(Minghui.org) Situs web Minghui.org melaporkan sebanyak 2.003 kasus praktisi Falun Gong ditangkap atau diganggu karena keyakinan mereka pada paruh pertama tahun 2025.
Karena sensor ketat informasi oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang sering menghambat koresponden Minghui dalam mengumpulkan serta melaporkan penganiayaan secara tepat waktu, sebagian dari insiden yang dilaporkan sebenarnya terjadi sebelum tahun 2025.
Rincian dari 2.003 kasus ini adalah 948 kasus penangkapan dan 1.055 kasus gangguan. Di antaranya, 446 praktisi rumahnya digeledah, 20 orang dibawa ke pusat pencucian otak, 17 orang terpaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut, dan setidaknya 20 praktisi uang pensiun mereka ditangguhkan.
Selain jumlah orang yang ditangkap dan diganggu, 76 praktisi Falun Gong meninggal dan sebanyak 430 kasus hukuman juga dikonfirmasi pada paruh pertama tahun 2025.
Setelah 26 tahun melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong, PKT tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah akan penindasan terhadap warga negara yang taat hukum ini. Setiap aspek dalam hak menjalani hidup normal bagi praktisi Falun Gong telah terdampak, dari mencari pekerjaan, dihadapkan pada kebencian dari anggota keluarga sendiri yang telah tertipu propaganda PKT, hingga menghadapi resiko diambil organ tubuhnya saat dalam tahanan.
I. Ringkasan Penganiayaan
A. Kasus Penganiayaan di Seluruh Negeri
Tiongkok memiliki 22 provinsi, 4 kota administratif yang dikendalikan secara langsung oleh pemerintah pusat (Beijing, Tianjin, Shanghai, dan Chongqing), serta 5 wilayah otonom (Guangxi, Mongolia Dalam, Tibet, Xinjiang, dan Ningxia). Kecuali Tibet, Xinjiang, Qinghai, dan Guangxi, semua wilayah administratif lainnya melaporkan penangkapan dan tindakan gangguan terhadap praktisi Falun Gong.
Khususnya Provinsi Hebei, yang mengelilingi Beijing, melaporkan jumlah kasus terbanyak yakni 353 kasus, hampir lima kali lipat dari rata-rata nasional sebesar 74. Penganiayaan di Shandong, Jilin, dan Liaoning juga sangat parah, dengan masing-masing melaporkan 245, 218, dan 211 kasus. Tiga wilayah lain mencatat kasus tiga digit. Enam belas wilayah lainnya mencatat kasus dua digit, dan empat wilayah sisanya mencatat kasus satu digit.
Penangkapan Massal di Provinsi Liaoning dan Heilongjiang
Menindaklanjuti perintah dari Biro Keamanan Publik Provinsi Liaoning, polisi di Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning, menangkap setidaknya 36 praktisi Falun Gong di Jinzhou dan kabupaten-kabupaten di bawahnya pada tanggal 2 dan 3 Juni 2025. Polisi menggunakan berbagai metode pengawasan, seperti memasang perangkat pelacak lokasi di mobil pribadi dan sepeda listrik para praktisi, serta mengawasi aktivitas harian mereka sebelum melakukan penangkapan. Sebagian besar praktisi ditangkap di rumah mereka. Yang tertua berusia 88 tahun pada saat penangkapan.
Pada tanggal 10 Mei 2025, dilaporkan terjadi razia polisi di Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang, di mana lebih dari 20 praktisi ditangkap. Semua rumah praktisi digeledah, dan buku-buku Falun Gong mereka disita. Polisi juga menyita barang-barang berharga lainnya, termasuk pakaian desainer dan barang antik. Sebagian besar praktisi diinterogasi, difoto, dan sidik jari mereka diambil tanpa persetujuan mereka. Setelah pemeriksaan fisik, mereka yang dianggap tidak layak ditahan dibebaskan dengan jaminan dan diawasi ketat, sementara sisanya dibawa ke pusat penahanan setempat.
Para praktisi yang menjadi sasaran penangkapan massal menyadari bahwa polisi telah memantau mereka dalam waktu yang lama sebelum penangkapan massal tersebut. Polisi mampu memberikan rincian tentang aktivitas harian para praktisi, termasuk warna pakaian yang mereka kenakan pada hari tertentu, serta tempat-tempat yang mereka kunjungi dan waktu kunjungannya. Tidak ada petugas yang menunjukkan surat perintah penggeledahan atau mengungkapkan identitas mereka selama penangkapan. Beberapa di antaranya menggunakan nama palsu.
B. Sebanyak 397 Praktisi yang Berusia Lebih dari 60 Tahun Menjadi Target
Di antara 2.003 praktisi yang menjadi sasaran, 397 orang di antaranya berusia 60 tahun atau lebih, termasuk 111 orang berusia 60-an, 186 orang berusia 70-an, 95 orang berusia 80-an, dan 5 orang berusia 90-an.
