(Minghui.org) Sebanyak 937 insiden penangkapan atau pelecehan praktisi Falun Gong karena keyakinan mereka dilaporkan pada Juli dan Agustus 2025.
Ke-937 kasus tersebut mencakup 468 penangkapan dan 469 kasus pelecehan. Di antaranya, 319 praktisi digeledah rumahnya dan 12 orang ditahan di pusat pencucian otak. Beberapa penganiayaan terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Keterlambatan pelaporan disebabkan oleh penyensoran informasi di Tiongkok di bawah rezim komunis, yang menyulitkan koresponden Minghui untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan melaporkan data secara tepat waktu.
Setidaknya terdapat 159 praktisi berusia 60 tahun atau lebih pada saat mereka ditangkap atau dilecehkan, termasuk 43 praktisi berusia 60-an, 61 praktisi berusia 70-an, 53 praktisi berusia 80-an, dan dua praktisi berusia 90-an. Yang tertua adalah seorang pria berusia 92 tahun di Kota Jixi, Provinsi Heilongjiang, yang dilecehkan bersama istrinya yang berusia 86 tahun.
Sebanyak 937 praktisi berasal dari 27 provinsi, daerah otonom, atau kotamadya yang dikontrol pusat. Hebei melaporkan kasus gabungan terbanyak, yaitu 170 kasus, diikuti oleh 139 kasus di Heilongjiang dan 120 kasus di Shandong. Lima belas wilayah memiliki dua digit kasus, antara 10 dan 75. Sembilan wilayah lainnya memiliki satu digit kasus, antara 1 dan 7.
Penangkapan dan Pelecehan Menjelang Parade Militer PKT
Menjelang parade militer besar-besaran Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada 3 September 2025, praktisi Falun Gong di seluruh Tiongkok menghadapi penangkapan dan pelecehan yang semakin intensif. PKT secara rutin menargetkan praktisi Falun Gong menjelang acara besar atau peringatan untuk mencegah mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan yang telah berlangsung selama 26 tahun terakhir.
Di Beijing, Deng (nama depan tidak diketahui), 85 tahun, mendapati dirinya diikuti oleh dua petugas keamanan setiap kali keluar pada akhir Agustus 2025. Ia berkata kepada mereka, "Rezim komunis punya senjata, meriam, dan tentara. Kenapa kalian takut pada perempuan berusia 85 tahun seperti saya?" Para petugas itu diam.
Praktisi lain di Beijing juga melaporkan telah dilecehkan di rumah dan direkam oleh polisi. Beberapa staf komite perumahan memperingatkan para praktisi untuk tidak membaca berita daring tanpa sensor.
Mulai 26 Agustus 2025, polisi dan/atau staf perumahan di Shanghai mulai memantau praktisi tertentu sepanjang waktu. Mereka mengatakan pengawasan akan berlangsung selama sembilan hari hingga parade militer berakhir pada 3 September. Polisi bahkan menjadi sangat gelisah ketika anggota keluarga praktisi ini keluar rumah.
Di Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, Li Huihui dan neneknya, Qiu Zhiyun, 82 tahun, ditangkap pada 6 Agustus 2026. Polisi menggeledah rumah mereka dan menyita sejumlah barang pribadi. Li mengatakan kepada polisi bahwa Ia bukan musuh mereka. Polisi menjawab, "Kalian adalah musuh."
Selain itu, sembilan praktisi di Kabupaten Bin, Provinsi Heilongjiang, ditahan, ditangkap, atau dilecehkan pada 18 Agustus 2025. Sementara itu, antara 30 hingga 40 praktisi di Kota Dehui, Provinsi Jilin, ditangkap atau dilecehkan pada 28 Agustus 2025.
