsi Guangdong, sejak dia lulus dari perguruan tinggi pada tahun 2002. Saat dia bekerja di sekolah pada tanggal 27 April 2023, staf administrasi sekolah memanggilnya ke kantor. Dia pergi ke sana, namun ditangkap dan dibawa ke kantor polisi setempat.
Tak lama setelah penangkapan Cheng, polisi mendobrak masuk ke dua kediamannya dan menyita buku-buku Falun Gong, KTP, iPad, laptop, dan mobil pribadinya. Keluarganya pergi ke kantor polisi pada malam hari beberapa kali untuk menanyakan tentang kasusnya, tetapi polisi menolak untuk memberikan informasi apapun dengan alasan bahwa kasusnya bersifat rahasia. Polisi juga menolak permintaan keluarga untuk menjenguk atau meneleponnya.
Setelah hampir 24 jam interogasi di kantor polisi, Cheng dipindahkan ke Pusat Penahanan Kota Zhongshan untuk penahanan kriminal pada malam hari, tanggal 28 April.
Beberapa petugas berpakaian preman dan anggota staf komite perumahan mengganggu keluarga Cheng di rumahnya sekitar pukul 18:00, tanggal 2 Mei, dan memperingatkan mereka untuk tidak mencari informasi tentang kasus Cheng. Meskipun permintaan yang kuat dari keluarga, hanya satu petugas yang menunjukkan identitasnya.
Gerbang depan Sekolah Menengah Songyuan.
Pemeriksaan Fisik yang Mencurigakan
Seorang pensiunan pegawai kereta api ditangkap di rumah putrinya dan ditahan selama 12 hari setelah diketahui bahwa dia mengirimkan surat kepada seorang pejabat pemerintah yang mendesaknya untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap Falun Gong.
Li Shoulan, di usia akhir 60-an tahun, menjalani pemeriksaan fisik komprehensif setelah penangkapannya, tetapi dia tidak pernah diberi hasil pemeriksaan atau tujuan pemeriksaan. Dia menduga bahwa itu mungkin dilakukan untuk mengumpulkan biometriknya untuk melihat apakah dia akan menjadi donor yang baik untuk program pengambilan organ paksa dari praktisi Falun Gong yang sedang berlangsung oleh PKT.
Penangkapan pada Februari 2023 dan Pemeriksaan Fisik
Li membagi waktunya antara tinggal di kediamannya sendiri di Kota Wanyuan, Provinsi Sichuan, dan ke rumah putrinya di Kota Ankang, Provinsi Shaanxi, sekitar 70 mil jauhnya.
Pada tanggal 22 Februari 2023, petugas polisi mendatangi tempat kerja putri Li, Departemen Biro Kereta Api Listrik Kota Ankang. Mereka memerintahkan dia untuk membawa mereka pulang untuk menangkap ibunya. Pengawasnya memperingatkan dia untuk tidak kembali bekerja jika dia gagal “menangani” situasi tersebut.
Li ditangkap di rumah putrinya dan dibawa ke departemen kepolisian setempat, di mana delapan agen menunggunya. Dia menuntut untuk mengetahui nama, nomor telepon, dan jabatan mereka. Hanya dua orang yang memberinya informasi, tetapi polisi kemudian menyita catatannya.
Selama interogasi, Li berhasil menemukan identitas beberapa orang lainnya, termasuk Fan Yongbin (sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Kota Ankang), Luo Junkang, dan Tang Mei.
Mereka menunjukkan surat kepada Li yang ditujukan kepada Wang Hao, walikota Kota Ankang. Wang memerintahkan polisi untuk mencari tahu siapa yang mengirimkannya kepadanya. Polisi juga memutar video yang memperlihatkan seseorang mengantarkan surat di kotak surat. Tetapi, videonya kabur dan orang tidak bisa melihat siapa orangnya.