Qu Xueying [wanita], berusia hampir 70 tahun, dari Kabupaten Bin, Provinsi Heilongjiang, telah diganggu setidaknya delapan kali sejak Agustus 2024. Petugas berusaha memaksanya menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong, dengan janji akan menyetujui permohonan subsidi pendapatan rendah jika dia mau bekerja sama. Pada akhir Maret 2025, polisi kembali datang dan memerintahkan suami Qu, yang telah lumpuh selama bertahun-tahun, untuk menandatangani dokumen tertentu. Dia menolak dan meninggal keesokan harinya.
Zhou Shumin [wanita], seorang petani berusia 84 tahun di Kota Rongcheng, Provinsi Shandong, ditangkap pada 18 Januari 2025 saat sedang berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di sebuah pameran setempat. Polisi menemukan alamat rumahnya dari basis data praktisi Falun Gong yang mereka miliki. Empat petugas polisi menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku Falun Gong, materi informasi, pemutar musik, DVD, dan barang-barang berharga lainnya. Mereka juga memaksa anak-anaknya untuk menandatangani beberapa dokumen atas namanya dengan ancaman pekerjaan mereka akan terkena dampak bila tidak bekerja sama. Ini adalah kali ke-12 Zhou ditangkap sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong.
Jia Xiufang [wanita], sekitar 70 tahun dan berasal dari Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi, ditangkap di rumahnya pada awal Februari 2025, setelah polisi mencurigainya memasang brosur Falun Gong. Polisi menerobos masuk ke rumah Jia dan menyita buku-buku Falun Gong miliknya. Sebelum pergi, mereka memperingatkannya agar tidak keluar lagi untuk memasang materi informasi Falun Gong, bia tidak, mereka akan mematahkan kakinya dan memukulinya hingga mati.
Meskipun Liao An’an [wanita] terus mengalami masalah kesehatan, polisi terus mengganggu warga Kota Baiyin, Provinsi Gansu, yang berusia 89 tahun ini, dan berusaha menahannya untuk menjalani hukuman penjara selama enam tahun sembilan bulan. Selama intimidasi terbaru pada 6 Maret 2025, ketika Liao mencoba menjelaskan bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun dengan menjalankan keyakinannya, seorang petugas berkata kepadanya, “Apakah Anda tidak tahu bahwa Anda adalah seorang tahanan kriminal? Beraninya Anda masih bersikap seperti itu! Saya bisa memasukkan Anda ke penjara hanya karena itu.” Liao kini berada di bawah tekanan yang luar biasa dan hidup dalam ketakutan.
C. Penangkapan dan Gangguan Sepanjang Tahun, Terutama Sekitar Hari-Hari Sensitif Politik
Partai Komunis Tiongkok (PKT) dikenal memperketat intimidasi terhadap praktisi Falun Gong menjelang pertemuan politik besar atau peringatan yang berkaitan dengan Falun Gong, sebagai cara untuk mengancam mereka agar tidak memanfaatkan peristiwa tersebut sebagai kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan. Tahun Baru Imlek 2025 dan pertemuan politik tahunan PKT pada bulan Maret tidak menjadi pengecualian.
1) Gangguan di Sekitar Tahun Baru Imlek
Yuan Hongying [wanita] dan keluarganya, yang tinggal di Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang, pergi ke Kota Harbin di provinsi yang sama selama liburan Tahun Baru Imlek (29 Januari). Saat mereka menunggu kereta pulang di Harbin pada 5 Februari 2025, polisi menggeledah koper Yuan, menginterogasinya dan putrinya, serta menggeledah rumah masing-masing di Qiqihar.
Di Chongqing, Li Yunhui [wanita] mendapati dirinya diikuti pada tanggal 15 Januari 2025 saat dia berbelanja bahan makanan untuk perayaan Tahun Baru Imlek yang akan datang. Orang yang sama kembali mengikutinya selama dua hari berikutnya saat ia mengunjungi keluarganya. Salah satu orang yang mengikutinya mengatakan bahwa dia hanya ingin mendapatkan uang dengan melakukan pekerjaan “pemantauan” ini. Polisi kemudian memasang kamera pengawas menghadap rumah Li—yang dia tinggali bersama putrinya, Zhao Li, serta toko jahit putrinya.
2) Gangguan Selama “Dua Sesi”
Selain menjadi sasaran sekitar perayaan Tahun Baru Imlek, lebih banyak praktisi mengalami gangguan sebelum “Dua Sesi,” yaitu sidang pleno tahunan Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, yang berlangsung di Beijing pada 5-11 Maret 2025. Di Beijing dan Shanghai, beberapa praktisi diawasi sepanjang waktu selama berminggu-minggu sebelum dan selama “Dua Sesi.”