Kekerasan Polisi Selama Penangkapan
Ma Yongxiao, seorang warga berusia 42 tahun di Kota Handan, Provinsi Hebei, merasa agak tidak enak badan pada 19 Februari 2025 dan pergi tidur lebih awal. Ia telah tertidur lelap pukul 23.00 saat merasakan seseorang menarik lengannya dengan sangat keras. Masih dalam pemulihan dari cedera lengan kirinya, Ia menjerit kesakitan. Ternyata lebih dari 20 petugas baru saja masuk. Mereka mendorongnya ke tanah, memborgolnya, dan menghujaninya dengan pukulan dan tendangan hingga Ia lemas dan tak bergerak lagi.
Polisi kembali memukuli Ma setelah menggeledah rumahnya dan memasukkannya ke dalam mobil patroli. Saat itu Ia sudah pingsan. Ketika sadar, Ia mendapati dirinya berada di dalam lift dengan wajah tertutup. Polisi kembali memukulinya.
Salah satu dari mereka kemudian berkata, "Ayo kita berhenti. Kita sudah memukulinya terlalu keras."
Yang lain menjawab, "Yah, atasan yang memerintahkan kita untuk melakukannya!"
Lift kemudian berhenti. Polisi terus memukuli Ma dan menyeretnya keluar. Kemudian Ia pingsan lagi.
Setelah sadar, Ia mendapati dirinya berada di ruang penyiksaan dengan tangan dan kaki diborgol. Udara dingin, tetapi Ia masih mengenakan piyama tipis tanpa sepatu. Ia kebingungan dan kehilangan koordinasi anggota tubuhnya. Ia mulai bicara tak jelas dan menunjukkan gejala kejang.
Ia mendengar seorang petugas berkomentar, "Mungkin kita salah menangkap orang." Petugas lain menjawab, "Kita tidak bisa membebaskannya meskipun dia salah orang."
Ketika polisi membawa Ma ke rumah sakit polisi, dokter mengatakan bahwa Ia beruntung masih hidup setelah pemukulan brutal tersebut.
Tanpa memberikan kesempatan untuk menerima perawatan lebih lanjut, polisi membawa Ma ke pusat penahanan. Para penjaga memborgolnya begitu erat hingga borgolnya melukai dagingnya. Luka-lukanya bernanah dan mengeluarkan darah serta nanah. Ia dibebaskan dengan jaminan sekitar tanggal 2 Mei 2025.
Ibu Tiga Anak Kecil Ditangkap Karena Keyakinannya, Menjalani Pemeriksaan Fisik dengan Kekerasan
Jin Yu, wanita dari Kabupaten Cang, Provinsi Hebei, ditangkap pada 13 Mei 2025 karena mengirimkan surat pengaduan terhadap polisi yang menganiayanya di masa lalu karena keyakinannya pada Falun Gong. Polisi menjambak rambutnya dan menyeretnya ke dalam mobil patroli.
Pada pukul 8 pagi tanggal 14 Mei 2025, ibu mertua Jin membawa ketiga anaknya ke Divisi Keamanan Dalam Negeri Kabupaten Cang untuk memohon pembebasannya. Kapten Zhao Junfeng menahan Jin selama sekitar empat jam sebelum melepaskannya.
Sementara itu, Jin dibawa untuk pemeriksaan fisik. Tujuh petugas polisi menahannya untuk menjalani elektrokardiogram, rontgen dada, dan pengambilan darah. Para penjaga pusat penahanan menolak menerima Jin setelah melihat hasilnya. Kapten Zhao, yang memukul kepala dan punggung Jin saat pemeriksaan, mengatakan bahwa Ia telah mendapat izin dari Komite Urusan Politik dan Hukum setempat dan direktur pusat penahanan, Ma, untuk menahannya.
Saat Jin tetap dalam tahanan, ketiga anaknya yang masih kecil menangis memanggilnya setiap hari.