Polisi bergiliran menginterogasi Li dan menanyakan dari mana dia mendapatkan surat untuk dikirim ke walikota Wang. Selanjutnya, mereka membawanya ke Rumah Sakit Kereta Api untuk pemeriksaan fisik yang komprehensif, termasuk tes COVID-19, tes darah, elektrokardiogram, dan pemeriksaan mata. Kemudian, mereka membawanya kembali ke departemen kepolisian untuk mengambil sidik jarinya, yang mereka lakukan berkali-kali karena tidak puas dengan hasilnya.
Keesokan paginya, Li menghadapi putaran interogasi lagi. Dua petugas menahannya di bangku harimau. Mereka berulang kali bertanya siapa yang memberinya surat, kemana dia naik bus, dengan siapa dia pergi ke kotak surat, dan bagaimana dia menghubungi praktisi lain.
Li menolak untuk menjawab pertanyaan mereka. Seorang petugas mendorongnya ke dalam ruang kaca dan berkata, “Tetap di sini! Jangan berpikir untuk merasa nyaman di sini!”
Polisi membawa alat pemeriksaan mata pada sekitar pukul 14.00. Meskipun mereka bukan profesional medis, mereka berusaha untuk memeriksa mata Li. Mereka menyalakan perangkat untuk menyinari matanya dengan cahaya terang saat satu orang membuka paksa kelopak mata atasnya dan kelopak mata bawah lainnya.
Karena tidak tahu cara mengoperasikan instrumen, mereka bergiliran mencoba mencari tahu. Li diperlakukan seperti kelinci percobaan dengan satu demi satu petugas menusuk matanya. Kemudian, alat itu pecah. Polisi memanggil teknisi tetapi dia tidak bisa memperbaikinya. Mereka melaporkan situasi tersebut kepada penyelia mereka, “Kami telah menghabiskan beberapa jam mencoba membuat hal ini berhasil. Dan dia tidak bekerja sama dengan kami. Berapa lama lagi kita harus mencoba?”
Akhirnya, polisi berhenti ketika sudah waktunya untuk pulang kerja. Mata Li masih sakit lebih dari dua bulan setelah kejadian itu.
Mereka menahannya di departemen kepolisian selama dua hari sebelum membawanya ke Penjara Kecamatan Hanbin, di mana dia ditahan selama 10 hari.
Polisi juga menggerebek rumah putrinya setelah mengantarnya ke penjara. Mereka menyita Zhuan Falun, buku utama Falun Gong, dan menipu putrinya untuk menyerahkan telepon ibunya kepada mereka.
Penahanan Singkat pada Tanggal 27 Maret
Pada tanggal 27 Maret, putri Li baru saja pulang dari bekerja shift malam ketika dia menerima telepon dari polisi. Mereka memerintahkan Li untuk segera melapor kepada mereka. Putrinya mengabaikannya, dan itu membuat polisi menerobos masuk kerumahnya dan menangkap dia dan ibunya.
Saat menginterogasi Li pada sore itu, polisi menunjukkan surat itu lagi dan menekannya untuk mengungkapkan siapa yang menulisnya dan siapa yang memberikannya untuk dikirim ke walikota Wang. Dia mengatakan bahwa dia menulis surat itu dan mengirimkannya, tetapi dia tidak melanggar hukum ketika dia melakukannya. Ketika dia meminta polisi untuk membacanya keras-keras, mereka menghentikan interogasi dan membebaskan Li dan putrinya.
Putri Terancam, Keluarga Terdampak
Putri Li berada di bawah tekanan yang luar biasa sejak penangkapannya pada Februari 2023. Polisi, majikannya, dan komite jalanan setempat, semuanya memerintahkan dia untuk mengawasi ibunya dan tidak membiarkannya keluar dari pintu. Polisi juga memerintahkan dia untuk siaga dan siap menemani ibunya ke kantor polisi untuk diinterogasi. Lebih buruk lagi, majikannya mengancam akan memecatnya jika dia tidak melakukan pekerjaan dengan baik dalam mengawasi ibunya.
Sebagai ibu yang bekerja penuh waktu, putri Li harus mengantar dan menjemput anaknya setiap hari. Polisi bahkan mengganggu tutor sepulang sekolah anak tersebut dan memerintahkannya untuk melaporkan aktivitas mencurigakan yang dia lihat dilakukan oleh keluarga anak tersebut.