Pada malam 14 Februari 2025, sekelompok petugas datang ke rumah Wang Yu [pria] di Beijing. Karena Wang tidak ada di rumah, polisi berbicara dengan neneknya yang berusia 93 tahun, yang juga seorang praktisi Falun Gong dan tinggal bersamanya. Polisi kembali pada 17 Februari dan berbicara dengan Wang dan istrinya, Guo Xiaoqing.
Cong Peixi [wanita] dari Shanghai melaporkan bahwa dia diawasi sepanjang hari antara tanggal 13 hingga 18 Januari 2025. Hanya beberapa minggu kemudian, kepolisian setempat menerima perintah lain untuk memantaunya antara tanggal 5 hingga 14 Februari 2025, saat Asian Winter Games 2025 berlangsung di Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang (sekitar 2.400 km dari Shanghai). Pihak berwenang mulai memantaunya lagi menjelang dimulainya “Dua Sesi” pada tanggal 5 Maret.
3) Kasus Gangguan Tambahan
Selain gangguan yang diperkirakan muncul sebelum pertemuan politik besar, polisi di seluruh negeri juga secara rutin menargetkan praktisi yang terdaftar dalam daftar hitam mereka.
Di Kabupaten Chengmai, Provinsi Hainan, seorang petugas polisi berpakaian preman mendatangi rumah He Ping [wanita] pada malam tanggal 8 Februari 2025. Awalnya dia berbicara dengan suami He, lalu mengatakan bahwa mereka mencurigai istrinya menyebarkan materi informasi tentang Falun Gong. Saat suami He ditekan untuk memberikan bukti tentang tuduhan tersebut, petugas tersebut memanggil bantuan. Karena He menolak membiarkan mereka masuk, polisi mengklaim bahwa mereka hanya datang untuk melakukan survei rumah. Pada akhirnya, mereka mengubah narasi lagi, kali ini mengatakan bahwa He mengunggah “komentar tidak pantas” secara daring.
Pada 7 Maret, satu bulan setelah insiden tersebut, polisi menghubungi atasan He di tempat kerja dan mengatakan bahwa seseorang telah melaporkannya karena menyebarkan materi Falun Gong dan menuduhnya mendengarkan program radio dari “musuh asing.” Suami He juga diperintahkan untuk meyakinkannya agar melepaskan Falun Gong.
Sekitar tanggal 9 Maret, dua papan pengumuman berisi informasi yang menghina Falun Gong muncul di luar apartemen He. Papan pengumuman tersebut disponsori oleh Komite Urusan Politik dan Hukum serta menampilkan pengumuman tentang hadiah bagi masyarakat umum yang melaporkan praktisi Falun Gong. Pengumuman tersebut menyatakan bahwa mereka yang menyebarkan kesadaran tentang penganiayaan akan dijatuhi hukuman penjara. Polisi juga memperingatkan He agar tidak mencoba menghapus papan pengumuman tersebut.
II. Kebijakan Penganiayaan Menyeluruh untuk Menghapus Kelompok Keyakinan
Setelah Jiang Zemin, mantan pemimpin rezim komunis Tiongkok, memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, dia mengerahkan seluruh negara, termasuk aparat penegak hukum, kejaksaan, pengadilan, fasilitas penahanan, sekolah, dan perusahaan, untuk melaksanakan kebijakan pemberantasannya terhadap praktisi Falun Gong: “Hancurkan mereka secara fisik, hancurkan reputasi mereka, dan bangkrutkan mereka.”
Jiang mendirikan organisasi di luar kerangka hukum, Kantor 610, untuk bekerja sama dengan Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC—juga sebuah lembaga di luar kerangka hukum) guna melaksanakan kebijakan penganiayaannya. Kedua lembaga tersebut diberi wewenang untuk mengabaikan sistem peradilan, dan mereka menggunakan tindakan berlebihan untuk memastikan bahwa penganiayaan masuk ke semua tingkatan pemerintahan.
Selama 26 tahun terakhir, praktisi Falun Gong telah menghadapi berbagai taktik penganiayaan, mulai dari penghinaan verbal hingga penahanan jangka panjang atau bahkan pembunuhan. Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah memprovokasi seluruh masyarakat untuk melawan komunitas Falun Gong, memicu kebencian dan diskriminasi, sehingga setiap aspek kehidupan mereka menjadi sulit.