Pria Hebei Dipukuli Setelah Penangkapan dan Giginya Lepas
Xi Zhaojun, seorang guru SMP di Kota Zhangjiakou, Provinsi Hebei, ditangkap pada 8 Juli 2025, saat dalam perjalanan ke Kabupaten Shangdu, Mongolia Dalam. Pertama Ia ditahan di sel tahanan di Shangdu, kemudian dipindahkan ke pusat penahanan di Kota Ulanqab pada 24 Juli.
Dalam perjalanan ke sana, tiga petugas terus menampar wajah Xi. Wajahnya bengkak dan berdarah. Mereka juga memasukkan gesper sabuk pengaman ke mulutnya untuk mencungkil giginya. Ketika ia mencoba menghindar, mereka menusuk matanya dengan gesper dan mengancam akan memasukkannya ke rumah sakit jiwa.
Ketika pengacara Xi mengunjunginya delapan hari kemudian, wajahnya masih bengkak dan mulutnya terus berdarah. Beberapa giginya tanggal dan Ia juga menderita sariawan.
Ditahan Meski Kondisi Medis Buruk
Kanker Paru Stadium Akhir Hilang dalam Delapan Hari Setelah Berlatih Falun Gong, Pensiunan Polisi Ditahan Selama 15 Hari Karena Keyakinannya
Li Zhongxiao, pensiunan polisi berusia 74 tahun di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, pulih dari kanker paru stadium akhir delapan hari setelah Ia mulai berlatih Falun Gong pada tahun 2006, akan tetapi Ia ditahan selama 15 hari pada bulan Agustus 2025 karena tetap teguh pada keyakinannya.
Li Zhongxiao
Tujuh petugas berpakaian preman mendobrak rumah Li di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning pada 14 Agustus 2025. Mereka menginterogasinya sepanjang hari tanpa memberinya makanan.
Sekitar pukul 16.00, lima petugas kembali ke rumah Li untuk melakukan penggerebekan, saat tidak ada seorang pun di rumah. Mereka menyita komputer desktop, printer, buku-buku Falun Gong, materi informasi, ponsel, kunci, uang tunai 2.500 yuan, dan beberapa barang pribadi lainnya. Ia tidak diberikan daftar barang sitaan tersebut.
Li dibawa ke Rumah Sakit Weikang sekitar pukul 01.50 dini hari tanggal 15 Agustus untuk pemeriksaan fisik. Baru setelah itu polisi memberinya roti. Hasil pemeriksaan menunjukkan hasil elektrokardiogramnya abnormal dan tekanan darahnya sangat tinggi (tekanan sistolik 160 mmHg, dimana tekanan darah normalnya 120 mmHg atau lebih rendah).
Mengingat kondisi medis Li, polisi tidak langsung membawanya ke pusat penahanan, melainkan membawanya ke Rumah Sakit Pusat yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Shenyang pada sore harinya untuk pemeriksaan lanjutan. Hasil pemeriksaan belum diketahui, tetapi Li ditempatkan di Pusat Penahanan Distrik Tiexi dan ditahan di sana hingga 30 Agustus.
Setelah penangkapan Li, keluarganya mendatangi Kantor Polisi Desa Gongren untuk menuntut agar polisi memberikan dokumen hukum yang sah terkait penangkapan dan penahanannya. Polisi tidak mengizinkan keluarga untuk bertanya apa pun dan menolak mengeluarkan surat pemberitahuan apa pun. Ketika keluarga kembali ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut, para petugas sedang "keluar kota" atau "berlibur".
Li didiagnosis menderita kanker paru stadium lanjut pada April 2006, dan dokter mengatakan Ia hanya punya waktu dua atau tiga bulan lagi. Mengetahui bagaimana seorang anggota keluarga pulih dari penyakit yang telah dideritanya selama puluhan tahun setelah berlatih Falun Gong, Ia pun mulai mempelajari latihan tersebut. Ia merasa semakin hari semakin baik dan pulih sepenuhnya hanya dalam delapan hari.