Putri Li menyerah di bawah tekanan yang luar biasa ketika polisi datang untuk menangkap ibunya pada tanggal 27 Maret. Dia memukuli ibunya ketika polisi mendobrak rumahnya hari itu. Li tidak menyalahkannya karena dia tahu betapa putrinya menderita karena penganiayaan.
Ketika Li pertama kali ditangkap pada tanggal 22 Februari, polisi juga menggerebek rumah mertua putrinya.
Selama 24 tahun penganiayaan, banyak anggota keluarga lain dan teman-teman Li juga terdampak. Suaminya hidup dalam ketakutan dan meninggal bertahun-tahun yang lalu. Ibunya yang berusia 93 tahun masih gemetar saat melihat polisi.
Penganiayaan Keuangan
Mantan Pegawai Bank dengan Semena-mena Diberhentikan dan Dilarang Mengajukan Pensiun
Karena seorang warga Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang menolak untuk melepaskan Falun Gong, dia diberhentikan oleh majikannya dan dilarang mengajukan tunjangan pensiun meskipun dia telah mencapai usia pensiun.
Tian Haitao pernah bekerja sebagai teknisi TI di Bank Pertanian Kota Fujin. Dia bekerja sangat keras dan dianugerahi karyawan bintang tingkat provinsi dan tingkat kota selama beberapa tahun berturut-turut. Setelah rezim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, bank tersebut bekerja sama dengan Kantor 610 setempat untuk menganiayanya. Sejak tahun 2000, dia tidak diizinkan melapor untuk bekerja atau mengeluarkan gaji apa pun. Tidak ada pemberitahuan penghentian formal yang pernah dikeluarkan.
Ketika Tian mencapai usia pensiun pada Mei 2023, dia menghubungi bank lagi untuk mengajukan permohonan pensiunnya. Tetapi, bank menolak untuk menerimanya dan Zhang Ruifeng, presiden bank saat ini, berkata kepadanya, “Anda telah dipecat pada tahun 2000 karena tidak masuk kerja. Anda dapat mengajukan keluhan terhadap kami di komite disiplin.”
Tian mengatakan bahwa dia tidak pernah menerima pemberitahuan apa pun pada tahun 2000 tentang pemutusan hubungan kerja. Ketika dia menjalani hukuman kamp kerja paksa pada tahun 2001 karena berlatih Falun Gong, bank masih membayar gajinya. Dia mengatakan kepada Zhang bahwa pemutusan hubungan kerja secara lisan tidak dapat ditegakkan secara hukum. Zhang menjawab, “Jangan ragu untuk mengajukan gugatan terhadap kami.”
Tian menulis surat ke bank. Dia menunjukkan bahwa keyakinan spiritualnya tidak dapat digunakan sebagai alasan oleh bank untuk memecat dia dari pekerjaan. Dia mengatakan bahwa siapa pun yang terlibat dalam pengambilan keputusan telah menyalahgunakan kekuasaannya dan melanggar hak asasi manusia yang mendasar.
Tian mengutip Pasal 44 Konstitusi yang menyatakan bahwa “Negara menerapkan sistem pensiun bagi karyawan perusahaan, lembaga, dan organ negara sesuai dengan undang-undang. Penghidupan pensiunan harus dijamin oleh negara dan masyarakat.”
Selain itu, Pasal 73 UU Ketenagakerjaan juga mengatur bahwa “Syarat dan standar bagi buruh untuk menikmati tunjangan asuransi sosial hanya dapat diatur oleh peraturan perundang-undangan, sedangkan dinas pemerintah daerah tidak berhak menentukan syarat dan standar tunjangan asuransi sosial yang dapat dinikmati pensiunan.”
Selain penganiayaan keuangan, Tian juga telah ditangkap beberapa kali dan menjadi sasaran penyiksaan brutal dalam tahanan selama 24 tahun terakhir.
Laporan terkait:
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org