A. Penangkapan Langsung
1) Setelah Dipenjarakan selama 11,5 Tahun, Wanita Berusia 73 tahun Kembali Ditangkap
Tiga bulan setelah Xia Yilin menyelesaikan hukuman penjara selama 4,5 tahun pada 22 Desember 2024, warga Kota Taiyuan, Provinsi Shanxi, yang berusia 73 tahun ini, kembali ditangkap pada 19 Maret 2025, setelah polisi melihat pernyataan resmi yang dia publikasikan di Minghui.org untuk membatalkan pernyataan melepas Falun Gong yang dia buat di bawah tekanan selama penahanan sebelumnya. Xia ditahan di pusat penahanan meskipun tekanan darahnya tinggi. Sebelum penganiayaan terbaru ini, Xia telah menjalani tiga hukuman penjara dengan total 11,5 tahun.
2) Setelah Delapan Tahun Dipenjarakan dan Kehilangan Tiga Anggota Keluarga, Wanita Ningxia Ditangkap Ketujuh Kalinya karena Berlatih Falun Gong
Zhang Lifang, 65 tahun, asal Kota Guyuan, Daerah Otonomi Ningxia Hui, ditangkap di Kota Yinchuan, ibu kota Ningxia, pada 29 Maret 2025, saat mengunjungi putrinya. Ini adalah kali ketujuh Zhang ditangkap sejak dimulainya penganiayaan. Zhang sebelumnya menjalani tiga kali hukuman kerja paksa di kamp kerja paksa selama total lima tahun, dan hukuman penjara selama tiga tahun.
Selain penderitaan Zhang, tiga saudara perempuannya serta seorang keponakannya juga menjadi sasaran karena berlatih Falun Gong. Saudara perempuan tertuanya, Zhang Yufang, disiksa hingga cacat di kamp kerja paksa dan hingga kini masih terbaring di tempat tidur. Suami Zhang Yufang, Xu Yaozhen, meninggal dunia akibat penganiayaan. Putri mereka, Xu Yan, dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun. Dua saudara perempuan Zhang Lifang lainnya, yakni Zhang Shufang dan Zhang Lanfang, juga meninggal dunia akibat penganiayaan.
3) Ditangkap Bersama, Ibu Dipaksa Meminum Obat Tekanan Darah, Putrinya Dipecat dari Tempat Kerjanya
Polisi di Kota Mishan, Provinsi Heilongjiang, menangkap Liu Ying dan putrinya, Wang Jing, pada tanggal 20 Januari 2025. Karena Liu didiagnosis menderita tekanan darah tinggi, polisi memaksa dia untuk mengonsumsi berbagai obat, dan tekanan darahnya terus meningkat. Liu kemudian mengetahui bahwa alasan polisi begitu bersikeras untuk menahannya adalah karena atasan mereka mengancam akan menolak semua permohonan penggantian biaya kerja jika mereka gagal menahan Liu. Begitu ibu dan anak tersebut dibebaskan setelah sepuluh hari penahanan, Wang terkejut mendengar bahwa tempat kerjanya telah memecatnya.
4) Pembobolan Rumah yang Brutal
Ketika polisi di Kota Longkou, Provinsi Shandong, mencoba membobol masuk ke rumah Yi Xiangyang [pria] (76 tahun) pada 5 Maret 2025, mereka meminta tukang kunci untuk melepas lubang pengintip di pintu dan kemudian memasukkan tongkat logam panjang melalui lubang tersebut. Yi dan istrinya merasa ketakutan, mengira itu adalah pembobolan rumah oleh pencuri. Setelah saling terdiam, polisi secara paksa membuka kunci dan menerobos masuk. Mereka menggeledah setiap sudut rumah, termasuk lemari dan laci. Beberapa materi informasi Falun Gong milik Yi dan tiga alat pemutar musik miliknya disita. Beberapa minggu kemudian, Yi dijatuhi hukuman 5,5 tahun.
5) Pensiunan Akuntan Ditangkap karena Membaca Buku-Buku Falun Gong
Guo Danxia [wanita], 79 tahun, seorang pensiunan akuntan di Kota Yueyang, Provinsi Hunan, sedang membaca buku Falun Gong bersama Zhang Lanhui [wanita] di rumah Zhang pada sore hari tanggal 16 Mei 2025, ketika polisi tiba-tiba masuk dan menangkapnya. Mereka mengatakan kamera pengawas merekam dirinya membagikan materi informasi Falun Gong. Ini adalah penangkapan ke-11 Guo karena keyakinannya. Sebelumnya, dia menjalani hukuman penjara selama tiga tahun dua bulan antara 18 Maret 2020 dan 17 Mei 2023. Sebelum hukuman penjara, Guo dikirim ke rumah sakit jiwa pada Juni 2020 dan dipaksa mengonsumsi obat-obatan psikiatri meskipun dia tidak menderita gangguan mental. Setelah itu, Guo mengalami sesak napas dan insomnia, serta sering dalam keadaan linglung.