Polisi dan Dokter Memalsukan Laporan Pemeriksaan Fisik Seorang Wanita untuk Menahannya
Zhang Shuying, 67 tahun, yang juga berasal dari Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, diikuti oleh seorang pria bersepeda saat Ia keluar rumah pada pagi hari tanggal 25 April 2025. Ketika Ia bertanya mengapa pria tersebut mengikutinya, pria tersebut mengaku sebagai polisi dan menangkapnya.
Setelah menginterogasi Zhang pada sore hari, polisi membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik pada sore harinya. Ia dinyatakan memiliki tekanan darah tinggi (tekanan sistolik 179 mmHg; tekanan darah normal 120 mmHg atau lebih rendah) dan hasil elektrokardiogram abnormal.
Setelah petugas Pusat Penahanan Pertama Kota Shenyang menolak menahan Zhang, polisi membawanya ke rumah sakit lain, di mana tekanan sistoliknya bahkan naik hingga 200 mmHg. Polisi mengulangi pengukuran beberapa saat kemudian dan hasilnya 197 mmHg. Untuk menahannya, polisi meminta seorang dokter untuk menuliskan 179 mmHg di rekam medis, dan dokter tersebut menurutinya.
Polisi kemudian membawa Zhang kembali ke pusat penahanan dan berbicara dengan dokter yang bertugas di sana secara pribadi. Ketika dokter tersebut masuk ke ruangan, Ia berkata kepada Zhang, "Jangan khawatir. Saya sudah bilang, Anda akan dibebaskan dalam beberapa hari."
Petugas lain menimpali, "Benar! Anda akan dibebaskan dalam lima hari. Saya akan menjemput Anda tanggal 30."
Dokter kemudian mengukur tekanan darah Zhang lagi dan Ia "memberi selamat" atas hasil tekanan darahnya yang lebih rendah, yaitu 140 mmHg. Dengan demikian, Zhang pun diterima.
Polisi membawa Zhang ke rumah sakit pada 28 April untuk pemeriksaan fisik ulang. Kali ini, tekanan sistoliknya 170 mmHg. Dokter yang melakukan elektrokardiogram tampaknya tidak puas dengan dua gambar pertama yang diambilnya. Ia meminta Zhang untuk menahan napas, lalu mengambil gambar ketiga, yang dianggapnya sudah cukup dan diserahkan kepada polisi. Zhang ditahan selama dua hari lagi dan dibebaskan pada 30 April.
Pengawasan Ketat
Warga Shanghai Diawasi Ketat Selama Tiga Hari
Setelah Li Hong, seorang warga Shanghai, dibebaskan pada 8 September 2023 setelah menjalani hukuman satu tahun penjara karena keyakinannya pada Falun Gong, Ia berada di bawah pengawasan ketat polisi setempat.
Antara 20 dan 22 Juli 2025, dua orang mengawasi dan mengikutinya ke mana pun Ia pergi. Mereka memotretnya dan melaporkan aktivitasnya kepada seseorang. Ia mencoba membujuk mereka untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan. Mereka mengatakan bahwa mereka mendapatkan 300 yuan sehari untuk melakukan pekerjaan itu.
Rekaman Mengemudi Pasangan Liaoning Dilacak Polisi
Sepasang suami istri di Kabupaten Qingyuan, Provinsi Liaoning, ditangkap di rumah sekitar pukul 22.00 pada tanggal 21 Juli 2025. Polisi menggerebek rumah mereka dan membawa Chen Guicun ke Pusat Penahanan Dashagou dan istrinya, Chen Ji’e, ke Pusat Penahanan Nangou.
Saat polisi menggeledah rumah mereka, mereka tahu persis tata letak rumah mereka dan langsung menuju loteng menggunakan tangga untuk mengambil buku-buku Falun Gong. Rekaman mengemudi pasangan itu juga dilacak oleh polisi. Pasangan itu curiga bahwa polisi telah memantau panggilan telepon mereka dan merekamnya dengan kamera pengawas.