B. Kesehatan Fisik dan/atau Hidup dalam Bahaya
1) Kista Abdomen-panggul Wanita Berusia 79 Tahun Kembali Kambuh
Chi Fengying, seorang warga berusia 79 tahun dari Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, ditangkap pada tanggal 22 Oktober 2024. Polisi melakukan tiga upaya untuk menahan Chi di pusat penahanan, namun setiap upaya mereka gagal karena kondisi kesehatannya yang buruk. Pada tanggal 26 Desember 2024, kejaksaan setempat menuntut Chi dan menyerahkan kasusnya ke pengadilan. Tekanan mental akibat penganiayaan menyebabkan kista abdomen-panggul Chi kambuh. Kaki-kakinya juga bengkak dan dia kesulitan makan atau menggunakan toilet. Meskipun dalam kondisi tersebut, polisi tidak hanya terus mengganggu Chi, tetapi juga menargetkan keluarganya.
Chi Fengying melakukan pemeriksaan di rumah sakit
2) Disiksa dan Dicekok Paksa dalam Tahanan
Feng Guoqing [pria], seorang warga berusia 59 tahun dari Kota Yichun, Provinsi Heilongjiang, melakukan aksi mogok makan selama lebih dari 40 hari di Pusat Penahanan Kota Yichun setelah ditangkap pada 4 Desember 2024. Polisi melucuti pakaiannya, mengikatnya di tempat tidur dalam posisi telentang dengan tangan dan kaki terentang, lalu memaksanya makan. Dia juga harus buang air di tempat tidur. Kedua ginjalnya gagal berfungsi. Setelah sidang pengadilan pada 20 Juni 2025, Feng dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
3) Janda Cacat Berusia 73 Tahun Mengalami Tekanan Darah Tinggi dan Sesak di Dada Setelah Penangkapan Brutal
Song Huilan [wanita], seorang warga berusia 73 tahun dari Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, sedang membaca di tempat tidurnya ketika lebih dari sepuluh petugas kepolisian mendobrak masuk rumahnya menggunakan kunci utama pada tanggal 16 Januari 2025. Tidak satupun dari mereka menunjukkan identitas atau surat perintah penggeledahan. Tanpa memberi kesempatan kepada wanita cacat tersebut untuk mengenakan prostesis, jaket, atau sepatunya, polisi menyeretnya ke bawah tangga. Kemeja dan bra-nya ditarik ke atas selama proses tersebut, sehingga dada dan punggungnya tersingkap. Celananya juga ditarik turun hingga ke pahanya.
Polisi memasukkan Song ke dalam mobil tanpa membiarkannya memperbaiki pakaiannya. Karena cuaca yang sangat dingin, dia gemetar tanpa henti, dan petugas wanita di dalam mobil menolak membantunya menarik bajunya ke bawah atau mengangkat celananya. Setelah tiba di kantor polisi, Song meminta izin untuk menggunakan toilet, tetapi polisi menolak membantunya, meskipun dia tidak mampu berjalan sendiri. Akibatnya Song mengompol, namun polisi tetap mengabaikan penderitaannya.
Ketika Song ditolak masuk ke pusat penahanan setempat karena tekanan darah yang sangat tinggi, dokter di sana menyuntiknya dengan obat yang tidak diketahui, yang membuatnya merasa lemah dan mengalami sesak di dada. Dia dibebaskan sekitar pukul 7 malam, tubuhnya penuh dengan memar.
4) Pria Heilongjiang Berusia 89 Tahun Masih Dirawat di Rumah Sakit Setelah Penangkapan Brutal
Chen Hongrui [pria], seorang warga berusia 89 tahun dari Kota Mishan, Provinsi Heilongjiang, ditipu untuk membukakan pintu bagi polisi pada akhir Mei 2025. Meskipun usianya yang sudah lanjut dan keterbatasan geraknya akibat cedera pada tulang paha kirinya, polisi menyeretnya ke mobil, menyebabkan rasa sakit yang tajam di dada dan punggungnya. Setelah dibebaskan, Chen memeriksakan diri ke rumah sakit dan didiagnosis mengalami patah tulang pada tulang belakangnya.
5) Wanita Berusia 63 Tahun Mengalami Syok Tiga Kali dalam Satu Bulan
Meng Xianfang, 63 tahun, warga Kota Dalian, Provinsi Liaoning, didiagnosis menderita gagal ginjal dan tekanan darah sistolik 280 mmHg (rentang normal adalah 120 mmHg atau lebih rendah) setelah ditangkap pada 2 Maret 2025. Pusat penahanan setempat memaksanya untuk mengonsumsi obat hipertensi dan menahannya. Meskipun mengalami masalah kesehatan, petugas penjaga memaksa Meng untuk melakukan pekerjaan bersih-bersih setiap hari. Kondisi kesehatannya memburuk dan dia mengalami syok tiga kali dalam satu bulan. Karena berusaha membebaskannya, saudara laki-laki Meng, Meng Xianqi, yang hampir berusia 70 tahun, ditangkap pada 12 Mei 2025 dan ditahan selama sepuluh hari.
6) Wanita Heilongjiang Menderita Stroke dalam Tahanan dan Menghadapi Persidangan
Fu Yunping, seorang warga asli Kabupaten Longjiang, Provinsi Heilongjiang, pindah ke Kota Taizhou, Provinsi Zhejiang, untuk bekerja pada tahun 2024. Dia ditangkap di sana pada 7 April 2025 setelah dilaporkan karena berbicara dengan seseorang tentang Falun Gong. Untuk mengumpulkan lebih banyak “bukti” terhadapnya, polisi menginterogasi semua rekan kerja Fu di sebuah hotel dan menuntut untuk tahu apakah Fu pernah berbicara tentang Falun Gong kepada mereka.
Pusat penahanan setempat menghubungi keluarga Fu pada 19 Juni, mengatakan bahwa dia mengalami stroke dan sedang menjalani perawatan darurat di rumah sakit. Ketika keluarganya mengunjunginya, dia tidak dapat bergerak di satu sisi tubuhnya ataupun berbicara. Dia diikat di tempat tidur dan tampaknya memiliki kesadaran yang jelas. Pengadilan setempat menolak untuk membebaskan Fu dengan jaminan dan melanjutkan proses tuntutan terhadapnya.
7) Penjaga Penjara Menyuruh Praktisi Falun Gong untuk “Mendonasikan” Organ Mereka
Setelah Song Shuzhi [wanita] dan Liang Jin’e [wanita], warga Kota Lingyuan, Provinsi Liaoning, dibawa ke sel tahanan setelah ditangkap pada 8 Mei 2025, petugas penjaga mendesak mereka untuk mendonorkan organ dan menandatangani formulir persetujuan.
C. Kebangkrutan Finansial dan Aset Dibekukan
Selain penangkapan, penahanan, dan penyiksaan, praktisi Falun Gong juga menghadapi penganiayaan finansial. Selain penggeledahan rumah, penyitaan barang pribadi, dan denda yang lebih umum, sebagian praktisi telah mengalami penangguhan gaji, pensiun, tunjangan, atau bonus mereka. Beberapa melaporkan bahwa rekening bank atau aset pribadi lainnya, seperti properti tempat tinggal, telah dibekukan. Sebagian orang dipecat atau dipindahkan ke posisi yang lebih rendah di tempat kerja mereka, atau masa kerja mereka dihapus dari catatan. Beberapa pemilik usaha kecil menghadapi risiko lisensi usaha mereka dicabut atau tidak dapat memperbarui sewa.
1) Penangguhan Pensiun
Di Kota Yingkou, Provinsi Liaoning, Zhu Ruimin [wanita], pensiunan seorang guru sekolah dasar berusia 83 tahun, telah mengalami penangguhan dana pensiun sejak Oktober 2014. Karena sebelumnya ia menerima 4.700 yuan setiap bulan, total kerugiannya melebihi 600.000 yuan, belum termasuk kenaikan biaya hidup tahunan pensiunnya.
2) Barang Berharga yang Disita Selama Penggeledahan Rumah
Polisi di Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning, menggeledah rumah Zhou Lina pada 14 April 2024 dan menangkap teman sekamarnya, Meng Chunying, yang juga merupakan praktisi Falun Gong. Meskipun Zhou berhasil lolos dari penangkapan karena tidak berada di rumah, uang tunai sebesar 115.000 yuan dan dua sertifikat deposito senilai 50.000 yuan dan 30.000 yuan miliknya disita oleh polisi. Hingga saat ini, polisi belum mengembalikan uang tersebut.
Lebih dari 20 petugas polisi datang ke rumah Du Likun di Kota Handan, Provinsi Hebei, sekitar pukul 11 malam pada 19 Februari 2025. Mereka masuk dengan bantuan tukang kunci. Polisi mengisi mobil patroli mereka dengan barang-barang yang disita dari Du, termasuk komputer, printer, dua kotak uang tunai, satu kotak perhiasan, dan Sertifikat Deposito senilai 230.000 yuan. Mereka juga menyita dua mobil, dan kembali pada 21 Februari untuk mengambil sepeda.