Penangkapan Sewenang-wenang
Polisi Liaoning Menutupi Plat Nomor Mobil dengan Masker
Polisi di Kota Panjin, Provinsi Liaoning, menangkap beberapa praktisi Falun Gong setempat pada 3 Juni 2025. Untuk menutupi identitas mereka, mereka bahkan menutupi plat nomor mobil patroli dengan masker.
Ketika polisi mendatangi rumah Wang Jianquan untuk menangkapnya, ia tidak ada di rumah. Mereka menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku serta materi informasi Falun Gong. Mereka melacak lokasinya melalui ponsel dan menangkapnya di tempat kerjanya. Ia ditahan selama lima hari.
Wanita Tertabrak Mobil; Polisi Menahannya, Bukan Pengemudinya
Yuan Chunni, wanita dari Kota Macheng, Provinsi Hubei, ditabrak mobil pada pertengahan Juli 2025. Pengemudi muda tersebut, seorang pengantar makanan, memohon padanya untuk tidak melaporkan kecelakaan tersebut. Yuan menghibur pengemudi tersebut dan mengatakan bahwa Ia berlatih Falun Gong dan tidak akan menuntut ganti rugi darinya. Namun, percakapan mereka dan tindakannya memberikan brosur Falun Gong kepada pemuda tersebut terekam oleh kamera pengawas. Bukannya menyelidiki kecelakaan tersebut, polisi justru menangkap Yuan dan menahannya selama seminggu.
Wanita 89 Tahun Ditangkap Saat Berbelanja Bahan Makanan
Wang Suqing, seorang wanita berusia 89 tahun asal Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, ditangkap pada 31 Juli 2025 saat sedang berbelanja bahan makanan di pasar petani. Petugas awalnya membawanya ke kantor polisi, kemudian membawanya pulang dan menggerebek rumahnya. Lebih dari 50 buku Falun Gong, komputer, 3 pencetak DVD, 6 printer, dan uang tunai 10.000 yuan disita. Ia dibebaskan tak lama kemudian.
Dua Warga Chongqing Ditangkap Saat Mengunjungi Pasien
Dua warga Chongqing, Yang Dingchan, berusia 60-an, dan Li Chunyuan, 77 tahun, pergi bersama ke Rumah Sakit Pengobatan Tiongkok Distrik Changshou pada 21 Juli 2025 untuk mengunjungi tetangga mereka, Chen Xiaoli, berusia 60-an, yang baru-baru ini menderita stroke. Tak lama setelah mereka tiba di rumah sakit, polisi datang dan menangkap mereka.
Suami Chen mendesak polisi untuk membebaskan kedua pria tersebut. Namun, polisi justru berusaha memaksa putra Chen untuk membocorkan informasi yang merugikan mereka.
Polisi menggerebek rumah Yang dan Li pada malam hari dan membawa mereka ke pusat penahanan setempat.
Wanita Hebei Ditangkap Setelah 13 Tahun Mengungsi
Wang Zhixin, 43 tahun, dari Kota Tangshan, Provinsi Hebei, ditangkap pada 16 Juli 2025, setelah 13 tahun melarikan diri dari polisi. Ia kini ditahan di Pusat Penahanan Pertama Kota Tangshan dan penangkapannya disetujui pada 1 Agustus.
Cobaan berat yang dialami Wang dimulai pada 12 Mei 2010, ketika polisi mencurigainya mengunggah pedoman internal rezim komunis tentang penganiayaan secara daring. Ia ditahan selama delapan bulan dan dibebaskan pada 27 Januari 2011. Polisi kemudian melimpahkan kasusnya ke kejaksaan. Untuk menghindari hukuman penjara, Ia tinggal jauh dari rumah dan dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang (DPO).
Karena tidak dapat menemukannya, polisi sering kali mengganggu keluarga dan teman-temannya. Mereka juga memasang daftar pencarian orang di desa dan menyiarkan akan memberikan hadiah bagi siapa pun yang melaporkan keberadaannya melalui pengeras suara desa.