3) Uang Bonus Guru Musik Ditahan
Pada tanggal 6 Januari 2025, He Yan [wanita], seorang guru musik di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, menerima peringatan dari pimpinan sekolah bahwa dia kemungkinan tidak akan menerima bonus untuk kuartal terakhir tahun 2024, karena dia berlatih Falun Gong, serta mengajukan pengaduan terhadap polisi atas penangkapan dirinya dan penggeledahan rumahnya pada Maret 2023. He menolak untuk menarik kembali pengaduannya meskipun mendapat tekanan dari polisi, pimpinan sekolah, dan dinas pendidikan. Sebagai balasan, sekolah menahan bonus triwulanan sebesar 20.000 yuan pada hari pembayaran, 9 Januari 2025, dan kemudian menahan kenaikan gaji yang dijadwalkan pada 12 Juni 2025.
4) Guru Tidak Diperbolehkan untuk Mengajar
Di Provinsi Hubei, tiga praktisi yang bekerja di Universitas Sains dan Teknologi Hubei, termasuk Li Mincai [pria], Zheng Shuanghua [pria], dan Yan Qin [wanita], tidak diizinkan mengajar sejak semester musim semi awal tahun 2025.
5) Rekening Bank Dibekukan
Tan Guangming, seorang warga berusia 71 tahun dari Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi, kembali ke rumahnya pada 22 Januari 2025 setelah menyelesaikan hukuman penjara enam tahun karena berlatih Falun Gong, namun mendapati rekening banknya masih dibekukan oleh pengadilan yang menjatuhkan vonis padanya. Tanaman yang dia panen sebelum penangkapannya pada Januari 2019 telah ditumbuhi jamur, dan minyak kanola yang dia ekstrak telah lama basi. Kini dia kesulitan untuk mencari nafkah.
D. Penganiayaan Merambah ke Anggota Keluarga
Dengan penganiayaan yang meluas, anggota keluarga para praktisi juga merasakan tekanan yang sama dan terkadang juga menjadi sasaran.
1) Istrinya yang Lumpuh Dipaksa Mengurus Dirinya Sendiri Selama Penahanan Sewenang-wenang Suaminya
Wang Junheng, 76 tahun, warga Kota Yantai, Provinsi Shandong, ditangkap sekitar 7 April 2025 setelah dilaporkan karena berbicara dengan orang-orang tentang penganiayaan terhadap Falun Gong. Istrinya, yang lumpuh selama bertahun-tahun dan bergantung padanya, ditinggal untuk bertahan sendirian.
2) Ibu Dipaksa Bersembunyi; Polisi Menangkap Putrinya Alih-alih
Ketika polisi di Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, mencoba menangkap Nyonya Zhao Xihua pada 23 Desember 2024, putrinya, Nyonya Xuan Shaojing, berdiri di depan pintu dan menolak membiarkan polisi masuk. Polisi kemudian memaksa suami Nyonya Zhao, yang telah ditahan di kantor polisi selama enam jam, untuk berbicara dengan putrinya melalui telepon. Dia tetap menolak untuk mundur, bahkan setelah salah satu petugas mengarahkan senjata ke dahinya. Polisi pergi, tetapi lima hari kemudian mereka menangkap Nyonya Xuan di tempat kerjanya dan menahannya dengan tuduhan “menghalangi penegakan hukum.” Nyonya Zhao terpaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan.
3) Ayah dan Putrinya Ditahan di Bandara Selama Delapan Jam; Dipaksa Membatalkan Perjalanan Liburan ke Asia Tenggara
Sejak dimulainya penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, Xu Xudong dari Kota Shiyan, Provinsi Hubei, telah menjalani dua hukuman penjara lima tahun karena keyakinannya. Hukuman pertamanya dijatuhkan tak lama setelah putrinya lahir. Dia ditangkap lagi pada tahun 2013 saat putrinya berusia 13 tahun. Ketika dia dibebaskan, putrinya sudah berusia 18 tahun. Untuk memperbaiki hubungan dengan putrinya, dia memesan perjalanan ke Asia Tenggara pada Februari 2025.
Saat melewati pemeriksaan imigrasi di Bandara Internasional Pudong, Shanghai, sekitar pukul 23.30 pada 2 Februari 2025, Xu dan putrinya dicegat dan dibawa ke sebuah ruangan kecil. Mereka ditahan di sana hingga pukul 07.42 keesokan paginya, diawasi oleh dua petugas sepanjang waktu, dan tidak diizinkan untuk berbicara satu sama lain. Petugas tersebut juga menginterogasi mereka secara rinci mengenai alasan mereka meninggalkan Tiongkok dan cara mereka memesan tiket pesawat. Putrinya merasa lapar dan kedinginan selama penahanan delapan jam tersebut. Dia kemudian berkata bahwa hal itu membuatnya sedikit memahami penderitaan yang telah dialami ayahnya selama bertahun-tahun.
Selain itu, polisi menyita ponsel ayah dan anak tersebut serta menelepon keluarga mereka dari ponsel tersebut tanpa izin. Karena tiket pesawat dan hotel tidak dapat dikembalikan, Xu rugi beberapa ribu yuan. Dia kemudian menelepon seorang petugas polisi mengeluhkan tentang hal itu. Petugas tersebut menjawab bahwa Xu adalah target utama dan tidak diizinkan meninggalkan Tiongkok dalam keadaan apa pun.
E. Disudutkan oleh Masyarakat dan Anggota Keluarga
Setelah 26 tahun penganiayaan, propaganda yang mendiskreditkan Falun Gong telah merasuki setiap sudut masyarakat Tiongkok, dan kebencian serta dendam telah terpatri dalam pikiran orang-orang. Meskipun beberapa keluarga praktisi masih mendukung mereka dalam mempertahankan keyakinan, sebagian anak dari praktisi sendiri telah berbalik melawan mereka.
1) Wanita Shanghai Terpaksa Bercerai dan Dijauhkan oleh Anaknya
Setelah menjalani dua hukuman penjara dengan total tujuh tahun dan tunjangan pensiunnya ditangguhkan, Xu Nixia [wanita], seorang warga Shanghai berusia 68 tahun, ditangkap kembali pada 13 Mei 2025. Setelah penganiayaan dimulai, Xu dijatuhi hukuman empat tahun pada 2006 dan tiga tahun pada 2018. Saat tidak ditahan, polisi sering mengganggu dan kadang-kadang memantau aktivitasnya sepanjang waktu.
Karena takut akan penganiayaan, suami Xu menceraikannya tak lama setelah penggeledahan rumah berikutnya pada April 2015. Putrinya juga tidak menghormati Xu. Setelah Xu pindah dari rumah mereka, polisi terus mengganggu dan memaksanya pindah beberapa kali. Bahkan pemilik apartemen yang disewa ayahnya pada tahun 2014 mengusirnya karena tekanan dari komite perumahan.
2) Pensiunan Insinyur Terpaksa Tinggal di Panti Jompo, Meninggal Beberapa Bulan Kemudian
Wu Chunru [wanita], seorang pensiunan insinyur di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, terpaksa pindah ke panti jompo pada akhir tahun 2023. Dia meminta untuk pulang, tetapi panti jompo tidak mengizinkannya pergi. Akibat tekanan mental karena pemindahan tersebut, Wu meninggal pada April 2024. Dia berusia 90-an.
3) Dipengaruhi oleh Propaganda Kebencian, Anak-anak Mengirim Ibu ke Panti Jompo Setelah 7 Tahun Dipenjarakan dan Mengancam Akan Berhenti Membiayainya
Dipengaruhi oleh propaganda kebencian Partai Komunis Tiongkok (PKT), anak-anak Fan Shufen [wanita] dengan keras menentang latihan Falun Gong yang dilakukannya. Menantunya mengancam akan menceraikan putra Fan, anaknya mencoba mencekiknya, dan mereka semua menyalahkan Fan karena telah membawa aib bagi keluarga. Mereka sering memanggilnya “tahanan politik tua” dan memukulinya. Setelah Fan dibebaskan pada September 2024 usai menjalani hukuman tujuh tahun, anak-anaknya mengirimnya ke panti jompo dan memerintahkan pemilik panti jompo untuk mencegah Fan bertemu dengan praktisi Falun Gong lainnya. Mereka mengancam akan berhenti membiayai Fan jika dia terus berlatih Falun Gong.
4) Seorang Ibu Berusia 78 Tahun Ditahan oleh Kedua Anaknya
Dalam kasus lain, seorang janda berusia 78 tahun di Kota Rushan, Provinsi Shandong, ditahan di lokasi rahasia oleh dua putranya sekitar Oktober 2024, dan komunikasinya dengan dunia luar diputus. Anak-anak Xun Peiying melakukan hal tersebut karena khawatir bahwa latihan Falun Gong yang dilakukannya akan mempengaruhi pendaftaran akademi kepolisian bagi salah satu putranya. Mereka juga menghancurkan buku Zhuan Falun milik Xun, buku utama ajaran Falun Gong.
5) Ibu Dikirim ke Rumah Sakit Jiwa oleh Anak dan Menantunya
Zhang Shuping, warga Kabupaten Yutian, Provinsi Hebei, dibawa ke rumah sakit jiwa pada April 2025 oleh putra dan menantunya, yang terpengaruh oleh propaganda dan diancam oleh polisi jika dia terus berlatih Falun Gong, anak-anak mereka tidak akan diizinkan untuk kuliah atau mendapatkan pekerjaan yang bagus. [ Catatan Editor: Sebagai bagian dari penganiayaan, banyak praktisi yang sehat secara mental dibawa ke rumah sakit jiwa dan dipaksa mengonsumsi obat-obatan tanpa persetujuan.]
Laporan Terkait:
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 1999-2025 Minghui.org