Keluarga yang Terdampak
Setelah Zhao Caixia ditangkap pada tanggal 25 April 2025, suami dan putrinya, yang keduanya cacat dan bergantung padanya untuk perawatan, berjuang untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Zhao, 73 tahun, dari Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, didatangi polisi dan barang bawaannya digeledah saat Ia dan saudara perempuannya, Zhao Caihong, sedang menunggu kereta di Stasiun Pelatihan Kota Harbin pada tanggal 25 April. Setelah menemukan uang kertas berisi informasi tentang Falun Gong, polisi menangkap kedua saudari tersebut dan membawa mereka ke kantor polisi. Polisi juga menggerebek rumah mereka dan menyita buku-buku Falun Gong, materi informasi, dan foto pendiri Falun Gong.
Zhao Caihong dibebaskan setelah 15 hari. Zhao Caixia ditahan di pusat penahanan setempat; Ia kini menghadapi dakwaan setelah polisi menyerahkan kasusnya ke Kejaksaan Transportasi Kereta Api Harbin pada 28 Juli.
Suami Zhao menderita herniasi diskus lumbal, asam urat, dan infeksi parasit otak; Ia terbaring di tempat tidur hampir sepanjang waktu dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Putri mereka memiliki gangguan mental dan membutuhkan pengawasan terus-menerus. Dengan penahanan Zhao, mereka kini berada dalam situasi yang sangat sulit.
Seorang Ibu dan Anak Perempuannya Ditangkap Saat Liburan
Selama 26 tahun terakhir, Lin Jinli, 48 tahun, dari Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, telah berulang kali menjadi sasaran karena keyakinannya pada Falun Gong. Ia ditangkap pada tahun 2019 saat mengantar putrinya yang berusia 15 tahun ke sekolah dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Selama masa penahanannya, suaminya berjuang untuk tetap bekerja penuh waktu dan mengasuh putri mereka. Gadis itu sering menangis merindukan ibunya.
Lin membawa putrinya ke Kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu, untuk berlibur pada Agustus 2025. Karena membawa ponsel yang digunakan untuk mengirim pesan teks tentang Falun Gong, polisi Yangzhou melacak dan menangkapnya di Yangzhou pada 10 Agustus. Mereka juga pergi ke Harbin untuk menggeledah rumah Lin. Putrinya dibebaskan setelah empat hari. Ia tetap ditahan di Yangzhou dan menjalani cuci otak.
Penganiayaan Berulang
Disiksa Hingga Buta Selama 4,5 Tahun Penjara, Pria Hubei Ditahan di Panti Jompo Setelah Dibebaskan
Setelah Shan Furong selesai menjalani hukuman penjara sewenang-wenang selama 4,5 tahun pada tanggal 5 Juli 2025, pihak berwenang setempat langsung membawanya ke pusat perawatan lansia dan tidak mengizinkannya pulang, bahkan setelah Ia menjadi buta total akibat penyiksaan dalam tahanan.
Shan, berusia sekitar 60 tahun dan berasal dari Kota Laohekou, Provinsi Hubei, ditangkap pada 5 Januari 2021 saat membagikan materi informasi tentang Falun Gong. Keluarganya tidak diberi tahu tentang status kasusnya. Mereka baru mengetahui hukuman penjara rahasianya pada Juli 2023. Mereka juga sangat terpukul ketika mengetahui bahwa kedua matanya telah buta setelah disiksa di penjara.
Pada tanggal 5 Juli 2025, hari pembebasan Shan yang dijadwalkan, Komite Urusan Politik dan Hukum setempat, sebuah badan di luar kerangka hukum yang bertugas menganiaya Falun Gong, membawanya ke Pusat Lansia Sujiahe. Mereka membatasi kebebasannya dan tidak mengizinkannya pulang. Keluarganya telah berulang kali menuntut agar diizinkan membawanya pulang, tetapi tidak berhasil.
Wanita Berusia 79 Tahun Menghadapi Penuntutan Setelah Penangkapan ke-11 karena Berlatih Falun Gong
Guo Danxia, seorang pensiunan akuntan berusia 79 tahun dari Perusahaan Minyak Kota Yueyang di Provinsi Hunan, ditangkap pada 15 Mei 2025 oleh lebih dari sepuluh petugas. Ini adalah penangkapannya yang ke-11 karena berlatih Falun Gong.
Polisi menggerebek rumah Guo tanpa surat perintah penggeledahan dan menyita buku-buku Falun Gong serta pemutar MP3 yang digunakannya untuk memutar musik latihan Falun Gong. Mereka mengklaim bahwa kamera pengawas merekamnya sedang membagikan materi informasi Falun Gong di dekat Kota Linxiang, sehari sebelumnya.
Karena tekanan darah tinggi yang diderita Guo, Ia tidak diizinkan masuk ketika polisi membawanya ke pusat penahanan pada sore harinya. Ia ditahan di kantor polisi semalaman dan dibawa ke rumah sakit keesokan harinya, tempat ia ditahan sejak saat itu.
Seorang jaksa dari Kejaksaan Kota Linxiang menginterogasi Guo dari tahanan di rumah sakit pada 10 Juni. Ia menolak menjawab pertanyaan apa pun. Jaksa menyetujui penangkapannya segera setelah itu dan menuduhnya mendistribusikan lebih dari sepuluh buklet Falun Gong yang berbeda, meskipun polisi tidak dapat memberikan rekaman saat Ia mendistribusikan materi tersebut.
Penangkapan terakhir Guo didahului dengan hukuman penjara tiga tahun dua bulan antara 18 Maret 2020 dan 17 Mei 2023. Sebelum menjalani hukuman penjara, Ia dikirim ke rumah sakit jiwa pada Juni 2020 dan dipaksa mengonsumsi obat-obatan psikiatris meskipun Ia tidak memiliki gangguan jiwa. Ia mengalami sesak napas dan insomnia, serta sering mengigau akibat obat-obatan tersebut.
Setelah menjalani hukuman 21 tahun penjara karena meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan terhadap keyakinannya pada Falun Gong, Zhang Rongjuan, penduduk Kabupaten Zhenyuan, Provinsi Gansu, menghadapi pelecehan tanpa henti, bahkan setelah Ia pindah ke Beijing.
Zhang dibebaskan pada 24 Agustus 2022, setelah hukuman penjara yang awalnya 20 tahun diperpanjang satu tahun. Ia mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran, tetapi polisi sering mengganggunya dan memaksanya menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong.
Setelah Tahun Baru Imlek 2023, Zhang pergi ke Beijing untuk mencari pekerjaan. Namun, polisi mengikutinya ke sana dan terus mengganggunya.
Selama sidang pleno tahunan Kongres Rakyat Nasional dan Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok yang diadakan di Beijing pada Maret 2025, polisi Zhenyuan datang ke Beijing dan menuntut untuk bertemu dengan Zhang. Ketika Ia menolak, mereka bekerja sama dengan polisi Beijing untuk mengganggunya.
Pada bulan Mei 2025, petugas dari Kantor Polisi Beijie di Distrik Dongcheng, Beijing, mendatangi rumah majikan Zhang, tempat Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, dan memerintahkannya untuk segera berhenti bekerja. Mereka juga memperingatkan putri dan menantu Zhang untuk berhenti memberikan tempat tinggal untuknya. Jika tidak, petugas akan menggeledah rumah majikan Zhang, seorang pria berusia 90 tahun, dan mencabut dana pensiunnya.
Zhang kehilangan pekerjaannya dan tidak punya tempat tinggal.
Laporan Terkait:
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 1999-2025 Minghui.org